Review Buku 'Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua', Mengapa Jadi Ibu Sulit?

By Arintha Widya, Senin, 11 Agustus 2025

Review buku 'Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua'

Parapuan.co - Buku Not Losing Myself In Motherhood atau Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua, karya Lee Sung Ah dan Kim Ah Yeon, terbitan Grasindo, adalah bacaan yang mampu menyentuh hati banyak ibu. Bukan hanya karena isinya relevan dengan kehidupan sehari-hari, tapi juga karena buku ini berbicara dengan bahasa yang hangat dan apa adanya.

Para penulis memotret perasaan seorang ibu yang sering tak terucap, terutama rasa insecure yang kerap hadir di perjalanan menjadi orang tua. Sejak halaman awal, buku ini mengajak kita, khususnya yang sudah menjadi ibu untuk duduk sejenak dan bernapas.

Buku ini tidak menawarkan rumus cepat menjadi ibu sempurna, melainkan mengundang pembaca untuk mendengar kisah dan pengalaman sesama ibu yang bergulat dengan keraguan. Dari situ, kita sadar bahwa kita tidak sendirian dalam rasa lelah, bingung, dan takut gagal mendidik anak.

Buku ini dibangun dengan format percakapan yang terasa intim. Saat membacanya, seolah kita tengah berbincang dengan teman dekat yang mengerti isi hati kita. Percakapan-percakapan itu memunculkan banyak refleksi—bukan hanya tentang anak, tapi juga tentang diri sendiri sebagai perempuan yang kini memikul peran baru.

Yang membuat buku ini istimewa adalah keberanian Kim Ah Yeon menegaskan bahwa menjadi orang tua tidak menghapus identitas pribadi. Justru, semakin kita mengenal dan merawat diri sendiri, semakin baik pula kita bisa hadir untuk anak. Pesan ini menjadi benang merah yang menuntun kita hingga akhir buku.

Tidak Ada Rumus Pasti Menjadi Orang Tua yang Baik

Meski dunia penuh dengan teori parenting, buku ini mengingatkan bahwa tak ada satu pun panduan yang berlaku universal. Setiap anak berbeda, dan setiap keluarga memiliki dinamika yang unik. Alih-alih terjebak mengejar standar ideal versi orang lain, kita diajak fokus pada kebutuhan anak kita sendiri.

Pesan ini membebaskan sekaligus menantang. Membebaskan karena kita tidak lagi merasa harus mengikuti semua saran yang beredar, tetapi menantang karena kita perlu benar-benar mengenal anak dan diri sendiri. Itulah inti dari menjadi orang tua yang dibutuhkan anak, bukan sekadar menyalin pola asuh dari luar.

Dalam percakapan di buku ini, ada momen ketika para ibu menyadari bahwa “teori” sering kali tak berjalan mulus di dunia nyata. Ada kalanya anak menangis tanpa sebab jelas, atau rencana pengasuhan berantakan karena situasi tak terduga. Menerima ketidaksempurnaan itu adalah bagian dari proses menjadi orang tua yang lebih bijak.

Baca Juga: Mental Load yang Dialami Perempuan Setelah Jadi Ibu dan Cara Menghadapinya