Sambut Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, Kenali Faktor Risikonya

Firdhayanti - Sabtu, 31 Juli 2021
Kanker paru-paru perlu ditangani sejak awal agar pengobatannya berhasil.
Kanker paru-paru perlu ditangani sejak awal agar pengobatannya berhasil. iStockphotos

Parapuan.co - Menyambut hari kanker paru-paru yang jatuh pada 1 Agustus 2021 mendatang, tahukah Kawan Puan bahwa kanker paru-paru merupakan salah satu jenis yang mematikan? 

Berdasarkan data dari Global Cancer Statistic (Globocan) tahun 2020, kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker dengan kematian tertinggi di dunia. 

Jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama di dunia. 

Baca Juga: Bisa Jadi Ancaman untuk Perempuan, Kanker Paru Kini Perlu Jadi Prioritas Nasional, Ini Alasannya

Sementara itu, di Indonesia jumlah kasus kanker paru menempati peringkat ketiga. 

Jumlah kasus di Indonesia sebanyak 34.783 kasus serta meningkat sebanyak 8,8% untuk laki-laki dan perempuan. 

Salah satu penyebab kematian kanker paru dan jenis lainnya adalah diagnosa yang dilakukan pada tingkat lanjut. 

"Paru adalah organ tubuh yang paling luas. Jika paru-paru satu orang dibuka dan hanya ada 100 biji sel kanker tidak akan terasa karena tidak membuat hubungan apa-apa," ujar Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K) pada acara Peluncuran Layanan Digital PULIH dalam Rangka Hari Kanker Paru Sedunia, Rabu (28/7/2021). 

Diagnosis dan pengobatan tepat waktu dapat menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru. 

Salah satu faktor yang dapat memengaruhinya adalah faktor risiko dalam penyakit kanker paru-paru. 

Bagi pencegahan dan pengobatan, faktor risiko dalam kanker paru-paru begitu penting. 

Dengan menghindari faktor risiko, penyakit kanker paru-paru akan terminimalisir. 

Sementara itu, bagi pengobatan juga akan memengaruhi keberhasilan pengobatan. 

"Dari faktor risiko ini, kita akan tahu orang itu dengan keluhan seperti apa, mempunyai faktor risiko untuk kanker. Maka kita harus melakukan tindakan yang mempercepat diagnosis bisa ditegakkan," ujar dr. Elisna. 

Baca Juga: 6 Hal Ini Pantang Dilakukan Saat Menstruasi Demi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Yang Dikontrol dan Tak Bisa Dikontrol

dr. Elisna mengatakan bahwa faktor risiko kanker paru-paru terbagi menjadi 2, yakni faktor risiko yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol. 

Faktor yang tak bisa dikontrol ini merupakan faktor risiko yang tak bisa diminimalisasi. 

Adapun faktor risiko yang tidak dapat dikontrol yakni umur, jenis kelamin, serta riwayat kanker dalam keluarga. 

"Jadi faktor risiko dalam keluarga tdiak bisa dikontrol. Kalau ada riwayat keluarga itu jadi faktor risiko penting yang harus dijelaskan ke dokternya," jelas dr. Elisna. 

Selain itu, faktor yang dapat dikontrol atau diminimalisasi menurut dr. Elisna adalah paparan asap rokok, faktor polusi dan pekerjaan. 

Jika kita tinggal di lingkungan dengan polusi atau bekerja di tempat yang mengandung zat kasinogen. 

Zat kasinogen adalah zat-zat yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker. 

"Contohnya ya seperti itu. Orang (yang) kerja di tambang, di pabrik asbes, kimia, atau dia seorang peneliti," ungkap guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. 

Masih berhubungan dengan perawatan dan pengobatan kanker paru-paru, pandemi membuat perawatan global kanker memburuk. 

Pandemi dapat mengganggu diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda. 

Baca Juga: Penyebab Parosmia dan Cara Mengobatinya Bagi Penyintas Covid-19

Terlepas dari kondisi pandemi, pasien kanker tetap disarankan untuk terus melakukan konsultasi dengan dokter dan tidak menunda pengobatan.

Oleh karena itu, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi PULIH (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses digital untuk memudahkan pengobatan pasien serta berbagai informasi kesehatan lainnya. 

 (*)

4 Jenis Aromaterapi untuk Meredakan Sakit Kepala hingga Mual