Kemenkes Wajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir, Apa Itu?

Ericha Fernanda - Selasa, 6 September 2022
Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir.
Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir. hxyume

Parapuan.co - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mewajibkan seluruh bayi baru lahir di Indonesia mendapatkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Hal ini ditandai dengan peluncuran ulang (relaunching) program SHK di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada Rabu (31/8/2022).

"Mulai hari ini, semua bayi yang lahir di Indonesia harus diperiksa SHK untuk menjaring apabila ada risiko kelainan dalam tumbuh kembang anak," kata Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono, mengutip Kemenkes RI.

Progam ini merupakan upaya promotif preventif mengingat sebagian besar kasus hipotiroid kongenital tidak menunjukkan gejala.

Sehingga kondisi tersebut tidak disadari oleh orang tua, serta gejala khas baru muncul seiring bertambahnya usia anak.

Apa itu Hipotiroid Kongenital?

Melansir RS UI, hipotiroid kongenital adalah kelainan akibat kekurangan hormon tiroid yang terjadi sejak dalam kandungan.

Kekurangan hormon tiroid akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode emasnya.

Ini berarti periode pembentukan jaringan otak dan pertumbuhan pesat yang terjadi pada masa kehamilan hingga tiga tahun pertama kehidupan.

Baca Juga: Malnutrisi saat Hamil, Ini Risiko yang Terjadi Pada Ibu dan Janin

Malnutrisi, perawakan pendek, keterlambatan perkembangan dan retardasi mental merupakan beberapa risiko akibat hipotiroid kongenital.

Tata Laksana Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

Skrining Hipotiroid Kongenital adalah uji saring pada bayi baru lahir untuk memilah bayi penderita hipotiroid kongenital dan bayi non-penderita.

SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam, dan maksimal 2 minggu.

Pengambilan sampel darah dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan ibu dan anak, baik FKTP maupun FKRTL.

Selanjutnya, sampel darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium.

Jika hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

"Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati," ujar Dante.

Ia berpesan agar pemeriksaan hipotiroid kongenital kembali digencarkan, agar anak yang memiliki risiko tersebut dapat segera ditangani.

Jadi, perhatikan kewajiban Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi demi cegah kecacatan ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Kenali Jenis-Jenis Malnutrisi, Termasuk Kekurangan Maupun Kelebihan Gizi

(*_

 

Viral di TikTok, Kenapa Minum Kopi Bisa Memicu Buang Air Besar?