Mitos Seputar KB Spiral Masih Beredar di Masyarakat Desa, Bidan Ungkap Alasannya

Anna Maria Anggita - Kamis, 18 Agustus 2022
Mitos KB spiral yang masih dipercaya masyarakat desa
Mitos KB spiral yang masih dipercaya masyarakat desa Lalocracio

Parapuan.co - Program Keluarga Berencana (KB) menjadi suatu gerakan yang berguna untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera melalui cara membatasi kehamilan.

KB sendiri bisa dilakukan dengan cara menerima suntikan, pil KB, hingga spiral.

Sayangnya masih ada mitos tentang KB yang masih dipercayai oleh masyarakat.

Hal yang sama pula diungkapkan Inggit Pratiwi selaku bidan di Puskesmas Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Ketika ditemui saat media trip dari Bayer Indonesia pada Jumat (12/08/2022), Inggit menyatakan kalau warga Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Bogor masih percaya akan mitos KB spiral.

Menurut Inggit, para ibu di Desa Ciasihan menganggap penggunaan KB spiral karena ketakutan kalau spiralnya turun.

"Terus mereka mikirnya KB spiral kalau ke suami itu kurang nyaman (saat berhubungan badan)," ujar Inggit.

Inggit mengungkap alasan warga Desa Ciasihan percaya akan mitos tersebut karena pengetahuannya yang masih kurang.

"Kalau ibu-ibu di sini masih ada yang belum tinggi tingkat pengetahuannya karena pendidikan di sini masih rendah. Rata-rata itu SD basic-nya pekerjaanya petani," terang Inggit.

Baca Juga: Hari Keluarga Nasional 2022, Ini 5 Manfaat KB bagi Kesehatan Keluarga

Dikarenakan warga Desa Ciasihan masih percaya akan mitos KB spiral, maka sebagai gantinya para perempuan menggunakan KB suntik.

"Di sini itu banyaknya suntik,  untuk pil masih kurang karena efeknya yang membuat mual," ujar Inggit.

Tak dipungkiri bila efek mual tersebut sering dialami perempuan, hal ini dikarenakan semua KB berisi hormon.

Oleh sebab itu, solusinya suntik KB setiap tiga bulan sekali.

Efektivitas Suntik KB

Inggit mengungkap kalau kegagalan akibat suntik KB itu ada, namun sangat kecil.

"Setelah ditelusur, justru kesalahannya pada mereka, mestinya tanggal berapa mereka berkunjungnya tanggal berapa, terus sebelum disuntik KB mereka berhubungan dulu sama suami," jelas Inggit.

Andai saja warga desa berkunjung sesuai dengan jadwal yang bidan beri dengan tepat, maka menurut Inggit tentu tidak ada kegagalan.

"Kegagalannya itu justru karena tanggal kunjungan kapan, terus mereka berkunjungnya molor," tambahnya.

Inggit memberi catatan, bahwa sehabis melahirkan dengan waktu maksimal 40 hari harus sudah menerima KB.

Namun, dikarenakan akses dari Desa Ciasihan ke Puskesmas Ciasmara jauh, dan mungkin warga tidak memiliki kendaraan, maka penerimaan KB pun mungkin melebihi 40 hari.

"Paling kalau dia mau suntik KB tapi belum ada waktu ke bawah (Puskesmas Ciasmara), mungkin bisa pakai pil sementara. Ketika dia sudah ada waktu dan kendaraan ke bawah baru suntik KB," tutup Inggit.

Baca Juga: Hari Keluarga Berencana Nasional, Ini Pentingnya Tahap Konseling Sebelum Melakukan KB

(*)

 

BERITA TERPOPULER WELLNESS: 4 Makanan Khas Cirebon hingga Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024