Parapuan.co - Di tengah kemajuan zaman, masih ada saja stereotipe keliru yang terkesan meremehkan perempuan mandiri dan berpendidikan. Contohnya ucapan seperti, "Ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi? Ujung-ujungnya di dapur," atau, "Perempuan pintar itu susah diatur," masih kerap terdengar di sekitar kita.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) seperti dikutip dari Instagram, pandangan seperti ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga sangat berbahaya karena menghambat potensi besar yang dimiliki perempuan.
Di Instagram, KemenPPPA juga menulis, "Pendidikan bagi perempuan sama pentingnya dengan pendidikan bagi laki-laki." Bahkan, saat kelak berperan sebagai seorang ibu, perempuan mandiri yang berpendidikan akan menjadi pondasi utama dalam membentuk karakter dan masa depan anak-anaknya.
Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Melalui pendidikan yang dimiliki ibu, anak-anak akan mendapatkan wawasan pertama mereka tentang dunia, nilai-nilai kehidupan, serta cara berpikir yang kritis dan terbuka.
Perempuan berpendidikan mampu menjadi jendela pertama bagi anak dalam mengenal luasnya dunia. Ia dapat mengenalkan nilai kejujuran, keberanian, empati, serta mendorong anak untuk berani bermimpi dan belajar tanpa batas.
Selain itu, perempuan yang mandiri secara ekonomi dan intelektual juga lebih siap terlibat dalam pengambilan keputusan, baik di dalam keluarga maupun di masyarakat. Mereka tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga subjek yang aktif dan berkontribusi nyata terhadap kemajuan.
Tak Harus Menempuh Pendidikan Formal
Namun, perlu diingat, pendidikan tinggi yang dibutuhkan perempuan tidak selalu berarti harus bergelar S2 atau S3. Pendidikan terbaik adalah semampunya, sesuai dengan kondisi dan kesempatan masing-masing.
Bahkan bila tidak dapat mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya, perempuan berdaya tetap bisa memperkaya diri melalui pendidikan nonformal seperti kursus, pelatihan, atau pembelajaran mandiri yang kini semakin mudah diakses. Yang terpenting adalah adanya keinginan kuat untuk terus belajar dan berkembang.
Baca Juga: Perempuan Mandiri Finansial setelah Menikah Bukan Bentuk Kedurhakaan
Perempuan mandiri dan berpendidikan adalah perempuan yang memiliki pemikiran terbuka, siap menerima perubahan, mampu mengakses informasi, dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Ini bukan hanya berlaku bagi perempuan yang tinggal di kota besar, tetapi juga untuk mereka yang hidup di pedesaan. Pendidikan harus menjadi hak dan kekuatan semua perempuan di mana pun berada.
Karena itu, jangan takut untuk bermimpi tinggi. Jangan ragu untuk mengejar pendidikan dan mengembangkan diri. Dunia pendidikan adalah gerbang untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun bangsa.
Setiap perempuan berhak punya cita-cita besar, dan berhak pula untuk mewujudkannya dengan penuh semangat dan percaya diri. Dengan memberikan ruang bagi perempuan untuk berpendidikan dan mandiri, kita sesungguhnya sedang berinvestasi untuk masa depan yang lebih cerah.
Mari bersama-sama mendukung, memberdayakan, dan merayakan setiap langkah perempuan dalam dunia pendidikan, sekecil apa pun itu. Karena dari tangan perempuan berpendidikanlah, generasi masa depan yang lebih hebat akan lahir.
Sepert pesan RA Kartini yang tertera dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar (1900), "Ingin hatiku hendak beranak, laki-laki dan perempuan. Akan aku didik, kubentuk menjadi manusia dengan kehendak hatiku. Pertama-tama akan kubuangkan adat kebiasaan yang buruk, yang melebih-lebihkan anak laki-laki daripada anak perempuan."
"Anakku, laki-laki maupun perempuan akan aku ajar supaya menghargai dan memandang sama rata. Makhluk yang sama dan didikannya akan kusamakan benar. Tentu saja masing-masing menurut kodrat kecakapannya."
Masih dengan semangat Hari Kartini, kita sebagai perempuan berdaya tak perlu takut punya pendidikan yang tinggi. Karena dengan bekal tersebut, kita pun kemungkinan mendapatkan pasangan yang setara.
Baca Juga: Tambah Penghasilan, Ini Peluang Bisnis Menguntungkan untuk Perempuan Mandiri
(*)