Mengatasi Trauma Bonding, Kondisi yang Banyak Dialami Korban Kekerasan pada Perempuan

Ratu Monita - Selasa, 11 Januari 2022
Trauma bonding yang kerap dialami korban kekerasan pada perempuan.
Trauma bonding yang kerap dialami korban kekerasan pada perempuan. fizkes

Parapuan.co - Trauma bonding merupakan kondisi yang banyak dialami oleh mereka korban kekerasan pada perempuan dalam sebuah hubungan toxic

Pada dasarnya, meninggalkan hubungan yang toksik memang bukanlah perkara mudah.  

Terlebih, kebanyakan korban memiliki sejumlah pertimbangan seperti, khawatir kehilangan tempat tinggal, menghidupi diri sendiri, melihat anak-anak.

Hal tersebut terjadi karena korban kekerasan pada perempuan ini merasa terikat dengan pasangan yang dalam hal ini menjadi pelakunya, sehingga merasa tidak dapat melepaskan diri.

Adanya keterikatan emosional ini disebut juga dengan trauma bonding, sebuah siklus yang dimulai dari pelecehan, devaluasi, dan kembali memberikan perilaku positif.

Trauma bonding ini memungkinkan mereka yang menjadi korban perilaku kasar ini untuk berusaha memahami, terutama ketika pasangan kembali memberikan perhatiannya.

Membangun ikatan dengan seseorang yang telah memberikan perhatian memang sangat wajar. 

Kendati demikian, perlu dipahami bahwa banyak hubungan yang kasar dimulai dari adanya love bombing, di mana pelaku membuat korban merasa begitu dicintai.

Di sisi lain, pasangan atau pelaku juga kerap melakukan tindakan pelecehan dan setelah itu meminta maaf, berjanji akan berubah.

Baca Juga: Sikap Tim Film Penyalin Cahaya Soal Kasus Kekerasan Seksual yang Melibatkan Anggotanya

Tindakan tersebut tentu saja dapat disebut hanya sebagai manipulasi korban, dan umumnya hal tersebut berhasil.

Nah, kali ini PARAPUAN akan membahas bagaimana cara mengatasi trauma bonding yang banyak dialami korban kekerasan pada perempuan, dilansir dari laman CPTSDfoundation.

1. Pahami trauma bonding dan toxic relationship

Dalam mengatasinya, korban perlu memahami apa itu trauma bonding dan hubungan yang kasar, karena dengan begitu ia dapat melihat hubungan toxic yang ia jalani dengan jelas. 

2. Konsultasikan dengan terapis

Konsultasikan dengan terapis yang memahami pelecehan, trauma bonding, dll, untuk membantu korban perilaku kasar dalam menarik diri dari hubungan yang kasar dan fokus pada penyembuhan.

Terapis yang baik tidak hanya membantu korban meninggalkan hubungan toksik.

Namun, ia juga akan membantu korban memahami dan menyembuhkan trauma awal yang membuat ia rentan terhadap pelaku.

Baca Juga: Jenis Trauma Akibat Kekerasan pada Perempuan dan Cara Mengatasinya

3. Memutus kontak dengan pasangan

Salah satu cara tercepat untuk membantu memutuskan ikatan trauma adalah dengan memutus kontak dengan pasangan, karena cara ini dapat mengakhiri siklus naik-turun yang dapat menciptakan trauma bonding. 

4. Fokus pada ikatan yang sehat

Untuk belajar membangun ikatan yang sehat, korban perlu fokus menciptakan ikatan yang aman dan sehat dengan orang lain.

Hal ini bisa dimulai dengan bergabung ke komunitas agama, menjalin pertemanan yang sehat, memiliki hewan peliharaan, menjadi sukarelawan, atau aktivitas lain yang menciptakan hubungan di lingkungan bertekanan rendah.

5. Mencoba melakukan hal baru

Cara lainnya untuk membantu korban keluar dari siklus trauma bonding adalah dengan mulai melakukan hal-hal baru, seperti jalan-jalan, bergabung dengan grup pertemuan, atau lakukan hal lain yang menarik minat.

Dengan begitu, maka akan membantu korban membangun kepercayaan diri, dan membantu ia berhenti terobsesi pada pelaku.

Mengatasi trauma bonding memang menjadi salah satu hal sulit bagi korban kekerasan pada perempuan, namun usaha tersebut sepadan dengan kebebasan yang akan dirasakan setelahnya. (*)

Baca Juga: Alami Kekerasan Seksual Saat Jadi TKI Ilegal, Ini Kisah Maizidah Salas

Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara