Kenapa Masih Tetap 24 Jam?
Meskipun secara teknis 5 Agustus 2025 lebih singkat, jam di seluruh dunia tetap akan menunjukkan waktu 24 jam seperti biasa.
Menurut Live Science, perubahan waktu harian akibat rotasi baru akan terasa secara nyata jika perbedaan panjang hari mencapai lebih dari 0,9 detik atau 900 milidetik—dan itu pun harus terjadi secara kumulatif dalam periode bertahun-tahun.
Jika ketimpangan antara waktu Bumi dan waktu atomik mulai signifikan, International Earth Rotation Service (IERS) akan melakukan penyesuaian dengan menambahkan “detik kabisat” ke Waktu Universal Terkoordinasi (UTC).
Mengapa Rotasi Bumi Bisa Berubah?
Secara teori, benda padat yang berputar di ruang hampa akan mempertahankan kecepatan rotasinya kecuali ada gaya luar yang memengaruhinya. Namun, Bumi bukanlah benda padat sepenuhnya, dan tidak berada dalam ruang hampa. Ia memiliki atmosfer, inti cair, serta dipengaruhi oleh interaksi gravitasi dengan Bulan dan benda langit lainnya.
Duncan Agnew, ahli geofisika dari Scripps Institution of Oceanography, menjelaskan, "Jumlah semua rotasi harus sama. Jika sebagian Bumi bergerak lebih lambat, bagian lain harus bergerak lebih cepat."
Faktor-faktor seperti dinamika inti Bumi, arus atmosfer, hingga distribusi massa akibat pencairan es, semuanya berkontribusi pada perubahan kecepatan rotasi.
Karena itu, tak mengherankan jika hari di Bumi sesekali menjadi sedikit lebih panjang atau lebih pendek—walaupun hanya dalam hitungan milidetik.
Baca Juga: Memahami Anomali Curah Hujan: Saat Musim Kemarau Justru Dihujani Air Langit
(*)