Parapuan.co - Wacana tentang ekonomi sirkular belakangan semakin gencar disuarakan, salah satunya oleh Unilever.
Untuk mewujudkan ekonomi sirkular PT Unilever Indonesia, Tbk. menggelar webinar bertajuk "Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik".
Acara tersebut juga dilangsungkan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni lalu.
Sebagaimana dalam press rilis yang diterima PARAPUAN, banyak pihak termasuk pelaku usaha kini tengah merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia.
Untuk merealisasikan hal itu, salah satu yang bisa dilakukan ialah dengan pendataan maupun penelusuran sampah plastik.
Unilever pun hadir dengan sebuah proyek berbasis digital bernama Divert, yang dikembangkan oleh Waste4Change melalui program Transform.
Rangkaian program yang telah terlaksana tidak lepas dari peran serta mitra pemulung dan pengepul sampah daur ulang.
Hingga saat ini, proyek Divert telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up system ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam waktu 6 bulan.
Dari acara webinar seputar ekonomi sirkular yang digelar pada 9 Juni 2022, diketahui fakta bahwa saat ini permasalahan lingkungan yang dihadapi bumi sangatlah beragam.
Baca Juga: Mengenal Ekonomi Sirkular Lewat Hadirnya Toko Kelontong Nol Sampah
Satu yang dinilai paling krusial ialah permasalahan sampah plastik, yang mana di Indonesia terdapat 4,8 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik setiap tahunnya.
Tercatat sekitar 48 persen sampah plastik dibakar di ruang terbuka, 13 persen tidak dikelola di tempat pembuangan sampah resmi, dan sisanya 9 persen mencemari saluran air dan laut.
Penerapan ekonomi sirkular pun diyakini sebagai salah satu upaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia.
Namun, penerapan di lapangan tentu tidak mudah, dan peran serta semua pihak dan sinergi dari semua aktor dalam mata rantai daur ulang harus digalakkan.
Sehingga, sampah sebagai bahan daur ulang dapat dikumpulkan kembali dan diproses menjadi produk daur ulang atau proses pengelolaan lainnya.
Menurut pengamatan Waste4Change, kendala-kendala lainnya adalah kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik.
Salah satunya menyebabkan masih adanya gap yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang.
Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever, di mana data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien.
Untuk itu diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat memperoleh bahan baku dari plastik daur ulang dalam jumlah signifikan untuk dapat diolah menjadi kemasan kembali.
Baca Juga: Sistem Ekonomi Sirkular Bisa Dimulai dari UMKM, Begini Kata Praktisi
Tantangan lain yang dihadapi ialah melibatkan konsumen di mana mereka bisa memilah sampah plastik dari rumah.
"Di tengah tantangan mewujudkan ekonomi sirkular, konsumen punya peran yang tak kalah penting," ucap Astri Puji Lestari selaku pegiat gaya hidup ramah lingkungan.
"Menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab banyak sekali caranya, salah satunya bisa dilakukan dari rumah, dengan menjadi bagian dari #GenerasiPilahPlastik," imbuhnya.
Di sisi lain, Unilever sendiri gencar mengajak konsumen untuk memilah sampah dari rumah melalui iklan dan kegiatan-kegiatan seperti webinar.
Unilever percaya bahwa plastik memiliki tempatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan.
Untuk itu, perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025, pihaknya akan:
1. Mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi
penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang.
2. Memastikan 100 persen kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos.
3. Mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual.
4. Meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25 persen.
Kurang lebih, itulah tadi langkah yang dilakukan Unilever bersama Waste4Change untuk mewujudkan ekonomi sirkular di Indonesia.
Nah, seperti disinggung di atas, Kawan Puan bisa membantu mewujudkannya dengan memilah sampah dari rumah dan meminimalkan penggunaan plastik, ya.
Baca Juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Begini Praktik Jual Beli di Toko Nol Sampah
(*)