Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, ILO: 'Pekerja Anak Naik Selama Pandemi'

Anna Maria Anggita - Sabtu, 12 Juni 2021
Ilustrasi pekerja anak di pabrik.
Ilustrasi pekerja anak di pabrik. Pixabay/Wikilmages

Parapuan.co - Kawan Puan, tanggal 12 Juni ini merupakan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak.

Peringatan ini dibentuk oleh The International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Internasional yang pertama kali menetapkannya pada tahun 2002.

Hari peringatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan aktivisme terhadap pencegahan pekerja anak.

Tentunya hal ini didorong oleh ratifikasi Konvensi ILO No.138 tentang usia minimum untuk bekerja dan Konvensi ILO No.182 tentang bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

Baca Juga: Capai 8.000 Total Kasus per Hari, 5 Provinsi di Indonesia Ini Alami Lonjakan Covid Tertinggi

Di samping itu, tahun 2021 ini menandakan hampir dua dekade gerakan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak diselenggarakan.

Sayangya, mengutip dari laman resmi ILO, berdasarkan laporan terbaru dari ILO dan UNICEF, tertulis bahwa jumlah anak yang menjadi pekerja telah meningkat menjadi 160 juta pada 2020 di seluruh dunia.

Angka tersebut terhitung mengalami peningkatan 8,4 juta dari tahun 2016 hingga 2020.

Sebenarnya, sebelum pandemi Covid-19 menyerang, angka pekerja anak itu sudah turun sebesar 94 juta antara tahun 2000 dan 2016.

Tapi setelah pandemi menyebar di seluruh dunia, tren penurunan tadi berbalik menjadi naik.

Bahkan satu dari 10 anak di seluruh dunia menjadi pekerja.

Mengutip dari DW, jika langkah-langkah besar tidak diambil, angkanya bisa naik hingga 206 juta pada akhir 2022.

Perlu diketahui, peningkatan terbesar terlihat di Afrika, terutama karena pertumbuhan penduduk, krisis, dan kemiskinan

Baca Juga: 5 Aplikasi Mental Health yang Akan Membantumu Menemukan Dukungan dan Bantuan Profesional

Di Afrika sub-Sahara, hampir seperempat anak-anak berusia antara 5 dan 17 tahun sudah menjadi pekerja anak, dibandingkan dengan 2,3% di Eropa dan Amerika Utara.

ILO dan UNICEF juga memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai dapat mendorong anak-anak yang menjadi pekerja untuk bekerja lebih lama dan dalam kondisi yang buruk.

Di sisi lain, ternyata anak laki-laki lebih banyak yang bekerja dibandingkan dengan perempuan.

Dalam laporan tersebut tercatat sebanyak 97 dari 160 juta yang harus bekerja keras sebagai pekerja anak pada awal 2020.

Akan tetapi, kesenjangan gender ini menyempit setengahnya ketika pekerjaan rumah tangga yang dilakukan setidaknya selama 21 jam per minggu ikut dihitung.

Laporan tersebut juga menunjukkan peningkatan jumlah anak antara 5 dan 17 tahun yang terlibat dalam "pekerjaan berbahaya", seperti menambang atau bekerja dengan mesin berat, selama lebih dari 43 jam seminggu. 

Baca Juga: Ajak Anak-anak Jaga Kelestarian Bumi, Barbie Luncurkan Boneka Berbahan Plastik Daur Ulang

"Jika cakupan perlindungan sosial turun dari tingkat saat ini, sebagai akibat dari langkah-langkah penghematan dan faktor lainnya, jumlah anak yang menjadi pekerja bisa naik 46 juta (pada akhir tahun 2022)", menurut co-penulis dan spesialis statistik UNICEF, Claudia Cappa.

"Perkiraan baru ini merupakan peringatan," kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder dalam sebuah pernyataan.

Mengetahui hal tersebut, ia menegaskan kalau kondisi yang terjadi saat ini tak bisa membuat kita semua berdiam diri.

Sebab, generasi yang saat ini masih menjadi anak-anak akan terancam.

"Ini adalah waktu untuk komitmen dan energi baru untuk mengubah sudut dan memutus siklus kemiskinan dan pekerja anak,” tutupnya. (*)

Sumber: DW,ilo.org
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania