Parapuan.co – Bahasan mengenai childfree kini masih ramai dibahas. Mungkin, ada teman atau keluarga Kawan Puan yang memilih untuk childfree.
Namun tidak menutup kemungkinan jika Kawan Puan sendirilah yang memutuskan untuk childfree.
Keputusan terkait childfree mungkin akan menimbulkan berbagai pertanyaan dari berbagai pihak.
Meski begitu, childfree adalah keputusan yang normal jika dilihat dari sudut pandang psikologi.
Baca Juga: Waktu yang Tepat Bicarakan Childfree Bersama Pasangan, Begini Kata Psikolog
Dari sisi psikologi, memang ada beragam faktor yang menyebabkan seseorang memilih untuk childfree.
Menurut Intan Kusuma Wardhani, M.Psi, seorang Psikolog Anak dan Klinis, perempuan yang memiliki wacana atau pemikiran untuk childfree biasanya didasari oleh beberapa hal.
“Pilihan untuk childfree ini bisa berkaitan dengan kondisi mental atau psikologi seorang perempuan,” jelas Intan saat dihubungi PARAPUAN pada Jumat (28/08/2021).
Kondisi Mental dan Psikologi
Perempuan dengan kondisi mental dan psikologi yang tidak stabil biasanya mempunyai kekhawatiran tersendiri saat mereka telah memiliki anak.
Mereka bahkan khawatir jika anak akan mendapatkan kehidupan yang tidak layak hingga penelantaran.
“Misalnya perempuan memiliki persepsi atau konsep diri seperti tidak cukup mampu untuk memiliki anak. Bukan tidak mampu secara fisik tapi mungkin tidak mampu secara kemampuan berpikirnya, mengendalikan emosi dirinya sendiri,” jelas Intan.
Kondisi mental seorang perempuan menjadi salah satu alasan mengapa mereka memustukan untuk childfree.
Perempuan dengan kondisi mental yang tidak stabil akan memengaruhi pola asuh mereka atau bahkan kehidupan masa depan anak.
Baca Juga: Ketahui 8 Tipe Kecerdasan Majemuk sebagai Penunjang Belajar Anak
Bukan hanya kondisi mental, perempuan yang memutuskan untuk childfree juga memiliki alasan lain seperti peristiwa traumatis sejak mereka kecil.
Trauma Masa Kecil
Keputusan atau pemikiran untuk childfree biasanya disebabkan oleh trauma masa kecil yang belum dapat diatasi.
“Atau mungkin mereka mempunyai pengalaman traumatis di masa lalu saat mereka merasakan hubungan yang tidak baik antara mereka sendiri dengan ibunya,” ucap Intan.
Pengalaman traumatis yang dialami oleh seorang perempuan bahkan sejak kecil biasanya menjadi hal sulit untuk dilupakan bahkan hingga mereka dewasa.
Peristiwa traumatis ini membuat mereka takut jika kejadian yang sama akan terulang hingga mereka memilih childfree.
“Mereka memiliki pandangan jika saat mereka belum siap menjadi orang tua justru hanya akan menyakiti anak mereka juga, sebagai mana dirinya dahulu,” jelasnya.
Peristiwa traumatis meninggalkan dampak di masa itu hingga jangka panjang.
Intinya, peristiwa bisa menjadi faktor lain yang dapat memengaruhi seorang perempuan memutuskan untuk childfree.
Baca Juga: Khawatir Berlebih pada Anak? Simak 4 Ciri-ciri Orang Tua yang Posesif
“Mereka tidak ingin anak mereka memiliki pengalaman yang sama,” pungkasnya.
Kawan Puan, itu tadi beberapa alasan mengapa perempuan memilih untuk childfree jika dilihat dari sudut pandang psikologi.
Oleh karena itu, tetaplah merangkul perempuan yang memutuskan untuk childfree meskipun kamu memiliki pemikiran atau idealisme berbeda. (*)