Buku I Am My Own Home: Pilihan Perempuan untuk Menyendiri di Tengah Quarter Life Crisis

Tim Parapuan - Jumat, 23 Juni 2023
Ulasan buku I Am My Own Home
Ulasan buku I Am My Own Home Good Reads

Parapuan.co - "Mengapa kesendirian laki-laki dilihat sangat puitis dan heroik, sedangkan kesendirian perempuan dilihat sebagai kesengsaraan atas tak adanya pilihan?"

Kesendirian dan perjuangan seorang perempuan di tengah quarter life crisis dengan apik dikisahkan dalam buku I Am My Own Home karya Isyana Artharini.

Kawan Puan, di usia 25 sampai 30 tahun, kita menghadapi krisis seperempat abad atau quarter life crisis.

Pada masa ini, kita merasa hidup penuh dengan ketidakpastian, baik itu dari bidang karier, percintaan, pertemanan, hingga jati diri.

Di rentang usia ini, kamu melihat banyak teman-teman yang sudah menikah dan berkeluarga.

Baca Juga: Ini 5 Rekomendasi Buku Soal Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya

Namun, di saat yang sama, kamu juga melihat teman-teman yang masih berkelana ke berbagai tempat atau menempuh pendidikan di universitas.

Seringkali, kita pun merasa kesepian karena semua orang di usia ini memiliki kehidupan masing-masing dengan apa yang ingin dicapai.

Sebagai perempuan, quarter life crisis juga dipantik dengan ekspektasi dari lingkungan yang sangat bias gender.

Isyana Artharini dalam buku I Am My Own Home mengangkat kisah perempuan berusia 30-an yang hidup sendirian di kota besar dengan berbagai gejolak krisis seperempat abad.

Berangkat dari pengalamannya sendiri, Isyana ingin mendobrak stigma kesendirian yang melekat pada perempuan.

Kesendirian pada perempuan dianggap berakar dari tidak adanya pilihan. Padahal, perempuan bisa memilih untuk sendiri bukan?

Dalam kumpulan essai ini, Isyana membawa pembaca pada pengalamannya berkelana ke berbagai tempat untuk menemukan jati diri.

Dari awal bab pertama, Isyana dengan gaya tulisan yang ringan, membuat pembaca seperti diajak masuk dalam sebuah perbincangan intim dengannya.

Lembar per lembar, Isyana mulai membuka diri tentang pilihan hidupnya untuk keluar dari rumah dan mengunjungi berbagai tempat yang asing baginya.

Berangkat seorang diri, Isyana menentang stigma dari keluarga dan lingkungan sekitarnya yang berpendapat bahwa perempuan tidak boleh bepergian sendirian.

Baca Juga: Simak! 3 Tips Mengelola Quarter Life Crisis di Tengah Pandemi Covid-19

Pengalamannya di tempat yang asing, bertemu dengan orang baru, mengerucut pada satu titik yaitu: pilihan.

Salah satu pilihan yang menarik lagi adalah memilih untuk menjadi penggemar berat dari rapper Drake di usia yang cukup matang.

Berdiri bersama perempuan yang usianya lebih muda demi untuk bisa melihat idolanya kadang memantik penghakiman dari sekitar.

Apa lagi di usia 30-an masa-masa fangirling dianggap sudah berakhir.

Namun Isyana dengan percaya diri tidak mau ambil pusing dengan pilihannya untuk merasakan hidup sepenuhnya, termasuk mencintai sosok idolanya.

Sama seperti pilihannya untuk tidak berkomitmen, dalam hal romansa mau pun pertemanan yang erat.

Isyana punya pilihan untuk berkomitmen, dengan berbagai pengalaman seksualnya yang diceritakan secara blak-blakan.

Namun kesendirian itu merupakan salah satu faktor besar yang membuatnya merasa ada di dunia dan menikmati hidup.

Pada akhirnya, buku ini merupakan kisah membangun rumah ternyaman dalam diri kita sendiri karena pada dasarnya itu yang paling penting.

Sejauh apa pun kita berkelana, rumah itu selalu kita bawa dalam diri kita dan jika kita sadar akan itu, kita tidak akan merasa tersesat, bahkan di masa krisis seperempat abad ini.

Baca Juga: Quarter Life Crisis Datang Jelang Usia 30-an, Ini Cara Menghadapinya

Isyana Artharini sendiri adalah seorang jurnalis dengan segudang pengalaman dan pengetahuan.

Maka, pembaca akan menemukan banyak referensi budaya pop dan teori penting yang dikaitkan dengan pilihan perempuan serta kesendirian.

Isyana tidak hanya menyampaikan pengalaman kepada pembaca, tapi juga memberikan edukasi tentang satu atau dua hal baru.

Membaca buku ini seperti diberi kepercayaan sepenuhnya oleh penulis untuk mengetahui berbagai pilihan dan rahasianya.

I Am My Own Home bisa dibilang adalah buku feminis, namun tidak dengan penyampaian yang keras dan gagasan feminisme yang secara gamblang dikemukakan.

Isyana berbicara banyak soal feminisme lewat buku ini dengan pengalaman dan realita sehari-hari yang banyak dialami juga oleh pembaca.

Berdasarkan riset PARAPUAN, buku I Am My Own Home adalah pilihan yang tepat untuk kamu yang sedang mengalami krisis seperempat abad.

Baca Juga: 4 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh saat Mengalami Quarter Life Crisis

Buku ini adalah pengingat bahwa kamu tidak pernah sendirian dalam menghadapi sesuatu.

Kisah Isyana bisa menjadi teman kamu ketika kecemasan soal ketidakpastian dalam hidup kembali datang.

Bagi Kawan Puan yang tertarik untuk membaca buku ini, kamu bisa melakukan pemesanan lewat tautan Gramedia berikut ini.

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria