Kisah Apriyani Rahayu Menjadi Atlet, Berawal dari Raket Kayu Buatan Sang Ayah

Tentry Yudvi Dian Utami - Selasa, 3 Agustus 2021
Kisah Apriyani Rahayu Berjuang untuk Bisa ke Olimpiade Tokyo 2020
Kisah Apriyani Rahayu Berjuang untuk Bisa ke Olimpiade Tokyo 2020 ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Parapuan.co - Tangis haru masih menghiasi negeri ini setelah Apriyani Rahayu berhasil membawa emas untuk Indonesia bersama Greysia Polii di Olimpiade Tokyo 2020.

Apriyani Rahayu merupakan atlet perempuan asal Indonesia yang dikenal gesit saat bertanding di Olimpiade Tokyo 2020.

Tak heran kalau Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii bisa membawa pulang emas untuk Indonesia.

Tentu saja, kemenangan Rahayu Apriyani ini memberikan kebahagiaan untuk sang ayah, Ameruddin.

Melansir Kompas.com, sang ayah bahkan ingat bahwa perjuangan Apriyani Rahayu tembus Olimpiade Tokyo 2020 bukanlah hal mudah dilakukan.

Baca Juga: Tidak Diunggulkan, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Berhasil Raih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020

Ayahnya cerita kalau sebetulnya Apriyani Rahayu disapa, sudah menyukai bulu tangkis sejak usianya 3 tahun.

Apriyani menyukai olahraga bulu tangkis lantaran sang ayah dan ibu suka bermain bulu tangkis.

"Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," ujar Ameruddin.

Meskipun tidak memakai alat bulu tangkis yang profesional, tapi Apriyani tetap menyukai olahraga ini.

Ani- biasa Apriyani disapa, lalu menekuni hobinya sampai duduk di bangku SD.

Saat itu, dia meminta dibelikan raket bulu tangkis ke sang ayah.

Namun, Amerudin mengakui kalau dirinya belum mampu beli raket bulu tangkis. Dia pun hanya bisa memberikan Ani raket yang sudah usah di mana tali senarnya sudah putus.

Kata Ameruddin, “Masalahnya kalau tidak dikasih raket, dia menangis."

Tapi, kesukaan Ani terhadap olahraga tak sebatas bulu tangkis saja, lho.

Rupanya, semakin beranjak dewasa, Ani juga pernah menggeluti seni bela diri Taekwondo bersama kakaknya.

Tak heran, kalau Ani pun terbilang sering berkelahi dengan laki-laki semasa sekolah dulu.

Namun, lantaran melihat bakat puterinya itu, Ameruddin pun mengarahkan Ani untuk bermain bulu tangkis saja.

Ameruddin sendiri yang menyemangati puterinya untuk menekuni bulu tangkis.

Baca Juga: Perbedaan Usia Tak Halangi Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Saling Mendukung

Katanya, dulu Ani harus pergi latihan di Gedung Sarana Kegiatan Bersama (SKB) Unaaha, Kabupaten Konawe, yang berjarak 9 kilometer dari rumahnya.

"Jadi dia lari dari rumah ke SKB, saya naik motor. Begitu juga kalau habis latihan, pulang dari SKB ke rumah begitu setiap sorenya, karena dia mau latihan sendiri," ujar Ameruddin.

Saat Ani duduk di bangku kelas enam SD, rupanya perempuan berambut pendek ini sudah berprestasi.

Prestasinya pun terus cemerlang ketika mengikuti turnamen bulu tangkis tingkat kecamatan dan kabupaten Konawe.

Ameruddin mengakui kalau bakat Ani ini diwarisi oleh ibunya, yang pernah meraih juara di Pekan Olahraga Daerah (Porda) di Raha, Kabupaten Muna pada 2007 lalu.

Meski memang berprestasi, namun Ameruddin bukanlah keluarga mampu. Gajinya sebagai pegawai di UPTD Dinas Pertanian Konawe, belum bisa selalu mendukung karier puterinya.

Bahkan, sang ibu pun pernah menggadaikan emas agar puterinya bisa bermain.

"Ibunya bahkan beberapa kali harus menggadai perhiasannya agar Ani bisa terus bermain," ujarnya.

Hingga suatu hari, Akib Ras, salah seorang pegawai kantor perwakilan Konawe membawa Ani ke Jakarta bergabung di Klub PB Pelita Bakrie binaan legenda bulu tangkis, Icuk Sugiarto.

Baca Juga: Beda 10 Tahun, Begini Cara Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Saling Dukung

Saat itu, Icuk Sugiarto nyaris menolah Ani. Namun, Akib bisa meyakinkan Icuk kalau anak bawaannya berpotensi di bulu tangkis.

Dari situ, Ani berhasil masuk ke klun dan mengikuti pertandingan kelas dunia.

Namun, kala kariernya cermelang, ibunda Ani meninggal dunia pada 2015 lalu. Saat itu, Ani sedang bertanding di Peru.

Meski demikian, semangat Apriyani Rahayu tidak pernah padam meskipun segala kesulitan pernah dia lalui.

salah satunya pada 2017 lalu, Apriyani bahkan hanya bermodalkan raket dan uang Rp 200.000 ketika mendatangi pelatih Eng Hian untuk latihan di Pelatihan Nasional (Pelatnas), Cipayung, Jakarta.

"Cuma Apri (Apriyani) yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp 200.000 di tangan,

Dia bilang dia mau jadi juara, terserah Koh Didi mau kasih program apa, saya siap," ujar Eng Hian.

Eng Hian pun menerima Apriyani dan memasangkannya dengan Greysia Polli.

Baca Juga: Greysia Polii Jadi Peraih Emas Bulu Tangkis Putri Tertua di Olimpiade

Tak disangka, Apriyani Rahayu terus berprestasi dan menunjukkan kegigihannya.

Kata Eng Hian,"Itu dibuktikan sama dia, saat masih punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama."

Semoga kisah Apriyani Rahayu ini bisa menginspirasi kita semua ya, Kawan Puan!(*)