Parapuan.co - Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang membutuhkan penanganan sejak dini agar proses penyembuhannya lebih sukses.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 telah membuat perawatan kanker secara global sangat terganggu.
Kanker paru-paru pun tak berbeda sama dengan jenis kanker yang lainnya.
Baca Juga: Hindari Konsumsi 5 Makanan Ini Bersamaan dengan Minuman Beralkohol
Perawatan yang terganggu pada pasien kanker paru-paru akan berdampak buruk.
Pasalnya, kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda.
Dalam rangka Hari Kanker Paru-Paru sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Agustus 2021 dan diperingati setiap tahunnya, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit ini.
Kawan Puan, kanker paru-paru merupakan salah satu jenis yang mematikan, lho.
Berdasarkan data dari Global Cancer Statistic (Globocan) tahun 2020, kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker dengan kematian tertinggi di dunia.
Jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama di dunia.
Sementara itu, di Indonesia jumlah kasus kanker paru menempati peringkat ketiga.
Jumlah kasus di Indonesia sebanyak 34.783 kasus serta meningkat sebanyak 8,8% untuk laki-laki dan perempuan.
Salah satu penyebab kematian kanker paru dan jenis lainnya adalah diagnosa yang dilakukan pada tingkat lanjut.
"Paru adalah organ tubuh yang paling luas. Jika paru-paru satu orang dibuka dan hanya ada 100 biji sel kanker tidak akan terasa karena tidak membuat hubungan apa-apa," ujar Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K) dalam Undangan Peluncuran Layanan Digital PULIH dalam Rangka Hari Kanker Paru Sedunia pada Rabu (28/7/2021).
Diagnosa dan pengobatan tepat waktu dapat menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru.
Baca Juga: Mengulik Makanan yang Disantap Para Atlet Saat Olimpiade Tokyo 2020
Salah satu faktor yang dapat memengaruhinya adalah faktor risiko dalam penyakit kanker paru-paru.
Bagi pencegahan dan pengobatan, faktor risiko dalam kanker paru-paru begitu penting.
Dengan menghindari faktor risiko, penyakit kanker paru-paru akan terminimalisir.
Sementara itu, bagi pengobatan juga akan memengaruhi keberhasilan pengobatan.
"Dari faktor risiko ini, kita akan tahu orang itu dengan keluhan seperti apa, mempunyai faktor risiko untuk kanker. Maka kita harus melakukan tindakan yang mempercepat diagnosis bisa ditegakkan," ujar dr. Elisna.
Faktor Risiko Kanker Paru-Paru
dr. Elisna mengatakan bahwa faktor risiko kanker paru-paru terbagi menjadi 2, yakni faktor risiko yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol.
Faktor yang tak bisa dikontrol ini merupakan faktor risiko yang tak bisa diminimalisir.
Adapun faktor risiko yang tidak dapat dikontrol yakni umur, jenis kelamin, serta riwayat kanker dalam keluarga.
Baca Juga: Tak Khawatir Bikin Gendut, Ini Sederet Makanan yang Membuat Tubuhmu Tetap Ideal
"Jadi faktor risiko dalam keluarga tdiak bisa dikontrol. Kalau ada riwayat keluarga itu jadi faktor risiko penting yang harus dijelaskan ke dokternya," jelas dr. Elisna.
Selain itu, faktor yang dapat dikontrol atau diminimalisasi menurut dr. Elisna adalah paparan asap rokok, faktor polusi dan pekerjaan.
Jika kita tinggal di lingkungan dengan polusi atau bekerja di tempat yang mengandung zat kasinogen.
Zat kasinogen adalah zat-zat yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker.
"Contohnya ya seperti itu. Orang (yang) kerja di tambang, di pabrik asbes, kimia, atau dia seorang peneliti," sebut guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Masih berhubungan dengan perawatan dan pengobatan kanker paru-paru, pandemi membuat perawatan global kanker memburuk.
Baca Juga: Faktor Penyebab Parosmia, Gangguan yang Dialami Penyintas Covid-19
Terlepas dari kondisi pandemi, pasien kanker tetap disarankan untuk terus melakukan konsultasi dengan dokter dan tidak menunda pengobatan.
Oleh karena itu, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi PULIH (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses digital untuk memudahkan pengobatan pasien serta berbagai informasi kesehatan lainnya.
(*)