Pentingnya Partisipasi Kaum Muda Perempuan dalam Politik di Masa Depan

Aulia Firafiroh - Sabtu, 5 November 2022
Plan Indonesia & Y20
Plan Indonesia & Y20 dok. Yayasan Plan Indonesia Internasional

Parapuan.co- Anak muda memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan bagi negara.

Hal itu juga dibuktikan dalam sejarah, jika kontribusi dan partisipasi anak muda turut mengatasi perubahan penting dalam sistem politik, sumber daya, dan peluang ekonomi.

Namun, peran anak muda kerap termarginalkan dalam politik dan mengalami banyak tantangan.

Tantangan tersebut dapat berupa kemiskinan, hambatan pendidikan, keterbatasan akses, dan berbagai bentuk diskriminasi lainnya.

Maka dari itu, Yayasan Plan Internasional Indonesia (Plan Indonesia) bersama Youth 20 (Y20) mengadakan acara “Ngobrol Antargenerasi: Mengupas Peran Politik Kaum Muda” di Gedung Mula, Kota Tua, Jakarta.

Dialog yang diadakan pada Sabtu (5/11/2022) ini, menghadirkan Stephen Omollo (CEO Plan Internasional), Panji Saputra (Co-chair Y20 Indonesia), Nurul Hidayatul Ummah (Co-chair Y20 Indonesia), Yasmine (Global Young Influencer of Plan International) dan Jovial De Lopez (COO Narasi TV).

Dalam acara itu, Stephen Omollo mengungkapkan jika 60-70 persen penduduk dunia diri dari kaum muda.

Para anak muda memiliki potensi untuk menciptakan transformasi, termasuk menentukan pilihan dalam politik.

Namun, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak agar kaum muda mau berpartisipasi dalam politik.

Baca juga: Harian Kompas Gelar Talkshow, Bahas Peran Perusahaan dalam Presidensi G20 Indonesia

Pasalnya, kaum muda memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan politik di masa depan.

Maka dari itu, perlu ada pendekatan yang inklusif, tidak top down, dan setara menjadi penting, melalui melibatkan pemerintah, elemen masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan.

Stephen Omollo juga menambahkan pentingnya pengembangan kapasitas individu bagi kaum muda agar mereka memiliki kemampuan untuk berpartipasi dalam politik, terutama bagi kaum muda perempuan.

Menurut laporan State of the World's Girls (SOTWG) 2022 yang diluncurkan Plan International Oktober 2022, terungkap, dari 29.000 kaum muda di 29 negara yang disurvei, 97 persen menyatakan partisipasi politik itu penting.

Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan tingkat akomodasi untuk mengangkat aspirasi kaum muda perempuan.

“Penelitian ini menemukan, kaum muda perempuan adalah politik, dan mereka peduli dengan masalah politik. Namun, secara global, mereka masih ditolak haknya untuk menentukan keputusan yang berdampak pada kehidupan, tubuh, dan masa depan mereka. Seringkali, mereka dianggap 'terlalu muda' atau terhambat oleh praktik diskriminasi dan norma gender yang mengakar,” ungkap Omollo.

Sementara itu, Co-Chair Y20 Indonesia 2022, Nurul Hidayatul Ummah mengungkapkan, representasi Indonesia di G20 merupakan kesempatan emas untuk memperkuat eksistensi dan kepemimpinan kaum muda bangsa dalam kancah nasional dan internasional.

“Melalui Y20, kita mengakomodasi suara-suara kaum muda dari berbagai elemen untuk nanti kita bawa ke forum G20 agar diakomodasi dalam pengambilan kebijakan di negara-negara yang tergabung dalam forum tersebut,” kata Nurul.

Harapan-harapan Y20 Indonesia secara lengkap telah disampaikan beberapa waktu kepada Presiden Indonesia melalui Communiqué.

Baca juga: G20 Kembangkan Blue, Green, dan Circular Economy untuk Ekonomi Berkelanjutan, Apa Itu?

Diketahui ada empat fokus dalam Communique yakmi, ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet berkelanjutan dan layak huni, serta keberagaman dan inklusi.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti yang memberikan sambutan dalam acara tersebut, mengungkapkan, berdasarkan laporan SOTWG 2022, partisipasi politik kaum muda Indonesia, khususnya perempuan, sangat tinggi.

Dari 1.000 kaum muda perempuan yang disurvei, 98 persen menyatakan partisipasi politik adalah penting.

Namun, sekitar 69 persen kaum muda perempuan mengaku menghadapi hambatan dan tantangan ketika mencoba untuk berpartisipasi dalam politik.

“Dari laporan tersebut terungkap, 29 persen kaum muda menyatakan politisi cenderung tidak mendengarkan kaum muda perempuan, 25 persen menyatakan politisi tidak berbicara tentang isu-isu yang mempengaruhi mereka, dan sekitar 23 persen mereka mempunyai hambatan berupa kurang paham tentang masalah politik,” ungkap Dini.

Riset Plan International juga menunjukkan, isu-isu kemiskinan, pengangguran, kekerasan, dan konflik mendapatkan porsi perhatian yang lebih tinggi daripada isu-isu lain.

Pasalnya, isu-isu tersebut berhadapan di sekitar kehidupan kaum muda perempuan sehari-hari. (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh