Film Two Language and A Sausage: Satu Ruang Aman untuk Dua Kisah Perempuan Menuju Pulih

Alessandra Langit - Senin, 30 Agustus 2021
Potongan adegan film Two Language and a Sausage
Potongan adegan film Two Language and a Sausage Inteamates/FilmFreeWay

Parapuan.co - Tiada hari di mana perempuan bisa sepenuhnya merasa aman untuk keluar rumah, berada di satu ruang yang sama dengan laki-laki, atau mengenakan pakaian yang dimau.

Ketakutan akan sentuhan dari tangan asing yang tiba-tiba datang tanpa consent hampir selalu menghantui setiap perempuan.

Menghadapi tantangan yang sama di lingkungan patriarki membuat sesama perempuan memiliki ikatan tersendiri dan trauma kolektif yang dibagi.

Baca Juga: Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak: Simbol Perjuangan Perempuan Demi Kebebasan

Tentu, setiap perempuan memiliki cara yang berbeda untuk sembuh dari traumanya.

Hal tersebut pun tidak bisa disamakan karena kapasitas emosional, mental, dan fisik setiap perempuan berbeda.

Namun sebagai bagian dari masyarakat yang sering menjadi target kekerasan seksual, sesama perempuan menjadi bahu untuk satu sama lain mengeluh dan meminta kekuatan.

Penggambaran tersebut dengan apik terwujud dalam film pendek Two Language and A Sausage karya Melarissa Sjarief.

Film pendek tersebut PARAPUAN tonton dalam acara Mulih: Feel to Heal pada hari Minggu (29/8/2021).

Film berdurasi 15 menit ini menceritakan kisah Bunga, seorang penerjemah yang juga penyintas kekerasan seksual.

Bunga mendapatkan tawaran pekerjaan yang sayangnya mengorek luka mendalam di hidupnya.

Di saat yang sama, Bunga bertemu dengan Bintang, seorang bintang film erotis, yang juga seorang penyintas kekerasan seksual.

Saat mereka duduk bersama, dialog sebagai dua perempuan yang masih dalam masa pemulihan pun dimulai.

Memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda, trauma yang dialami Bunga dan Bintang memiliki efek masing-masing pada kehidupan mereka.

Bunga menjadi lebih tertutup dan memiliki kecemasan yang lebih. Sedangkan Bintang seakan melawan traumanya, tapi jika kita beri perhatian lebih, luka di dirinya masih belum kering.

Disampaikan secara implisit dan simbolik, kasus kekerasan seksual yang dialami Bunga dalam film ini membatasi dirinya untuk menikmati hal yang umum dilakukan oleh orang lain.

Tidak hanya itu, karier Bunga pun tidak bisa berkembang dengan leluasa karena ada batasan tertentu yang secara langsung ditolak oleh tubuhnya.

Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki

Lingkungan sekitar kita, di mana trauma akan kekerasan seksual masih dianggap isu minor, membuat perempuan seperti Bunga seringkali tidak memiliki ruang aman.

Gangguan kesehatan mental seperti yang dialami Bunga pasca kejadian juga tidak pernah menjadi sorotan yang penting. Bagi sebagian orang itu hanya penanda kelemahan.

Sebuah ruang kecil seperti kehadiran Bintang untuk sekadar menyuarakan apa yang terpendam merupakan harta karun istimewa bagi perempuan.

Pengertian dan respons yang membumi hanya bisa didapatkan dengan mereka yang juga memahami rasanya berjuang dengan trauma yang melekat dalam diri.

 

Film ini mampu menjadi gambaran ruang aman yang diharapkan untuk perempuan penyintas dan kita semua yang sedang mencoba untuk pulih.

Dibuat oleh perempuan, film ini tidak memberikan gambaran eksplisit yang mengeksplorasi tubuh perempuan sebagai objek atau pun romantisasi trauma dan kesehatan mental.

Sebagai penonton, mendengar kata-kata dan merasakan kehadiran dari Bintang, terasa seperti pelukan hangat setelah terkoyak rasa sakit saat kilas balik kejadian yang terjadi pada Bunga.

Harapan pun tumbuh bahwa di antara banyak orang di luar sana, setidaknya ada satu perempuan yang pasti mengerti.

Tapi apakah hal tersebut melegakan atau justru menyedihkan, ketika kita tahu bahwa hampir setiap perempuan pernah merasakannya?

Baca Juga: Film Selesai: Berat Tidak Sama Dipikul, Perempuan Lagi-Lagi Jadi Korban

Lewat film ini kita kembali disadarkan bahwa apa yang dapat kita lakukan adalah bergandengan tangan dengan perempuan lain, mendukung perlawanan terhadap sistem yang tidak menyisakan keadilan bagi kita.

Apa yang dibagi oleh Bunga dan Bintang menjadi representasi kita sebagai perempuan yang hanya punya satu sama lain untuk didengar dan dipercaya.

Jika Kawan Puan ingin tahu lebih lanjut mengenai pemutaran film ini, kamu dapat mengikuti informasi di akun resmi @inteamates.id. (*)

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Inteamates (@inteamates.id)