Efek Kekerasan pada Perempuan Bagi Kesehatan Mental Penyintas

Putri Mayla - Sabtu, 13 November 2021
Jenis kekerasan pada perempuan dapat memberikan efek negatif pada kesehatan mental penyintas.
Jenis kekerasan pada perempuan dapat memberikan efek negatif pada kesehatan mental penyintas. Chinnapong

Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan dapat menyebabkan efek bagi penyintas.

Efek tersebut dapat berupa tanda kekerasan yang dapat terlihat secara fisik, atau efek kekerasan bersifat emosional yang tidak terlihat.

Kebanyakan korban kekerasan harus bergulat dengan efek kesehatan emosional dan mental.

Seperti apa kekerasan yang memiliki efek pada kesehatan mental?

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan, Begini Tanda-tanda Kekerasan Finansial

Melansir Verywellmind, berikut efek kekerasan pada perempuan yang berdampak pada kesehatan mental.

1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang efeknya dapat terlihat.

Ini dapat berupa kekerasan untuk mempermalukan, mengendalikan, atau memaksa korban untuk bertindak dengan cara tertentu. 

Bentuk dari kekerasan fisik yakni tercekik, menampar, bersanding, dan melempar benda.

Efeknya yakni tubuh akan mengalami berbagai luka.

Parahnya, kejahatan terhadap perempuan secara fisik dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti sakit punggung dan sakit kepala, hingga masalah kesehatan mental post-traumatic stress disorder (PTSD), stres, dan gangguan lainnya.

2. Kekerasan pada perempuan secara emosional

Kekerasan emosional secara umum terjadi saat emosi seseorang dimanipulasi oleh pola kata-kata atau perilaku kasar dan intimidasi.

Selanjutnya, kekerasan emosional dapat menyebabkan korban merasa terluka, tidak berharga, dan cemas.

Bentuk kekerasan emosional di antaranya silent treatment, membuat ancaman, pemanggilan nama yang kejam, gaslighting, intimidasi, mengisolasi korban dari teman dan keluarga.

Efeknya yakni korban kekerasan emosional cenderung mengalami depresi dan kecemasan. 

Pada tingkat yang lebih parah, orang yang dilecehkan secara emosional juga dapat melukai diri sendiri.

Baca Juga: Penyintas Kekerasan pada Perempuan Dapat Mengalami PTSD, Apa itu?

3. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual terjadi di mana seseorang dipaksa untuk melakukan tindakan seksual yang bertentangan dengan keinginan mereka.

Bentuk kekerasan seksual di antaranya memaksa pasangan untuk menonton konten pornografi, fotografi seksual yang tidak diinginkan, dan lainnya.

Efeknya yakni korban mungkin juga merasa sulit untuk mempertahankan hubungan dan dapat mulai berjuang dengan depresi dan kecemasan.

Saat menavigasi kemarahan dan ketidakpercayaan atas tindakan pasangannya, korban mungkin mengalami PTSD, disfungsi seksual, dan pola tidur yang buruk.

Dalam kasus yang parah, korban kejahatan terhadap perempuan secara seksual melakukan upaya mengakhiri hidup mereka.

4. Kekerasan finansial

Kekerasan finansial mudah diabaikan, namun berbahaya terjadi saat pasangan memiliki akses terbatas atau tidak sama sekali ke akses keuangan dalam hubungan.

Bentuk kekerasan finansial di antaranya yakni ceroboh secara finansial dengan dana bersama, menolak akses mitra ke akun bersama, dan lainnya.

Hal ini dapat memengaruhi kemampuan korban untuk bertahan hidup.

Dampaknya yakni korban dapat mengalami kecemasan dan tertekan terus-menerus atas keadaan ekonomi mereka.

Kenyataannya adalah mereka kekurangan sumber daya untuk meninggalkan pasangan mereka dan merasa terjebak.

Baca Juga: Saat Alami Kekerasan pada Perempuan, Bagaimana Cara Menceritakannya?

Perasaan ini dapat menyebabkan depresi.

Penyalahgunaan keuangan juga dapat secara signifikan memengaruhi rumah tangga.

Yaitu dengan memengaruhi kemampuan untuk menjalankan peran orang tua secara memadai.

Untuk diketahui, kekerasan dalam bentuk apapun bisa sangat merusak kesehatan emosional dan fisik seseorang.

Jika kamu korban kekerasan pada perempuan, ini bukan kesalahanmu, dan ada pihak yang bersedia untuk membantu.

Segera laporkan atau cari bantuan agar terhindar dari kekerasan lebih lanjut.

(*)

Sumber: verywellmind
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati

Hari Buruh Internasional, Ini Cara Meningkatkan Kesehatan Mental Perempuan Pekerja