“Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan bagi seluruh anak. Sebagai konsorsium organisasi fokus anak, IJF terus mengedepankan dorongan dan dukungan terhadap Pemerintah terutama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam mempromosikan upaya menghentikan kekerasan pada anak,” ujar Angelina Theodora selaku Ketua Komite IJF periode 2024-2025 dan Direktur Nasional Wahana Visi Indonesia.
IJF menyatakan bahwa inklusivitas adalah tindakan nyata, bukan hanya slogan. Untuk membuktikannya, mereka menghadirkan pandangan langsung dari anak-anak difabel dan orang-orang terdekat mereka pada peringatan Hari Anak Nasional ini.
“Harapan saya, sebagai anak penyandang disabilitas, ke depannya pemerintah dan para pemangku kepentingan dapat lebih cepat merespon. Kami, anak penyandang difabel, tiga kali lebih rentan mengalami kekerasan terhadap anak dan perempuan. Kami juga berhak dan ingin untuk bisa merasakan rasa aman,” ungkap Zakiya, anak dengan disabilitas dari Jakarta Timur.
Pertemuan ini menjadi platform untuk menyebarkan hasil konsultasi anak tentang pencegahan kekerasan di tingkat ASEAN dan global.
Pesan yang diusung oleh perwakilan anak-anak Indonesia pada Ministerial Meeting di Bogotá 2025 juga dibagikan dan mendapat tanggapan positif dari ASEAN.
“Setelah melihat hasil survei nasional, saya semakin menyadari betapa bermanfaat dan bermaknanya masukan dari anak. Di ASEAN sendiri, kami sedang membiasakan diri untuk berkonsultasi dengan anak, mendengarkan lebih banyak suara mereka, karena kami tahu anak- anak adalah calon pemimpin bangsa dan calon pemimpin ASEAN. Oleh karena itu, mendengarkan, mengakomodasi, dan mengintegrasikan pendapat anak ke dalam dokumen rencana aksi regional untuk penghapusan kekerasan terhadap anak adalah hal yang sangat penting,” ujar Yanti Kusumawardhani, Perwakilan ASEAN Commission on the Protection of the Rights of Women and Children (ACWC).
IJF berharap acara ini dapat mendorong perubahan nyata. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kekerasan terhadap anak, memperkuat kemampuan dalam penanganan kasus, dan yang terpenting, membangun komitmen kolektif agar Indonesia menjadi tempat yang lebih aman dan ramah anak.
(*)
Baca Juga: Kasus Balita Dibunuh karena Utang, Kenali Faktor Risiko Kekerasan terhadap Anak