Hari Perempuan Internasional, Prof Etin Anwar Ungkap Penyebab Minimnya Perempuan Berkarier di Indonesia

Aulia Firafiroh - Senin, 7 Maret 2022
Minimnya Peran Perempuan Karier di Indonesia
Minimnya Peran Perempuan Karier di Indonesia rudi_suardi

Penulis buku Feminisme Islam ini, juga mengungkapkan betapa minimnya peran perempuan di bidang pemerintahan dan pendidikan.

“Di politik, keterwakilan perempuan di jabatan kepemimpinan di pemerintahan minim. Di bidang pendidikan, jumlah dosen yang diangkat menjadi dekan atau rektor (perempuan) juga masih sangat sedikit,” kata ilmuwan perempuan kelahiran Tasikmalaya, 4 Agustus 1967 ini.

Padahal, menurut doktor lulusan bidang riset Philosophy, Interpretation, and Culture Binghamton University ini, era emansipasi merupakan era promosi pendidikan di Indonesia.

Di era itu, perempuan mulai mengembangkan karier dan memperluas peran publik mereka yang direpresentasikan oleh RA Kartini, Dewi Sartika, Rahmah El Yunusiyyah, dan masih banyak lagi.

Usai era emansipasi, munculah era asosiasi yang berbentuk ekspansi para perempuan yang cukup besar di ruang publik.

Pada era itu, Etin Anwar mengatakan mulai ada gerakan perempuan sendiri di Budi Utomo, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah, seperti Putri Mardika, Muslimat NU, dan Aisyiyah.

“Perempuan di era tersebut terlibat dalam penyebaran dakwah ajaran Islam yang penting dalam hubungannya dengan jaringan karier karena perempuan mendapatkan exposure ke pendidikan,” jelas Etin.

Setelah itu, masuk ke era pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah orang yang berpendidikan dan pilihan karier yang lebih banyak.

Namun meski di era tersebut karier perempuan meningkat, pemerintah memaksakan ideologi gender atas nama kodrat.

Baca juga: Naila Rizqi, Co-Coordinator Women's March Jakarta yang Merasa 'Salah' Masuk Jurusan Hukum

Sumber: nu.or.id
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh