Halimah Ungkap Pengalaman Memutus Siklus Toxic Parenting di Arisan Parapuan 15

Alessandra Langit - Kamis, 30 Juni 2022
Arisan Parapuan: Menjadi Rumah untuk Anak bersama Halimah
Arisan Parapuan: Menjadi Rumah untuk Anak bersama Halimah YouTube Cerita Parapuan

Hal itu membuat anak hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh remote control tersebut, seperti robot.

"Remote control dipegang orang tua, jadi anaknya dijalankan oleh remote control itu seperti robot, literally robot," tegas Halimah.

Hal itu membuat anak-anak tidak terbiasa mengambil keputusan, hingga tumbuh dewasa dan harus memiliki prinsip hidup sendiri.

"Ketika si anak ini masuk ke dunia nyata, selama ini disetirin, tiba saatnya memutuskan sendiri, dia bingung," kata Halimah dengan tegas.

Keputusan Halimah memutus siklus pola asuh toksik

Seiring tumbuh dewasa dan menjadi orang tua, Halimah belajar bahwa pola asuh toksik tersebut adalah siklus.

Alasan orang tua Halimah melakukan pola asuh toksik adalah melanjutkan warisan dari orang tua mereka sebelumnya.

"Setelah aku belajar parenting dan punya anak, aku menjadi dapat gambaran bahwa toxic parenting adalah sebuah siklus, kayak lingkaran," kata Halimah.

"Kenapa orang tua aku melakukan hal itu kepada aku? Kemungkinan adalah orang tua aku dapat pola asuh seperti itu yang diturunkan dari kakek nenekku," lanjutnya.

Baca Juga: Orang Tua Merasa Paling Benar? Waspadai Jebakan Toxic Parenting

Halimah kemudian menceritakan bahwa komunikasi di keluarga besarnya sangat buruk. Hal itu membuat penyampaian opini terasa seperti konfrontasi.

"Padahal nggak semua opini harus disampaikan dengan ngotot-ngototan," cerita Halimah.

Setelah pengalaman itu, Halimah membentuk komunitas yang mengurus anak-anak jalanan dan belajar soal gentle parenting.

Alih-alih tetap marah dengan keadaan dan hidup dalam siklus pola asuh toksik, Halimah ingin menerapkan pola asuh yang lebih baik kepada anak-anaknya.

Namun, hal itu tidak mudah dan butuh proses, bahkan bagi Halimah yang sudah mempelajari gentle parenting

"Menerapkan gentle parenting tapi nggak mudah," kata Halimah.

"Teori itu lebih gampang dari praktik karena kita lagi berkesperimen dengan manusia," kata Halimah.

Kawan Puan, dampak toxic parenting sangatlah berbahaya bagi perkembangan anak, terutama psikisnya.

Menurut Halimah, menerapkan gentle parenting bukanlah hal yang mudah, tetapi harus diusahakan untuk memutus siklus toxic parenting.

Kawan Puan, tentu menerapkan pola asuh yang baik tak mudah bagi orang tua. Sama juga dengan menghadapi pola asuh toksik yang membuat kita lelah dan membahayakan kesehatan mental.

Bagi Kawan Puan yang ingin menyaksikan Arisan Parapuan "Menjadi Rumah untuk Anak" bersama Halimah lebih lanjut, kamu bisa langsung menuju YouTube Cerita Parapuan.

Yuk, putus rantai toxic parenting dan ciptakan ruang aman bagi anak-anak di rumah! (*)

Baca Juga: Gentle Parenting di Mulai dari Orang Tua, Berikut Manfaatnya!

Sumber: Arisan Parapuan
Penulis:
Editor: Arintya