Selain Hamil Alami, Ada Juga Program Bayi Tabung dan Inseminasi, Apa Bedanya?

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 11 Juni 2021
Perbedaan bayi tabung dan inseminasi
Perbedaan bayi tabung dan inseminasi Sofiia Petrova

Parapuan.co - Bayi tabung belakangan banyak menjadi pilihan untuk memiliki keturunan.

Setiap pasangan yang telah menikah biasanya mengharapkan untuk memiliki momongan.

Ada yang setelah menikah langsung dikaruniai anak, namun ada pula yang harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa hamil.

Progam bayi tabung kini menjadi salah satu cara untuk membantu pasangan memiliki anak.

Ini pula yang banyak menjadi pilihan para artis yang telah lama menikah namun belum memiliki momongan.

Baca Juga: Ifan Seventeen dan Citra Monica Jalani Program Hamil, Ini 8 Hal yang Pantang Dilakukan Pasca Proses Bayi Tabung

Selain dengan program bayi tabung, ada pula alternatif lain yaitu melalui inseminasi.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa insemninasi dan bayi tabung memiliki perbedaan.

Masih banyak pasangan yang keliru memahami dua teknologi reproduksi bantuan ini.

Ada tiga cara untuk program hamil, baik itu secara alami maupun dengan bantuan.

Yaitu hamil secara alami, program hamil inseminasi, dan bayi tabung.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Benediktus Arifin, MPH, SpOG(K), FICS dari Morula IVF Surabaya, dalam Instagram Live Nakita.id, Jumat (9/4/2021).

Lalu apa sih perbedaan inseminasi dan bayi tabung?

Mengutip dari Nakita.id, menurut keterangan dr. Benediktus Arifin, inseminasi atau Intrauterine Insemination (IUI) merupakan prosedur medis berupa pemasukan sel sperma pria dengan kualitas terbaik ke dalam rahim perempuan untuk memudahkan proses pembuahan sperma pada sel telur perempuan.

Inseminasi ini pun diawali dengan proses pengeluaran sperma pada sebuah wadah.

“Suami akan masturbasi dan mengeluarkan sperma yang kemudian ditaruh di sebuah tempat penampungan. Sperma yang ideal adalah yang tidak dikeluarkan selama 3-7 hari. Lalu, sperma akan diambil menggunakan pipet dan dimasukkan ke tabung reaksi. Langkah berikutnya, tabung reaksi kemudian seperti dicuci dalam kecepatan tinggi,” jelas dokter yang akrab disapa dengan nama Benny ini.

Baca Juga: Kontrol Gula Darah dengan Mudah, Konsumsi Air Bawang Bombay Ini Cocok untuk Penderita Diabetes

Dengan melalui proses tersebut, nantinya akan terlihat sperma mana yang terbaik untuk dilanjutkan dalam inseminasi.

“Tujuannya agar sperma yang tidak bisa berenang, kotor, dan mati akan menumpuk di bagian bawah tabung reaksi. Dan, yang bisa berenang akan naik ke atas tabung reaksi. Nah, inseminasi ini tidak bisa memilih sperma yang bagus. Proses ini hanya akan mengambil bagian sperma yang bisa berenang tersebut,” ungkap dr. Benny.

Setelah ditemukan yang terbaik, proses selanjutnya adalah memasukkan sperma ke dalam rahim.   

Proses inilah yang membuat angka keberhasilan inseminasi lebih tinggi daripada hamil alami.

“Setelah itu, sperma yang diambil akan dimasukkan ke dalam rahim dan lebih dekat dengan sel telur. Oleh karena itu, angka keberhasilan inseminasi akan lebih tinggi daripada proses alami,” terangnya.

Dalam proses inseminasi, sperma juga menjadi salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilannya.

Maka dari itu, perlu dilihat terlebih dahulu, apakah sperma telah memenuhi syarat atau belum.

Sehingga sebelum melakukan inseminasi, akan terlebih dahulu dilakukan analisa sperma.

“Untuk mengetahui sperma suami memenuhi syarat atau tidak, cara yang bisa dilakukan adalah analisa sperma (sperm analysis). Apabila melakukan analisa sperma, hasil yang keluar ada tiga hal, yaitu jumlah sperma (normalnya minimal 15 juta/cc), pergerakan sperma, dan bentuk sperma (minimal 4% yang normal),” ucap dr. Benny.

Akan tetapi, analisa sperma ini juga tentunya harus dilakukan dalam pantauan dokter.

“Analisa sperma tidak bisa hanya dilihat saat ejakulasi. Sperma yang kental, putih mengkilat, dan jumlah yang banyak belum tentu memenuhi syarat. Nah, untuk inseminasi, umumnya membutuhkan 4 juta sperma. Angka tersebut biasanya akan mendekati keberhasilan ketimbang proses hamil alami,” tambahnya.  

Baca Juga: Jangan Asal Minum, Deretan Obat Ini Berbahaya Jika Dikonsumsi Ibu Menyusui

Inseminasi disebut memiliki keberhasilan yang lebih tinggi dari hamil alami.

Namun, keberhasilannya ternyata masih kalah dari program bayi tabung, lo Kawan Puan.

Dibandingkan dengan hamil alami atau inseminasi, bayi tabung memiliki angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi.

Namun, biaya yang dibutuhkan untuk bayi tabung juga jauh lebih besar daripada inseminasi.

“Keberhasilan bayi tabung memang diakui lebih tinggi ketimbang inseminasi. Selain itu, biaya bayi tabung dan inseminasi juga berbeda. Dengan keberhasilan yang berkali-kali lipat lebih tinggi, tentu biaya bayi tabung lebih mahal daripada inseminasi,” ujar dr. Benny.

Berbeda dengan inseminasi yang pembuahannya dilakukan di dalam rahim, dalam bayi tabung hal ini dilakukan di luar organ perempuan atau di laboratorium.

Bayi tabung sendiri juga dikenal denga in vitro fertilization (IVF).

IVF merupakan prosedur medis dengan pengambilan sperma dan sel telur untuk dipertemukan di luar organ perempuan (laboratorium) agar terjadi proses pembuahan.

Seperti halnya inseminasi, kondisi pasangan suami-istri juga tentunya harus diperiksa terlebih dahulu.

dr. Benny menuturkan, ada dua kondisi yang akan dilihat sebelum melakukan bayi tabung.

Pertama, apabila pasien sudah terindikasi mutlak harus menjalani bayi tabung, maka tidak lagi ada pilihan lain.

Baca Juga: Tetap Bisa Terinfeksi Covid-19 Meski Sudah Vaksin Seperti Ringgo Agus Rahman, Begini Penjelasan Kemenkes

Biasanya, kondisi itu ditandai dengan beberapa hal.

“Pasien akan dianjurkan menjalani bayi tabung ketika spermanya tidak ada. Maksudnya, sel sperma tidak terlihat ketika dicek di bawah mikroskop, sehingga harus diambil dari buah zakarnya. Selain itu, saluran telur wanita terlihat buntu,” jelas dr. Benny.

Selain itu juga karena adanya indikasi relatif.

“Misalnya, jika kondisi pasangan suami-istri baik-baik saja tanpa ada indikasi apapun, lalu kemudian memilih bayi tabung, hal itu juga diperbolehkan,” kata dr. Benny.

Faktor usia juga menjadi salah satu alasan untuk menjalani program bayi tabung.

“Kalau usia di bawah 35 tahun dan 6 bulan menikah belum hamil, tak perlu khawatir. Sebaliknya, jika sudah berusia di atas 35 tahun, sebaiknya segera periksakan ke dokter bila dalam kurun waktu tersebut belum juga hamil,” ungkapnya. (*)