Mitos dan Aspek Struktural: Kesenjangan Gender dari Hulu hingga Hilir

By Dr. Firman Kurniawan S., Minggu, 11 Desember 2022

Seorang profesor mendapati bahwa kesenjangan gender terjadi dari kesalahan berpikir para mahasiswi di ruang kelas perkuliahan.

Parapuan.co - Pada sebuah acara peluncuran buku yang diadakan oleh sebuah kampus, sekitar 10 tahun lalu, Profesor Mayling Oey-Gardiner menceritakan pengalamannya menyaksikan pencapaian belajar mahasiswa vs. mahasiswi di ruang-ruang kelasnya.

Pada tahun pertama perkuliahan, tutur Prof. Mayling, mahasiswi lebih unggul dibanding mahasiswa. Ini terjadi konsisten di beberapa angkatan.

Peraih indeks prestasi (IP) di atas 3,5, lebih banyak diraih mahasiswi.

Kalau pun ada mahasiswa, jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan. Kurang dari 10 di antara 40-an peserta perkuliahan.

Di tahun ke-2, posisi masih diungguli mahasiswi tapi jumlahnya menyusut. Sementara prestasi mahasiswa tak beranjak. Tak memburuk juga tak melonjak.

Lalu di tahun ke-3, makin sedikit saja mahasiswi yang meraih angka IP di atas 3,5.

Ini konsisten dengan yang terjadi di tahun ke-4, saat para peserta perkuliahan mengakhiri masa belajar jenjang sarjana.

Para mahasiswa sendiri tak juga mengisi posisi prestasi yang ditinggalkan para mahasiswi. Kalau pun ada, jumlahnya tak menonjol.

Kejadian yang dihadapi ini menarik. Muncul pertanyaan di benak Sang Profesor.

Apakah mahasiswi mengalami penurunan kepintaran seiring pertambahan tahun belajar?