Alasan Orang Membenci Mantan Pasangan, Ini Jawaban Menurut Penelitian

Arintha Widya - Jumat, 22 Juli 2022
ilustrasi seseorang membenci mantan pasangan
ilustrasi seseorang membenci mantan pasangan bymuratdeniz
 
Parapuan.co -  Sejoli yang jatuh cinta terkadang akan saling memuja dan menganggap pasangannya manusia paling sempurna.

Bahwa pasangan adalah sosok yang sangat dicintai dan disayangi terlepas dari apapun kekurangan dan kelebihannya.

Namun, begitu terjadi masalah dan hubungan asmara berakhir, mereka yang tadinya saling menyayangi berbalik menjadi saling membenci.

Kira-kira jika diteliti secara ilmiah, apakah yang menjadi penyebab seseorang membenci mantan pasangannya?

Ternyata, ada jawaban logis tentang pertanyaan tersebut sebagaimana diungkap dalam sebuah penelitian seperti dilansir dari Psychology Today di bawah ini!

Sepasang kekasih yang masih bersama merasa bahagia dan saling menerima karena peran zat kimia bernama dopamin.

Dopamin merupakan zat kimia di otak yang kadarnya bisa meningkat saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan, dalam hal ini bertemu dengan pasangan.

Nah, dalam kebanyakan kasus perpisahan, seseorang akan merasakan kemarahan, dendam, penyesalan, kecemburuan, dan sebagainya, alih-alih sensasi menyenangkan tersebut.

Dopamin juga memainkan peran penting dalam semua emosi, yang menurut penelitian, senyawa itu mendorong seseorang melihat hal-hal yang tidak nyata.

 
Baca Juga: 3 Makna Mimpi Bertemu Mantan Pacar, Salah Satunya Masih Ada Perasaan Dopamin dengan sendirinya dapat menyebabkan orang membentuk keyakinan yang tidak didasarkan pada bukti.

Misalnya, mereka membenci mantan pasangan karena sebab-sebab yang bisa saja tidak benar-benar terjadi.

Hal itu dibuktikan oleh para peneliti dari University Hospital di Zurich, Swiss, yang meneliti sebanyak 40 orang untuk diberi L-Dopa yang mempunyai efek seperti dopamin.

Dari 40 orang tadi, 20 di antaranya mengaku percaya pada peristiwa paranormal dan 20 lainnya mengaku tidak percaya.

Seluruh peserta diminta membedakan gambar wajah yang nyata dan mana yang acak di antara serangkaian gambar yang disinari lampu flash singkat di tempat gelap.

Orang yang percaya pada peristiwa paranormal mengatakan bahwa gambar yang acak sebagai sesuatu yang nyata.

Sementara itu, orang yang tidak percaya menjawab dengan benar gambar wajah yang nyata sesuai yang diperlihatkan.

Setelah uji coba tersebut, peneliti memberikan obat L-Dopa untuk kedua kelompok peserta, dan itu membuat orang yang tidak percaya kejadian paranormal melakukan kesalahan.

Mereka mengalami efek delusi hingga kesulitan membedakan wajah asli dengan gambar yang acak dibandingkan sebelum meminum L-Dopa.

 
 
Dari penelitian itu, tampak bahwa dopamin membuat seseorang melihat sesuatu yang tidak ada dan membentuk keyakinan tanpa adanya bukti yang kuat.

Dalam hal jatuh cinta, dopamin membuat orang percaya bahwa pasangan merupakan sosok ideal dan setiap tindakan kecil yang dilakukannya sangatlah berarti.

Tingkat dopamin sangat tinggi pada orang yang jatuh cinta, dan pola pikir delusi yang dihasilkannya akan kembali dengan kekuatan maksimal ketika hubungan berakhir.

Jika bukan kamu yang mengakhiri hubungan, keinginan untuk memperbaiki dopamin yang hanya bisa diberikan oleh mantan pasangan tidak hanya membuatmu sedikit berdelusi.

Akan tetapi, kamu juga akan merasa sangat marah dan membenci mantan pasangan karena dialah yang menahan senyawa dopamin keluar dari otakmu.

Tidak ada obat untuk itu karena satu-satu yang bisa memperbaiki adalah mantan pasanganmu tersebut.

Jadi, kadar dopamin yang meningkat dan menurun inilah yang membuat otak mengirimkan sinyal bahwa mantan sangat menyebalkan, hingga kamu begitu membencinya.

Kalau sudah begitu, bagaimana mengatasinya? Kamu tak harus bertemu mantan kok, Kawan Puan.

Kamu dapat mengatasinya dengan meningkatkan dopamin dalam, seperti melakukan hobi atau kegiatan yang menyenangkan bagimu.

 


(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Linda Fitria