Parapuan.co - Pandemi Covid-19 berdampak pada perubahan sistem kerja bagi para pekerja kantoran, yang kita kenal dengan work from home (WFH).
Bagi sebagian rumah tangga, work from home atau bekerja dari rumah artinya baik itu suami maupun istri harus menjalankan peran ganda yakni mencari nafkah, sekaligus mengerjakan pekerjaan domestik dalam rumah tangga.
Sebenarnya perubahan ini cukup menyenangkan. Sebab, bagi pasangan yang memiliki anak, bekerja dari rumah sangat membantu para orang tua memiliki banyak waktu dengan anak-anak mereka.
Namun di sisi lain, WFH juga berarti suami dan istri harus mengambil peran yang sama, untuk mengurusi pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah, memasak, berbelanja, atau mengurus kebutuhan anak.
Baca Juga: Untung di Tengah Pandemi, Ini Strategi Bisnis Produk Home and Living
Dalam riset PARAPUAN yang berjudul Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri pada 16-19 April lalu, diketahui bahwa pandemi memang membawa perubahan pada porsi pembagian tugas antara suami dan istri.
Pasalnya, mereka yang awalnya hanya mencari nafkah, kini harus membantu pekerjaan domestik juga ketika work from home.
Hal ini mengakibatkan adanya peran ganda bagi suami dan istri ketika di rumah, karena mereka mencari nafkah sembari mengerjakan tugas domestik.
Lalu, bagaimana dengan suami yang cenderung enggan melakukan tugas domestik di rumah?
Fakta ini tak dapat dihindari bagi sebagian besar rumah tangga, terlebih mengingat budaya patriarki yang masih sangat kental di Indonesia.
Baca Juga: Cerita Para Istri yang Suaminya Mengambil Peran dalam Keluarga: Hubungan Lebih Harmonis
Psikolog Klinis, Reynitta Poerwito, Bach. of Psych., M. Psi, menegaskan bahwa rumah tangga adalah hasil kerja sama antara suami dan istri, bukan istri saja.
"Sudah nggak zaman lagi kalau misalnya ada suami yang memikirkan momong anak itu tugas istri, masak itu tugas istri, beres-beres rumah itu tugas istri.
"Menurut saya pemikiran suami yang seperti itu sudah kuno, nggak sesuai dengan perkembangan zaman," kata Reynitta kepada PARAPUAN.
Ketika membahas mengenai pembagian tugas yang ideal dalam rumah tangga, Reynitta mengatakan pada dasarnya pembagian seperti itu seharusnya tidak ada. Sebab ikatan rumah tangga dibangun dengan komitmen untuk bekerja sama.
"Bekerja sama itu nggak ada kepemilikan. Misal suami mengatakan 'oh aku bantu cuci piring.' Memangnya itu piring siapa? Itu kan pekerjaan rumah, rumah bersama. Jadi istilah membantu itu nggak ada.
Baca Juga: Pentingnya Pembagian Peran Domestik yang Dimulai dari Keluarga
"Jadi ketika suami mengerjakan tugas domestik, itu kan memang rumah bersama. Jadi pertama, hilangkan kata-kata 'bantu-membantu', karena peran suami itu sebenarnya sama dengan istri dalam tugas domestik," tegas Reynitta.
Meski demikian, ia juga mengakui bahwa tak semua suami memiliki pemikiran yang sama. Terlebih bagi para suami yang berpandangan bahwa tugas domestik adalah pekerjaan istri.
Bagaimana solusinya? Menurut Reynitta, para istri juga harus melihat karakter sang suami. Selain itu, penting untuk menjelaskan dan berkomunikasi dengan suami, agar tugas-tugas domestik ini dapat dikerjakan bersama.
"Jadi, menurut saya jika ada istri yang memiliki suami seperti itu, jangan takut untuk menjelaskan. Kita harus buka logikanya dulu, jangan dengan pemahaman yang sudah usang," ujarnya.
(*)
Baca Juga: 7 Aktivitas Saat Pandemi Untuk Mengatasi Rasa Kesepian dan Depresi