Mengulik Tren Gothic Fashion, Gaya Busana Serba Hitam nan Dramatis

Dian Fitriani N - Jumat, 14 Januari 2022
Kembalinya tren gothic fashion
Kembalinya tren gothic fashion Pinterest Woman Fashion & Marc Jacobs Fall

Gaya busana ini mengusung warna gelap, seperti hitam dengan penampilan punk namun tetap chic.

Untuk kesan dramatis, gothic fashion terlihat pada pemakaian black leather jacket, rok mini, dress serta gaun.

Soal pemilihan bahan, biasanya gaya busana gothic terbuat dari beludru, satin atau sutra.

Seperti foto di atas, model tersebut mengenakan black long sleeve dress detail high neck serta cut off di bagian dada.

Ia melengkapi penampilannya dengan aksesori warna hitam, mulai dari black sautoir necklace hingga fascinator hat detail jaring di bagian depan.

Agar makin maksimal, dalam foto itu terlihat sang model memulaskan palet eyeshadow warna hitam serta burgundy lipstick.

Ciri lain dari gothic fashion terletak pada chunky boots atau long boots.

Biasanya para perempuan penyuka gaya busana ini juga menambahkan kuteks warna hitam atau burgundy.

Baca Juga: Sejarah di Balik Skort, Fashion Item Hybrid Rok-Celana yang Jadi Favorit

Perbedaan gaya busana gothic dulu dan sekarang

Perbedaan gaya gothic dulu dan sekarang
Perbedaan gaya gothic dulu dan sekarang Pinterest Woman Fashion & Vogue

Layaknya waktu yang terus berputar, gaya busana gothic pun mengalami perubahan.

Di masa lampau, riasan wajah identik dengan palet eyeshadow warna hitam, saat ini kita tetap bisa mencoba gaya busana gothic dengan make up natural, lho.

Untuk tatanan rambut, pun lebih simpel dan bisa disesuaikan dengan hairstyle favorit kamu.

Jadi, tak ada lagi aturan rambut harus terurai serta poni depan.

Untuk fashion item juga semakin bervariasi, kita cukup mengenakan blazer, coat, baggy pants atau dress.

Nah, itu dia arti beserta sejarah dari tren gothic fashion, semoga bermanfaat ya, Kawan Puan.

Bagaimana, tertarik mencoba gaya busana satu ini?

Baca Juga: Hari Masyarakat Adat Internasional: Ini Makna Pakaian Adat di Berbagai Negara

(*)

Sumber: The Guardian,Shilpa Ahuja
Penulis:
Editor: Linda Fitria