Waktu yang Tepat Ajari Anak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Ratu Monita - Selasa, 7 September 2021
Apa dan kapan anak mengetahui tentang pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Apa dan kapan anak mengetahui tentang pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Photo by Ketut Subiyanto from Pexels

Parapuan.co - Menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan pada dasarnya penting dilakukan sejak usia dini.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang kerap menganggap pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan sebagai hal tabu.

Pada akhirnya, banyak anak yang tidak mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi perempuan sejak dini.

Padahal, pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi pada anak seharusnya sudah diajarkan pada anak sejak berusia di bawah 3 tahun.

Mengajarkan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi ini dapat membuat anak secara perlahan memahami mengenai organ intimnya, cara merawat, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada organ tersebut.

Bagi Kawan Puan yang ingin memberikan pengajaran tentang kesehatan seksual dan reproduksi perempuan pada anak, sesuaikan berdasarkan kategori umur si kecil seperti dilansir dari laman AboutKidsHealth

Bayi Berusia 1 hingga 3 Tahun

Perlu diketahui bahwa kebanyakan bayi berusia di bawah 2 tahun mengetahui perbedaan antara perempuan dan laki-laki.

Selain itu, pada usia ini bayi akan memiliki ribuan pertanyaan karena dia mulai penasaran dengan apa yang ada di lingkungannya, termasuk tentang tubuh mereka.

Untuk menjawab pertanyaan dari mereka, Kawan Puan cukup menjawab dengan informasi sederhana mengenai tubuh, termasuk soal organ intim.

 

Baca Juga: Beda dari Indonesia, Pelaku Kejahatan Seksual di Korea Selatan Pakai Gelang Kaki Elektronik Usai Bebas

 

Perlu diingat saat menjawab pertanyaan si kecil, usahakan untuk menggunakan istilah yang mudah diingat dan dipahami oleh mereka.

Jangan lupa juga untuk menyampaikan pada mereka tentang cara merawatnya, hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada organ intimnya.

Balita Berusia 3 hingga 5 Tahun

Seiring bertambahnya usia, rasa penasaran yang mereka miliki akan semakin bertambah.

Sebagai orang tua, Kawan Puan perlu memberikan pemahaman mengenai pendidikan seks yang lebih beragam.

Pada usia ini, kamu diperkenankan untuk mengajarkan si kecil mengenai menjaga bagian intim agar tidak disentuh orang lain.

Sampaikan pada si kecil bahwa tidak seorang pun boleh meminta untuk menyentuh bagian intim mereka, kecuali orang tua dan tenaga kesehatan.

Harapannya, si kecil akan memberi tahu orang tua saat ia menghadapi seseorang yang melakukan tindakan tidak pantas.

Selain itu, anak-anak juga harus belajar untuk bertanya terlebih dahulu sebelum menyentuh orang lain, seperti memeluk dan menggelitik.

Lebih lanjut lagi, si kecil juga perlu belajar tentang batasan privasi saat ia memahami hal tersebut dan menghadapi seseorang yang mengambil langkah.

Harapannya, si kecil dapat memberikan pengertian dan memghormati isyarat orang lain.

Baca Juga: Perempuan Karier Alami Kekerasan Seksual di Kantor? Lakukan Hal Ini

Anak Berusia 6 hingga 8 Tahun

Perkembangan teknologi yang ada seperti sekarang memudahkan anak-anak untuk mendapatkan akes internet.

Dengan begitu, anak-anak dapat mengakses apa pun di dalam dunia digital.

Oleh karena itu, disarankan si kecil mulai memahami tentang privasi, ketelanjangan, dan rasa hormat terhadap orang kain dalam konteks digital.

Sampaikan pada anak mengenai aturan berbicara dengan orang asing dan berbagi foto secara online.

Ajarkan pula apa yang perlu dilakukan jika mereka menemukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman.

Lebih lanjut lagi, Kawan Puan juga perlu memberikan dasar-dasar pubertas menjelang akhir rentang usia ini, karena sebagian anak akan mengalami pubeetas menjelang usia 10 tahun.

Pemahaman anak mengenai kesehatan seksual dan reproduksi perempuan harus terus ditambah.

SMP (9 hingga 12 Tahun)

Seiring pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak, pendidikan seks menjadi hal yang wajib saat anak berusia remaja.

Pasalnya, banyak tindakan pelecehan seksual terjadi pada rentang usia ini dan hal tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi.

Sebagai upaya pencegahan, orang tua dapat memberi tahu anak informasi dasar perihal kehamilan, pelecehan seksual, dan penyakit seksual menular.

 

Selain itu, pembatasan pemakaian gadget juga perlu dilakukan agar anak tidak mencari hal-hal tentang seks tanpa pengawasan orang tua.

Tak hanya itu, kamu juga perlu memberikan pemahaman mengenai keamanan internet, termasuk soal bullying.

SMA (13 hingga 18 Tahun)

Pada fase ini, anak-anak mulai menujukkan ketertarikannya pada lawan jenis dan bisa jadi kemudian mereka saling suka dan berpacaran.

Untuk itu, orang tua perlu menekankan perihal pendidikan seks bagi remaja yakni mengenai tindakan seks bebas beserta dampak yang ditimbulkan.

Umumnya pada usia remaja, anak akan menjadi sangat tertutup karena orang tua perlu mengajaknya berbicara dan diskusi.

Tindakan ini sebagai upaya agar anak dapat menceritakan hal apa pun pada orang tua, termasuk tentang seks.

Hal ini juga bisa menjadi pencegahan dari anak yang baru menceritakan pada orang tua di saat kondisi berbahaya.

(*)

Baca Juga: Hari Kesehatan Seksual Sedunia, Berikut Cara Menjaga Kesehatan Seksual bagi Perempuan

Sumber: aboutkidshealth.ca
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini

Bukan Hanya Anak-Anak, Ahli Ingatkan Pentingnya Vaksin Dewasa