Ardhito Sebut Cinta Habis di Orang Lama, Mengapa Laki-Laki Sulit Move On usai Cerai?

Saras Bening Sumunar - Selasa, 13 Mei 2025
Kenapa laki-laki susah move on meski sudah bercerai?
Kenapa laki-laki susah move on meski sudah bercerai? Freepik

Parapuan.co - Penyanyi sekaligus aktor Ardhito Pramano secara terang-terangan mengaku tak bisa move on dari mantan istrinya, Jeanneta Sanfadelia. Hal ini ia sampaikan secara langsung ketika menjadi bintang tamu Podcast Warung Kopi (PWK) yang dipandu oleh Gofar Hilman.

Dalam momen tersebut, Ardhito menyadari betul betapa berartinya Jeanne bagi hidupnya. Setelah bercerai, Ardhito menyebut ini menjadi pengalaman patah hati paling menyakitkan dan tak akan pernah hilang.

Ardhito juga mengatakan bahwa cintanya kini sudah habis untuk sang mantan istri. Menurutnya, "Kayaknya enggak akan hilang deh (patah hati), dan kayaknya gue akan sendiri terus." 

"Beneran, karena kayaknya cinta gue habis di Jeanne. Cinta gue habis di mantan istri gue. Jadi, mau gimana caranya gue mencintai orang lain, tidak akan seperti gue menyadari kalau gue harus mencintai dia lagi," jelasnya.

Sebagai informasi, pasangan Ardhito Pramono dan Jeanneta Sanfadelia menikah pada 11 November 2020 lalu. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak perempuan.

Sayangnya, pernikahan Ardhito dan Jeanne tidak berlangsung lama. Pada 2 Agustus 2023, gugatan cerai dilayangkan Jeanne pada Ardhito. Keduanya pun resmi bercerai pada 24 Agustus 2023.

Berkaca dari apa yang dialami Ardhito Pramono, mungkin timbul di benak Kawan Puan. Mengapa laki-laki sulit move on dan melupakan mantan istrinya meskipun sudah bercerai?

Merujuk dari laman NBC News, baik perempuan maupun laki-laki, perceraian meninggalkan patah hati yang mendalam. Perasaan ini bukan sebatas putus cinta biasa, melainkan melibatkan perasaan yang lebih kompleks.

Fenomena ini bukan sekadar soal nostalgia atau luka lama yang belum sembuh. Ini tentang keterikatan emosional, psikologis, bahkan identitas diri yang pernah dibangun bersama dalam pernikahan.

Baca Juga: Perempuan Harus Aware, Inilah 4 Faktor yang Kerap Menjadi Alasan Perceraian

Dalam pernikahan, laki-laki tidak hanya menjalin hubungan cinta, tetapi juga membentuk identitasnya sebagai suami, kepala keluarga, dan mitra hidup. Saat pernikahan berakhir, yang hilang bukan hanya pasangan hidup, tetapi juga bagian dari identitas diri yang telah lama dibangun.

Proses kehilangan ini seringkali tidak disadari secara langsung, namun sangat memengaruhi psikologi laki-laki. Mereka bisa merasa seolah kehilangan arah, karena peran yang selama ini menjadi bagian besar dari hidup, tiba-tiba hilang.

Identitas yang dibentuk dalam pernikahan tidak mudah digantikan oleh hubungan baru. Laki-laki bisa merasa kesulitan untuk menemukan kembali makna dan struktur hidupnya, sehingga kenangan akan mantan istri terus membayang sebagai bagian dari 'diri' yang pernah utuh dan stabil.

Bukan hanya soal identitas diri, setelah hubungan berakhir, menusia secara alami cenderung mengingat hal-hal baik ketimbang yang buruk. Fenomena ini disebut sebagai rosy retrospection.

Dalam kasus laki-laki yang bercerai, mereka bisa terjebak dalam idealisasi terhadap mantan istri. Kenangan tentang momen hangat, perjalanan bersama, atau kebiasaan kecil dalam rumah tangga bisa terasa sangat kuat dan emosional ketika tidak lagi bisa dinikmati secara nyata.

Idealitas ini menciptakan ilusi bahwa cinta mereka kepada mantan istri adalah yang paling dalam dan tulus.

Maka tak heran, ketika mencoba menjalin hubungan baru, laki-laki merasa tidak bisa lagi mencintai orang lain dengan kadar yang sama. Ini menimbulkan ilusi cinta laki-laki telah 'habis' untuk orang lama, yakni mantan istrinya.

Sama seperti perempuan, bagi kebanyakan laki-laki, perceraian  meninggalkan luka emosional yang sangat dalam, meski kadang tak mereka sadari sendiri.

Dalam banyak kasus, bukan karena mereka tak ingin mencintai orang baru, melainkan karena mereka merasa cinta terbaik sudah habis, tersimpan dalam kenangan bersama mantan istri yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup mereka.

Jadi, jika kamu mengenal seseorang yang mengalami hal serupa, cobalah pahami bahwa proses penyembuhan emosional tidak memiliki batas waktu. Setiap orang punya cara masing-masing untuk merelakan masa lalu.

Baca Juga: Pasangan Bercerai Ingin Co-Parenting? Coba Pola Asuh Birdnesting

(*)

Sumber: NBC News
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini