Parapuan.co - Dalam hubungan antar pribadi terkadang kita bisa merasa tidak nyaman akibat pikiran dan perasaan yang kita ciptakan sendiri.
Padahal tidak ada konflik atau masalah yang jelas dalam interaksi tersebut, namun kita bisa merasa cemas, gelisah dan tidak nyaman.
Kondisi tersebut dapat membuat kita bingung, sebab kita bisa saja menyalahkan orang lain atas perasaan tidak nyaman yang kita rasakan.
Bahayanya, jika hal ini terjadi terus menerus dapat mengganggu hubungan antar pribadi kita dengan orang lain.
Alih-alih menyalahkan orang lain, sebaiknya kita mencoba berdamai dengan diri sendiri untuk mengurai kecemasan menggunakan identifikasi proyektif.
Melansir dari laman Psychology Today, identifikasi proyektif atau projective identification yang termasuk dalam psikoanalisis.
Identifikasi proyektif ini dikenalkan pertama kali oleh Melanie Klein seorang psikoanalis.
Baca Juga: Merasa Sakit Hati? Begini Cara Menyampaikannya pada Orang Lain
Proyeksi bisa terjadi saat kita seperti melihat pikiran dan memiliki perasaan yang sama dengan orang lain.
Biasanya, seseorang melakukan proyeksi untuk menghindari hal-hal yang tidak dapat kita terima. Misalnya, emosi negatif seperti cemas, frustasi, dan lainnya.
Seseorang melakukan proyeksi karena dia cemas dan tanpa sadar melakukan hal-hal yang bisa menyakiti orang lain.
Proyeksi bisa terjadi karena seseorang tidak mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga ia dengan mudahnya menyalahkan orang lain atas emosi yang ia rasakan.
Kebiasaan memproyeksikan perasaan kepada orang lain ini bisa terjadi dalam situasi apa pun. Lantas, bagaimana cara menghentikannya?
Untuk menghentikan proyeksi, kamu dapat melakukan identifikasi proyektif dengan cara berikut:
Mengenali emosi
Cara pertama untuk mengenali emosi yakni saat kamu merasa tidak bisa melakukan sesuatu dan merasa tidak nyaman. Namun, biasanya kamu mengabaikan perasaan ini.
Alih-alih menyadari bahwa sedang cemas atau frustasi, kamu mungkin akan menyalahkan orang lain atas perasaan tidak nyaman tersebut.
Jika kamu sedang merasakan emosi atau perasaan tidak nyaman, coba berhenti dan renungkanlah.
Baca Juga: 6 Jenis Emosi Dasar dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Manusia
Menerima perasaan dan tidak menghakimi diri sendiri
Kamu mungkin bisa saja mengalami pengalaman negatif di masa lalu. Di mana pengalaman itu bisa menimbulkan perasaan negatif.
Saat perasaan negatif itu muncul lagi di saat ini, alih alih menyangkal atau menyingkirkan perasaan tersebut, sebaiknya kamu menerimanya dan tidak menghakimi diri sendiri.
Pengalaman negatif di masa lalu tidak mendefinisikan kita saat ini, bukan berarti kita tidak berharga.
Dengan mengalami kondisi ini, kamu bisa belajar memahami pengalaman dan perasaan yang kamu alami.
Lebih lanjut lagi, kamu bisa memahami apa yang sedang kamu butuhkan dan apa yang orang lain butuhkan.
Perasaan memberikan informasi penting
Saat mengalami perasaan tidak nyaman, jangan langsung menghakimi diri sendiri.
Perasaan hadir membawa informasi pada diri kita dari interaksi antar pribadi. Selanjutnya, ia juga membawa informasi untuk diri kita dan orang lain.
Saat kamu merasa buruk tentang dirimu, bukan berarti ia memandang buruk pada dirimu.
Baca Juga: 4 Strategi Memaafkan Orang Lain Agar Terhindar dari Rasa Balas Dendam
Namun, dengan mengidentifikasi proyeksi itu, kamu bisa memahami kondisi dan dapat berkomunikasi dengan baik pada orang lain.
Sederhananya, saat kamu kerap kali merasa gelisah dan tidak berhasil menyelesaikan permasalahan antar pribadi, berhentilah sejenak untuk mengenali informasi pada perasaan itu.
Lebih lanjut lagi, kamu bisa konsultasi ke psikolog untuk mengetahui lebih dalam mengenai identifikasi proyektif. (*)