Parapuan.co – Kawan Puan, perundungan atau bullying bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak.
Apalagi saat ini, banyak sekolah sudah mulai menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah ini akhirnya diberlakukan setelah hampir 2,5 tahun anak-anak Bersekolah Dari Rumah (BDR).
Dengan dimulainya aktivitas sekolah, kesempatan anak terlibat dalam perundungan pun semakin besar.
Seperti diketahui, perundungan bisa terjadi baik secara fisik, verbal, sosial maupun siber, yang akibatnya bisa sangat fatal, bukan saja terutama bagi korban perundungan tapi bisa juga bagi si perundung.
Bagaimana Cara Mencegah Perundungan pada Anak?
Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI), melalui seri webinar tentang perundungan, turut ambil bagian dalam usaha untuk mencegah terjadinya perundungan.
Melalui PARAPUAN, pada webinar yang diselenggarakan Rabu (2/9/2022), psikolog Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi. menjabarkan tentang pentingnya pendidikan di rumah sebagai upaya mencegah perundungan.
Ia mengatakan bahwa penyebab perundungan adalah karena anak kurang mempunyai perilaku prososial.
Baca Juga: Psikolog Ungkap Tips Cegah Perundungan Anak oleh Orang Tua, seperti Apa?
Perilaku proporsial yaitu kurangnya kemampuan anak untuk memberikan manfaat dan membuat nyaman orang sekitarnya.
Sebenarnya sikap semacam itu merupakan hasil pembelajaran yang selama ini diperoleh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Jadi, tanggung jawab mendidik anak untuk tidak menjadi perundung bukan hanya pada orang tua atau keluarga saja, tapi juga pada sekolah dan masyarakat.
Tanggung jawab orang tua terutama pada pembentukan sikap, kebiasaan, dan karakter anak, yang sangat tergantung dari pola asuh.
Strategi 8K untuk Mencegah Perundungan
Diennaryati mengemukakan bahwa ada 8 hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak.
Ia menyebutnya sebagai 8K, yaitu kasih sayang, keteladanan, komunikasi dua arah, kenyamanan, kebersamaan, kesempatan, keunikan anak, dan keadilan.
Dengan melaksanakan 8K ini, maka akan dihasilkan anak dengan wellbeing yang baik.
Dari segi sekolah, tampaknya masih banyak sekolah yang lebih menekankan segi kognitif, lebih bersifat mengajar daripada mendidik untuk perkembangan perilaku prososial.
Baca Juga: Tak Perlu Bingung, Lakukan 4 Hal Ini Ketika Anak Menghadapi Bullying
Sering kali penegakan disiplin dan pembiasaan perilaku baik, juga kurang konsisten dilakukan.
Di masyarakat, media, termasuk sosial media kerap mempertontonkan dan memberitakan secara berulang-ulang perilaku agresif, prank, perundungan, juga perilaku diskriminasi ras serta agama.
Masih kurang banyak film-film yang bermuatan nilai moral, yang mengajarkan kehidupan sosial yang baik.
Selain itu, menurut Diennaryati, pelaksanaan aturan di masyarakat juga sering kali tidak konsisten.
Agar anak tidak terlibat perundungan, baik dirundung maupun merundung, wellbeing seorang anak harus diperhatikan.
Anak harus merasa bahagia, mempunyai tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, serta mempunyai kualitas hidup yang baik.
Contoh nyata yang bisa dilakukan adalah sebagaimana diungkap Anissa Samantha, M.Psi. selaku Head of School Counselor Department dari Sekolah Bina Nusantara (Binus).
Dalam kesempatan yang sama, Annissa menjelaskan bahwa iklim sekolah yang positif, aman, dan nyaman sangat penting.
Perilaku guru dan aparat sekolah dalam kehidupan sehari-hari harus merupakan teladan dan contoh pembelajaran bagi anak.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Overparenting dan Dampaknya bagi Tumbuh Kembang Anak
Kepekaan sosial-emosional harus diajarkan sejak tingkat sekolah yang paling dini, dan harus terintegrasi dalam mata pelajaran.
Bila keluarga, sekolah, dan masyarakat bekerja sama dengan sungguh-sungguh, maka kita harapkan perundungan dapat kita tekan seminimal mungkin, sehingga, anak-anak kita yang berbahagia dapat mengisi kemerdekaan dan membangun bangsa yang jaya.
Kawan Puan, itulah beberapa cara mencegah perundungan anak menurut para pakar, salah satunya dengan strategi 8K.
Yuk ikut serta dalam mencegah perundungan pada anak dengan menerapkan strategi 8K dalam mendidik si kecil di rumah!
(*)