Kehidupan Setelah Perceraian, Belajar Bangkit dan Menata Ulang Hidup

Tim Parapuan - Kamis, 28 Agustus 2025
Kehidupan setelah perceraian
Kehidupan setelah perceraian

Parapuan.co - Perceraian selalu menjadi kabar yang menyita perhatian, baik di kalangan masyarakat umum maupun selebriti. Baru-baru ini, publik di Indonesia ramai membicarakan gugatan cerai pesepak bola Arhan Pratama terhadap Azizah Salsha, yang sempat disebut-sebut sebagai pasangan muda idaman.

Di sisi lain, kabar perpisahan Acha Septriasa dengan Vicky Kharisma dan isu keretakan rumah tangga Dahlia Poland juga menambah deretan kisah selebriti yang harus menghadapi kenyataan pahit dalam pernikahan.

Meski tidak semua perceraian diwarnai konflik terbuka, tetap saja perpisahan adalah proses yang penuh emosi. Dilansir melalui laman Health Cleveland Clinic, spesialis pekerja sosial klinis, Karen Tucker, LISW-S, ACSW, menegaskan bahwa mengakhiri rumah tangga hampir selalu meninggalkan luka batin.

“Anda mungkin merasa ditolak, marah, sangat terluka, atau kehilangan kendali. Tapi ada pula yang merasa lega dan penuh harapan,” ungkapnya.

Rasa Berduka

Menurut Tucker, tahapan emosional yang dialami seseorang pasca perceraian mirip dengan proses berduka. Ada masa penyesuaian, fase pemulihan aktif, hingga akhirnya seseorang menemukan reformasi hidupnya. Kesadaran bahwa perasaan itu normal sangat penting agar individu mampu melangkah ke depan tanpa terus terjebak dalam kesedihan.

Ruang untuk Diri Sendiri

Karen Tucker menekankan pentingnya memberi ruang pada diri sendiri untuk merasakan emosi. “Tidak ada cara yang salah atau benar untuk merasakan. Semua orang berduka atas impian yang hilang, akan, atau seharusnya,” katanya.

Di era digital, perceraian kerap menjadi konsumsi publik dan perbincangan media sosial. Namun di balik itu, ada beban emosional yang harus ditanggung. Tidak sedikit yang akhirnya memilih menjalani terapi psikologis atau sekadar berbicara dengan orang terdekat agar tidak larut dalam kesedihan.

Baca Juga: 3 Cara Perempuan Menghadapi Perceraian dengan Tegar dan Kuat

 

 

Datang ke Ahli Profesional

Terapi profesional, menurut Tucker, dapat menjadi langkah penting untuk membantu mengelola keuangan, perumahan, hingga perawatan anak pasca perceraian. Selain itu, konseling memberi ruang aman bagi seseorang untuk mengungkapkan rasa kehilangan tanpa harus takut dihakimi. 

Lebih dari sekadar memberikan saran teknis, konseling juga menyediakan ruang aman bagi seseorang untuk mengungkapkan rasa kehilangan, kekecewaan, bahkan kemarahan tanpa harus takut dihakimi. Proses ini memungkinkan individu belajar menerima kenyataan, menemukan perspektif baru, serta perlahan membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri.

Fokus kepada Anak

Bagi orang tua yang bercerai, fokus utama semestinya tetap pada anak. “Anda akan menjadi orang tua bersama seumur hidup. Terimalah peran itu dan buat keputusan dengan mengutamakan anak,” ujar Tucker. Nasihat ini terasa relevan jika melihat beberapa selebriti yang berhasil menjalin hubungan baik demi buah hati, seperti Gading Marten dan Gisella Anastasia.

Meski demikian, ada pula kasus sebaliknya. Proses cerai yang kerap diwarnai saling sindir di media sosial hingga perang pernyataan di persidangan. Kondisi semacam ini justru bisa memperburuk keadaan, terutama bagi anak-anak yang sebenarnya hanya membutuhkan kestabilan emosional dari kedua orang tuanya.

Merawat Diri

Selain dukungan emosional, perawatan diri juga memegang peranan penting dalam proses pemulihan pasca perceraian. Tucker menekankan bahwa tubuh dan pikiran memiliki keterhubungan yang erat, sehingga menjaga kesehatan fisik sama pentingnya dengan menata keseimbangan mental.

Baca Juga: Go Hye Sun Minta Publik Stop Bahas Perceraiannya, Sebut Sudah Alami Luka Kedua

Ia mengingatkan bahwa pola tidur yang sehat, olahraga teratur, serta konsumsi makanan bergizi dapat membantu menstabilkan suasana hati yang sering kali naik-turun setelah melewati fase perpisahan. Sebaliknya, mencari pelarian pada alkohol, obat-obatan, atau kebiasaan buruk lainnya justru berisiko memperburuk kondisi emosional dan memperlambat proses pemulihan.

Aktivitas sederhana seperti mencoba hobi baru, mengikuti kelas seni, memasak, atau bahkan sekadar berjalan santai di taman bisa menjadi cara efektif untuk mengembalikan rasa percaya diri yang kerap runtuh setelah perceraian.

Rutinitas ini tidak hanya memberi kesibukan positif, tetapi juga membuka kesempatan untuk menemukan makna baru dalam hidup. Dengan begitu, seseorang dapat merasa lebih berdaya dan siap menata ulang perjalanan hidupnya.

Emosional Mendalam

Tucker juga menekankan pentingnya mewaspadai hambatan. Ada kalanya seseorang terjebak dalam amarah atau kesedihan mendalam sehingga sulit melangkah maju. Dalam kondisi ini, mencari bantuan profesional sangat dianjurkan agar tidak jatuh ke dalam depresi berkepanjangan.

Rasa takut akan kesepian kerap membuat orang buru-buru menjalin hubungan baru. Hal ini juga sering terlihat di dunia selebriti, di mana kabar pacaran pasca cerai segera jadi sorotan. Padahal, menurut Tucker, setiap orang membutuhkan waktu untuk pulih dan belajar dari pengalaman hubungan sebelumnya agar tidak mengulang pola yang sama.

Meski berat, selalu ada harapan setelah perceraian. “Anda tahu sedang melangkah maju ketika mulai membangun kehidupan baru yang layak dijalani,” kata Tucker. Bagi masyarakat luas, kisah selebriti yang berani bangkit setelah rumah tangganya kandas bisa menjadi inspirasi untuk tidak menyerah pada keadaan.

Perjalanan setelah perceraian memang penuh lika-liku, sering kali membuat seseorang merasa terombang-ambing di antara kesedihan, kehilangan, dan ketidakpastian. Namun, setiap langkah kecil menuju perawatan diri, sekalipun dengan menjaga kesehatan fisik, mencari dukungan emosional, atau sekadar memberi ruang untuk beristirahat. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari keberanian yang patut diapresiasi.

Pada akhirnya, perceraian bukanlah akhir dari segalanya. Ia hanyalah pintu menuju babak baru kehidupan, yang bisa lebih sehat, lebih kuat, dan lebih jujur terhadap diri sendiri. Seperti kata Tucker, “Ini bukan kegagalan, melainkan sebuah kesempatan untuk bertumbuh dan menemukan kembali makna hidup.”

Baca Juga: Psikolog Ungkap Dampak Positif Co-Parenting Pasca Orang Tua Bercerai

(*)

Putri Renata

Sumber: Health Cleveland Clinic
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri