Kemenkes Wajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir, Apa Itu?

Ericha Fernanda - Selasa, 6 September 2022
Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir.
Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir. hxyume

Malnutrisi, perawakan pendek, keterlambatan perkembangan dan retardasi mental merupakan beberapa risiko akibat hipotiroid kongenital.

Tata Laksana Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

Skrining Hipotiroid Kongenital adalah uji saring pada bayi baru lahir untuk memilah bayi penderita hipotiroid kongenital dan bayi non-penderita.

SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam, dan maksimal 2 minggu.

Pengambilan sampel darah dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan ibu dan anak, baik FKTP maupun FKRTL.

Selanjutnya, sampel darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium.

Jika hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

"Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati," ujar Dante.

Ia berpesan agar pemeriksaan hipotiroid kongenital kembali digencarkan, agar anak yang memiliki risiko tersebut dapat segera ditangani.

Jadi, perhatikan kewajiban Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi demi cegah kecacatan ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Kenali Jenis-Jenis Malnutrisi, Termasuk Kekurangan Maupun Kelebihan Gizi

(*_