Parapuan.co - Forbes baru-baru ini merilis daftar orang terkaya di dunia pada Juli 2025, termasuk peringkat orang terkaya di Indonesia. Untuk diketahui, Forbes sendiri merupakan majalan bisnis asal Amerika Serikat yang dikenal sering merilih daftar tokoh-tokoh inspiratif, orang terkaya, hingga perusahaan besar dunia.
Berdasarkan data Forbes, Low Tuck Kwong menduduki peringat pertama orang terkaya di Indonesia. Low Tuck Kwong sendiri adalah pendiri PT Bayan Resources Tbk yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dengan kekayaan 27,3 miliar dolar Amerika Serikat.
Menariknya lagi, dalam daftar orang terkaya di Indonesia, terdapat dua nama perempuan inspiratif, yakni Mariana Budiman di posisi kedelapan dan Dewi Kam di posisi kesembilan. Marina memiliki nilai kekayaan sebesar 4,9 miliar dolar AS, dan otomatis menjadi perempuan terkaya di Indonesia. Sedangkan Dewi Kam menjadi perempuan terkaya kedua di Indonesia, dengan nilai kekayaan sebesar 4,8 miliar dollar AS.
Lantas, siapakah Mariana Budiman dan Dewi Kam itu? Merangkum dari laman Kompas.com, berikut ulasan lengkapnya untuk kamu.
Profil Mariana Budiman
/photo/2025/07/11/mariana-budiman-jpg-20250711015509.jpg)
Mariana Budiman merupakan sosok perempuan yang lahir pada tahun 1961 dan menempuh pendidikan tinggi di bidang ekonomi serta keuangan di University of Toronto, sebuah institusi pendidikan ternama yang berada di Kanada. Dalam perjalanan kariernya yang panjang dan beragam, Mariana dikenal luas sebagai salah satu tokoh kunci di balik berdirinya PT DCI Indonesia Tbk (DCII), perusahaan yang berfokus pada layanan pusat data berskala besar dan berstandar internasional.
Perusahaan ini ia dirikan pada tahun 2011 bersama dua rekan lainnya, yaitu Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia, yang juga merupakan figur penting dalam industri teknologi informasi di Indonesia. PT DCI Indonesia menjadi sorotan publik karena berhasil menjadi pionir sebagai pusat data dengan sertifikasi Tier-IV pertama di kawasan Asia Tenggara, sebuah pencapaian yang sangat prestisius dalam industri ini.
Lokasi operasional dari DCII tersebar di tiga wilayah strategis, yaitu Cibitung, Karawang, dan Jakarta, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki cakupan layanan yang luas dan mendukung kebutuhan digitalisasi di berbagai sektor. Tidak hanya itu, pencapaian penting lainnya adalah saat DCII resmi melantai di bursa saham Indonesia pada tahun 2021, dengan harga penawaran awal sebesar Rp 420 per lembar saham. Ini menandai langkah besar perusahaan menuju pertumbuhan yang lebih transparan dan terbuka di hadapan publik.
Baca Juga: Mengenal Sosok Dua Srikandi DPR yang Menangis Bahas Pemerkosaan Mei 1998
Sebelum membangun DCII, Mariana Budiman telah lebih dulu memiliki pengalaman profesional yang mendalam di sektor keuangan dan teknologi. Pada tahun 1985, ia sempat bekerja di Bank Bali bersama Otto Toto Sugiri, pengalaman yang mungkin menjadi titik awal hubungan profesional mereka yang terus berlanjut hingga ke proyek-proyek besar berikutnya.
Kemudian, pada tahun 1989, Mariana bergabung dengan perusahaan teknologi bernama Sigma Cipta Caraka, yang memperluas wawasan dan keterlibatannya dalam bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat kala itu.
Tak berhenti sampai di situ, pada tahun 1994, Mariana mengambil langkah inovatif dan berani dengan turut mendirikan Indonet, yang dikenal sebagai penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Keberadaan Indonet menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan internet di tanah air, karena perusahaan ini membantu membuka akses masyarakat Indonesia ke dunia digital yang saat itu masih sangat baru.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan industri yang begitu cepat, Mariana bersama para pendiri Indonet lainnya akhirnya memutuskan untuk menjual saham kepemilikan mereka pada tahun 2023, sebuah keputusan strategis yang menandai akhir dari salah satu bab penting dalam perjalanan karier profesionalnya.
Profil Dewi Kam
Sebagian besar sumber kekayaan yang dimiliki oleh Dewi Kam berasal dari kepemilikan sahamnya di sebuah perusahaan tambang batu bara besar asal Indonesia, PT Bayan Resources Tbk. Perusahaan ini dikenal luas sebagai salah satu produsen batu bara dengan volume penjualan terbesar di Tanah Air, menunjukkan dominasinya dalam industri pertambangan nasional.
Pada tahun 2022, ketika dunia tengah menghadapi krisis energi global yang berdampak luas terhadap berbagai sektor, nilai saham PT Bayan Resources Tbk sempat mengalami lonjakan signifikan, bahkan mencapai tiga kali lipat dari nilai sebelumnya, yang turut meningkatkan nilai kekayaan bersih Dewi Kam secara substansial.
Baca Juga: Almi Alfarghiani Casbana Raih Mimpi Jadi Peneliti Pangan di Jepang Berkat Beasiswa Ini
Selain berinvestasi dalam industri batu bara, Dewi Kam juga memperluas portofolio bisnisnya ke sektor infrastruktur, khususnya konstruksi dan operasional pembangkit listrik, yang merupakan bagian penting dalam sistem ketenagalistrikan nasional.
Bukan itu saja, Dewi Kam juga terlibat langsung dalam pengelolaan bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jeneponto yang berlokasi di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Keterlibatannya dalam sektor energi tak berhenti sampai di situ, karena ia juga menjadi bagian dari proyek pembangunan dan pengoperasian PLTU Cilacap yang berada di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Seluruh proyek besar di sektor energi ini dijalankan antara lain melalui PT Sumber Energi Sakti Prima, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Dewi Kam bersama rekannya, Richard Jassin.
Perusahaan ini menjadi kendaraan usaha yang digunakan untuk merealisasikan ambisi mereka dalam mengembangkan dan mengelola pembangkit listrik berbasis batu bara, sekaligus memperkuat posisi Dewi Kam sebagai salah satu pengusaha perempuan terkemuka di bidang energi di Indonesia.
(*)