Lawan Stunting dan BBLR di Lombok Utara dengan Peningkatan Akses Layanan Dokter Gigi

By Citra Narada Putri, Selasa, 22 Juli 2025

Lawan stunting dan BBLR di Lombok Utara, Kembara Nusa dan GIGI.ID berikan layanan dokter gigi untuk warga desa.

Parapuan.coStunting dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendesak di banyak negara, termasuk Indonesia. Dampak jangka panjang dari kedua kondisi ini sangat serius, meliputi gangguan perkembangan kognitif, peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari, dan penurunan kualitas sumber daya manusia.

Ironisnya, di tengah berbagai upaya penanggulangan, ada dua faktor yang sering terlewatkan namun memiliki peran krusial dalam memperparah masalah ini. Yaitu minimnya akses terhadap dokter gigi dan rendahnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.

Penting untuk dipahami bahwa infeksi gigi dan mulut, seperti karies (gigi berlubang) dan penyakit periodontal (radang gusi), pada ibu hamil bukan sekadar masalah lokal. Bakteri penyebab infeksi ini dapat masuk ke dalam aliran darah dan memicu respons inflamasi sistemik dalam tubuh ibu.

Tak banyak disadari bahwa inflamasi kronis ini berpotensi menyebabkan persalinan prematur dan BBLR, malnutrisi pada ibu hamil, hingga penularan bakteri dari ibu ke anak. 

Hal tersebut seperti penjelasan Drg. Safira Khairina, M.Kes, Co-Founder Kembara Nusa, yang mengatakan bahwa kesehatan gigi yang buruk pada ibu hamil, terutama periodontitis (peradangan serius pada jaringan penyangga gigi), dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

Ia menambahkan, anak-anak yang mengalami BBLR atau stunting seringkali menunjukkan masalah tumbuh kembang gigi, termasuk enamel yang tipis, keterlambatan erupsi gigi, dan karies dini. Gangguan ini berpotensi mengganggu asupan nutrisi yang memadai untuk pertumbuhan mereka.

“Gigi yang sehat dimulai sejak dalam kandungan. Maka penting bagi ibu hamil untuk menjaga kebersihan mulut dan memeriksakan gigi secara rutin,” ujar drg. Safira. “Kami berharap para kader bisa menjadi penerang informasi di lingkungannya untuk menurunkan angka stunting dan BBLR melalui edukasi gigi yang lebih merata,” tuturnya.

Salah satu akar permasalahan dari kondisi ini adalah minimnya akses masyarakat, terutama di daerah terpencil dan pedesaan, terhadap layanan dokter gigi. Keterbatasan jumlah dokter gigi, fasilitas kesehatan yang tidak memadai, serta biaya perawatan yang seringkali dianggap mahal, menjadi tembok penghalang bagi banyak ibu hamil untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan gigi yang layak. Akibatnya, masalah gigi dan mulut seringkali diabaikan hingga kondisinya memburuk dan menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Salah satu contohnya seperti yang terjadi di Lombok Utara. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara, BBLR merupakan komplikasi neonatal tertinggi di kabupaten ini (49,7% dari seluruh kasus pada 2022), dengan Kecamatan Bayan mencatat angka tertinggi sebesar 63,2%. Sementara itu, prevalensi stunting di Lombok Utara pada tahun 2024 tercatat sebesar 14,69%, meski telah menunjukkan tren penurunan.

Baca Juga: Dukung Kemajuan Industri Kesehatan Gigi dan Mulut, Pameran IDEC Akan Kembali Digelar