5 Cara Perempuan Menyembuhkan Luka Batin dari Hubungan Toksik

By Saras Bening Sumunar, Senin, 26 Mei 2025

Menyembuhkan luka batin dari hubungan toksik.

Parapuan.co - Ketika perempuan mencintai seseorang, sering kali ia memberikan seluruh hatinya tanpa sisa. Saat cinta itu dibalas dengan red flag pasangan seperti manipulasi, pelecehan emosional, atau sikap merendahkan terus-menerus, luka yang ditinggalkan tidak hanya membekas di permukaan, tapi juga menjalar hingga ke dalam jiwa.

Hubungan toksik tidak hanya menyakitkan karena kata-kata atau perbuatan kasar yang tampak jelas, tetapi juga karena efek jangka panjang tak kasat mata. Rasa percaya diri yang runtuh, nilai diri memudar, dan rasa bersalah mungkin terus menghantui.

Perempuan yang keluar dari hubungan toksik sering kali merasa hampa, kehilangan arah, bahkan merasa bersalah karena membiarkan dirinya berada dalam hubungan seperti itu. Meski begitu, menyalahkan diri sendiri bukanlah jawaban, justru kita perlu bangkit dan menyembuhkan diri.

Di sisi lain, penyembuhan dari hubungan toksik bukanlah proses yang instan. Ia bukan luka yang bisa sembuh hanya dengan waktu, tapi luka ini perlu dirawat secara sadar, penuh kasih, dan konsisten.

Penyembuhan diri dari hubungan toksik bukan hanya tentang melupakan mantan pasangan yang menyakitimu, tetapi juga tentang memulihkan dirimu sendiri, jiwamu, pikiranmu, dan identitasmu. Merujuk dari laman Psychology Todayada beberapa langkah yang bisa diterapkan perempuan untuk menyembuhkan diri dari hubungan toksik:

1. Kenali dan Akui Rasa Sakit yang Kamu Alami

Langkah pertama yang paling penting, meskipun sangat menyakitkan, adalah mengakui bahwa kamu terluka. Banyak perempuan menutupi luka mereka dengan kesibukan, tawa palsu, bahkan hubungan baru.

Padahal jika tidak membiarkan dirimu merasakan dan memproses rasa sakit itu, kamu hanya akan menyimpan dan membawanya ke masa depan. Duduklah dengan tenang, tuliskan perasaanmu, menangislah jika perlu, dan jangan menyepelekan rasa kehilangan, kekecewaan, atau marah dalam dirimu.

2. Bangun Kembali Batasan Diri yang Sehat

Baca Juga: Dampak Psikologis yang Dirasakan Perempuan Ketika Terjebak Hubungan Toksik

Hubungan toksik sering menghancurkan batasan pribadi yang sehat. Mungkin kamu terbiasa menoleransi perlakuan buruk demi menjaga hubungan tetap utuh.

Saat kamu mulai menyembuhkan diri, penting untuk membangun kembali batasan yang jelas tentang bagaimana orang lain boleh memperlakukanmu. Ini mencakup batasan fisik, emosional, bahkan digital seperti memblokir akun mantan atau berhenti mengintip kehidupannya di media sosial.

3. Mengembangkan Rasa Pecaya Diri dan Harga Diri

Dalam hubungan yang tidak sehat, perempuan sering kali mulai meragukan nilainya sendiri. Kamu mungkin sering dipertanyakan, direndahkan, atau dijadikan kambing hitam.

Proses penyembuhan berarti membangun kembali narasi tentang siapa dirimu. Ingatkan dirimu setiap hari bahwa kamu layak dicintai, dihargai, dan diperlakukan dengan hormat.

Kegiatan seperti journaling, afirmasi positif, atau bergabung dalam komunitas bisa sangat membantu perempuan untuk pulih dari hubungan toksik yang sebelumnya pernah dijalani.

4. Memaafkan Bukan Membenarkan

Memaafkan adalah bagian penting dari penyembuhan, tapi bukan berarti kamu membenarkan perlakuan buruk yang telah terjadi. Memaafkan adalah tentang membebaskan dirimu dari kemarahan yang menggerogoti batinmu setiap hari.

Ini adalah keputusan untuk tidak membiarkan luka lama terus mengontrol emosimu di masa kini. Proses ini butuh waktu, dan kamu tidak harus terburu-buru., lakukan saat benar-benar siap.

5. Rayakan Setiap Kemajuan Kecil

Penyembuhan tidak datang dalam satu momen ajaib, tapi dalam langkah-langkah kecil yang terkadang tidak kamu sadari. Hari di mana kamu tidak menangis karena mengingat masa lalu, sampai bisa tertawa lepas dengan teman-teman tanpa beban.

Rayakan setiap kemajuan itu, sekecil apa pun, karena itu adalah tanda bahwa kamu sedang membangun versi dirimu yang lebih kuat dan bahagia.

Baca Juga: 3 Cara Mengenali Bahwa Suatu Perusahaan Toksik Saat Wawancara Kerja

(*)