Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Bisnis Thrifting di Masa Depan Jika Impor Baju Bekas Dilarang?

Kompas.com - 02/09/2022, 10:53 WIB
Dampak pelarangan baju bekas impor terhadap industri thrifting dan lingkungan. Andrea Izzotti/iStockphotoDampak pelarangan baju bekas impor terhadap industri thrifting dan lingkungan.
Editor Citra Narada Putri

Parapuan.co - Kementerian Perdagangan dan Perindustrian melakukan pemusnahan terhadap 750 bal baju bekas impor pada pertengahan Agustus 2022 lalu. Diperkirakan baju bekas impor tersebut senilai Rp8,5 miliar (12/8/2022).

Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, tindakan pemusnahan ini dilakukan untuk menindak tegas impor perdagangan pakaian bekas ilegal yang masih marak terjadi. Maklum saja, pasalnya saat ini bisnis thrifting atau jual beli baju bekas di Tanah Air sedang berkembang pesat, yang juga bergantung pada impor pakaian tersebut. 

Namun sebenarnya, Mendag menyampaikan bahwa pemerintah bukannya melarang jual beli barang bekas, tapi yang dilarang adalah impor baju bekasnya.  

"Kalau kita memang boleh jual barang bekas. Misalnya saya jual barang bekas ya boleh. Yang enggak boleh itu impor barang bekas," ujar Mendag Zulhas di sela-sela pembakaran pakaian bekas impor.

Penting untuk diketahui bahwa menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor, baju bekas adalah salah satu barang yang dilarang impornya. 

Pakaian bekas dikategorikan sebagai limbah mode dan dilarang untuk diimpor masuk karena terkait dengan aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan.

Berdasarkan temuan Badan Pusat Statistik pada 2021, ada sekitar delapan ton baju bekas impor yang masuk ke Indonesia. Sedangkan menurut data negara eksportir via Trade Map mencatat ada 27.420 ton baju bekas yang diimpor ke Indonesia di tahun yang sama.

Ironisnya, berdasarkan hasil temuan Balai Pengujian Mutu Barang, sampel baju bekas tersebut terbukti mengandung jamur kapang. Untuk diketahui, jamur kapang pada baju bekas tersebut bisa berdampak buruk bagi kesehatan para penggunanya, mulai dari gatal-gatal, reaksi alergi, hingga efek beracun iritasi.

Menurut Mendag, tentunya hal ini bisa merugikan masyarakat. Salah satunya juga melanggar ketentuan Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Adapun pasal tersebut berbunyi, "Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud."

Baca Juga: Benarkah Tren Thrift Shop dan Vintage Fashion Lebih Ramah Lingkungan?

Apa yang dilakukan Kemendag memang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, terutama para pelaku usaha thrifting yang merasa dirugikan karena sebagian bisnis mereka bergantung pada baju bekas impor. Kendati demikian, jika ditelaah lebih dalam, apa sebenarnya dampak dari baju bekas impor yang dilarang terhadap industri thrifting dan kaitannya dengan pengelolaan limbah pakaian?

Dampak Limbah Pakaian bagi Lingkungan

Tak dapat dimungkiri bahwa industri fashion adalah salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan. Berdasarkan data dari European Parliament bahwa 10 persen emisi karbon global dihasilkan dari produksi pakaian dan sepatu, serta 20 persen pencemaran air bersih global diakibatkan oleh produksi tekstil. 

Ironisnya lagi, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN KLHK), Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil atau setara 12 persen limbah rumah tangga. Dan dari keseluruhan limbah tekstil tersebut, hanya 0,3 juta ton saja yang bisa didaur ulang.

Maka sebenarnya, industri thrifting atau jual beli baju bekas bisa membantu meminimalisir kerusakan lingkungan akibat limbah pakaian. Karena dengan membeli dan mengenakan kembali baju bekas, maka bisa memperpanjang usia sebuah pakaian. Hal ini disampaikan oleh Aretha Aprilia, Head of Environment Unit UNDP Indonesia, yang menilai bahwa industri thrifting bisa mengurangi limbah pakaian.

"Kita melihat dari supply dan demand, ketika masyarakat purchasing power-nya mungkin agar sedikit berkurang selama pandemi, menyebabkan orang tidak mau spend too much money untuk pakaian baru. Maka thrift shopping bisa jadi salah satu alternatif. Di negara maju saya melihat sudah banyak seperti ini dan bagus dampaknya," jelas Aretha, seperti melansir dari PARAPUAN.

Kendati demikian, Aretha menegaskan bahwa industri thrifting akan memberikan sumbangsih positif pada sustainable fashion, hanya jika berasal dari pasar domestik atau produk lokal. Dalam arti tidak melakukan jual beli baju bekas impor dari luar. Ia pun menyambut positif kebijakan pemerintah untuk melarang adanya impor baju bekas yang masuk ke Tanah Air. 

"Ketika ada impor pakaian bekas yang kita terima, berarti itu kan ada juga yang tidak laku. Berarti kita harus mengirimnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau ke landfil. Jadi itu malah justru bisa membebani kita sebagai negara," ujar Aretha lagi.  

Di sisi lain Aretha berujar bahwa kebanyakan pakaian menggunakan material yang dicampur plastik, yang mana akan lebih lama terdegradasi oleh lingkungan. Indonesia sendiri masih kesulitan dalam mengelola limbah pakaian domestik, maka jika ada impor baju bekas yang berakhir di TPA justru akan menghadirkan masalah lingkungan baru bagi kita. 

Baca Juga: Atasi Limbah Pakaian yang Berdampak Buruk bagi Lingkungan dengan Upcycling

"Karena itulah, kalau baju bekas impor yang di-open dumped di TPA, akan semakin memenuhi TPA itu sendiri. Menumpuk dan terus menumpuk. Artinya akan jadi gunung sampah yang setinggi 20-30 meter," ujar Aretha mengingatkan.

Penting untuk dipahami bahwa saat ini teknologi TPA di Indonesia sendiri belum optimal dalam mengelola limbah pakaian. Sehingga dengan adanya baju bekas impor yang masuk ke Indonesia akan semakin membebani kita dalam mengelola limbah pakaian atau fashion waste. Maka Aretha pun berharap industri thrifting lebih fokus pada pasar domestik atau jual beli baju bekas dari produk lokal saja. 

Di sisi lain, ia juga berharap akan ada institusi yang bisa mengelola industri thrifting secara lebih profesional dan terorganisir di Indonesia. "Seperti di Jepang atau Amerika Serikat, ini (thrift shop) menjadi potensi yang besar untuk bisa mengurangi sampah pakaian," tambah Aretha lagi. 

Industri Fashion Lokal Lebih Kompetitif

Apa yang disampaikan oleh Aretha tentang besarnya industri jual beli pakaian bekas di negara maju yang berdampak positif pada keberlanjutan lingkungan, juga dilihat oleh Franka Soeria, pengamat mode dan pendiri Markamarie. Saat diwawancarai oleh PARAPUAN, Franka menilai bahwa industri thrifting di berbagai negara sangat berkembang pesat, termasuk di Indonesia, namun ada perbedaan yang signifikan.

"Kalau di US (Amerika Serikat) itu kan mayoritas tuh memang produk secondhand yang ada dari negara sendiri, jadi bukan diimpor. Sementara di sini memang fenomenanya kebanyakan adalah imported," ujar Franka.

Di dalam negeri sendiri, biasanya para pelaku usaha thrifting di Indonesia akan menjual kembali baju-baju bekas impor tersebut dalam paket-paket usaha dengan harga yang sangat murah. Sehingga tak heran jika baju bekas impor ini memang menarik bagi konsumen yang mencari pakaian murah saja.  

"Sehingga jadinya, memang brand lokal jadi agak susah bersaing. Jadi kalau kita perhatiin, kalau baju thrifting branded yang secara detail juga bagus, sementara dengan harga yang sama brand lokal walau sudah pakai bahan yang sama, orang lebih memilih membeli baju bekas branded," papar Franka.

Menurutnya, hal ini dapat mengancam brand fashion lokal. Dengan kata lain, industri mode lokal bukan hanya bersaing dengan produk dari Cina saja, tapi juga baju bekas impor.  

 Baca Juga: Mengenal Tren Rewear Culture yang Bisa Selamatkan Lingkungan dan Diikuti Para Artis

Maka tak heran jika Franka juga sejalan dengan apa yang diharapkan oleh Aretha agar para pelaku usaha thrifting untuk fokus memperjualbelikan baju bekas dari brand lokal. Menurutnya, cara ini bisa membuat sebuah baju memiliki usia pakai yang lebih panjang, tapi di satu sisi juga tidak menyakiti siapapun karena memutarkan pasar produk lokal. 

"(Cara ini) sustainable-nya tetap jalan, tapi juga tidak mau mengancam ekonomi siapa-siapa, karena pada dasarnya masih banyak orang yang tidak masalah pakai baju bekas. Because sometimes keunikannya thrifting itu kan you can find unique atau vintage pieces yang tidak dijual, ada bagian fun tersendiri dari (industri) ini," ujar Franka lagi.   

Berdasarkan pengamatan PARAPUAN, memang masih jarang pelaku usaha thrifting yang menawarkan pakaian bekas dari brand lokal. Kebanyakan masih menempatkan baju bekas dari brand luar negeri atau luxury brand sebagai primadona jualan para pelaku usaha thrifting. Maklum saja, kini masih banyak masyarakat yang menganggap mengenakan pakaian dari luar negeri terasa lebih 'membanggakan' dibandingkan baju dari brand lokal.  

Kendati demikian, Franka justru optimis bahwa industri thrifting lokal akan menjadi besar dan lebih dinamis di masa depan. Misal saja, bukan hanya bergantung pada jual beli baju bekas saja, tapi juga sebagian pelaku usaha thrifting juga akan lebih kreatif dalam menjajakan produk mereka. Seperti menerapkan upcycling pada produk-produk yang mereka jual, sehingga menjadi lebih baru, unik dan punya nilai jual lebih tinggi.   

"Karena sekarang tren itu udah enggak ngaruh, sekarang tuh lebih ke 'personal style' yang mana orang ingin tampil unik. Dengan kata lain kreativitas seseorang tuh bisa membantu suatu produk punya umur pakai yang lebih panjang. Upcycling is a big future," papar Franka yang percaya bahwa produk upcycle akan memberikan nilai ekonomi lebih pada sebuah 'baju bekas'. 

Tak hanya kepada para pelaku usaha thrifting, Franka juga berharap akan semakin banyak brand fashion lokal yang juga merilis koleksi upcycle. Atau mendorong para brand fashion untuk menggelar kampanye yang mengajak konsumennya masing-masing untuk mendonasikan pakaian bekas yang tak ingin dipakainya atau menawarkan jasa upcycle

"Kita (pelaku usaha fashion) harus produce responsibly. Kita harus memproduksi sesuatu dengan ngecek dulu baju kita bisa tahan lama atau enggak. Sayangnya kadang brand lokal maunya jual harus murah, tapi kadang harus kompromi sama kualitas. Contoh kancingnya gampang copot, restleting rusak, atau kainnya baru sekali pakai dicuci langsung mengkerut. Akhirnya mereka jadi contribute to fashion pollution," ujar Franka mengingatkan.   

Dalam menerapkan sustainable fashion, Franka percaya bahwa tidak harus selalu menerapkan sesuatu yang rumit. Misalnya saja tak selalu harus menggunakan pewarna alam atau material yang ramah lingkungan. "Padahal salah satu langkah mudahnya adalah bikin aja baju yang bagus, long lasting, timeless, yang emang kepake. Justru baju yang aneh, only one time kita pake, kita malu untuk make lagi, that's part of pollution basically," tambahnya.

Baca Juga: Perilaku Konsumtif Beli Pakaian Bisa Berdampak Buruk bagi Lingkungan

Dari apa yang dipaparkan oleh Aretha dan Franka, bisa dipahami bahwa di tengah upaya untuk meminimalisir limbah pakaian, industri thrifting bisa jadi penyelamat kerusakan lingkungan. Namun ternyata itu saja tidaklah cukup. Perlu juga ada perubahan mindset yang mana kita perlu mendukung industri thrifting dari pasar domestik, sekaligus memilih pakaian yang sekiranya memiliki usia pakai yang panjang.

Bahkan keduanya juga setuju bahwa kebiasaan 'upcycling', bisa turut berkontribusi untuk mengurangi limbah pakaian dan menyelamatkan kita dari kerusakan lingkungan. Termasuk memiliki potensi bisnis yang menguntungkan di masa depan. 

(*)


Terkini Lainnya

Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

PARAPUAN
Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

PARAPUAN
Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

PARAPUAN
Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

PARAPUAN
Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

PARAPUAN
3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

PARAPUAN
Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

PARAPUAN
Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

PARAPUAN
 Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

PARAPUAN
Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

PARAPUAN
Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

PARAPUAN
Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

PARAPUAN
Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

PARAPUAN
3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

PARAPUAN
Tampil Modis dan Fashionable dengan Padu Padan Baju Setelan

Tampil Modis dan Fashionable dengan Padu Padan Baju Setelan

PARAPUAN
Rahasia Kulit Glowing: Rajin Sarapan dengan 5 Makanan Ini

Rahasia Kulit Glowing: Rajin Sarapan dengan 5 Makanan Ini

PARAPUAN
Berapa Lama Hair Botox Bisa Atasi Masalah Rambut? Ini Jawabannya

Berapa Lama Hair Botox Bisa Atasi Masalah Rambut? Ini Jawabannya

PARAPUAN
Liburan ke Jogja Pertama Kali, Wajib Kunjungi 5 Destinasi Wisata Ini

Liburan ke Jogja Pertama Kali, Wajib Kunjungi 5 Destinasi Wisata Ini

PARAPUAN
Jangan Tergiur Harga Murah! Ini  Bahaya Pakai Behel Abal-abal

Jangan Tergiur Harga Murah! Ini Bahaya Pakai Behel Abal-abal

PARAPUAN
Kronologi Anissa Aziza Diikuti Orang Tak Dikenal Saat Belanja Sendirian di Mall

Kronologi Anissa Aziza Diikuti Orang Tak Dikenal Saat Belanja Sendirian di Mall

PARAPUAN
Cerita Aktris Perjuangkan Kariernya, Intip Sinopsis Drakor Beauty and Mr. Romantic

Cerita Aktris Perjuangkan Kariernya, Intip Sinopsis Drakor Beauty and Mr. Romantic

PARAPUAN
Komunitas e-Sport Ro8 Sediakan Fasilitas Belajar hingga Bersosialisasi Antar Gamers

Komunitas e-Sport Ro8 Sediakan Fasilitas Belajar hingga Bersosialisasi Antar Gamers

PARAPUAN
Sambut Hari Lebaran, Astra Otoshop Bagi-bagi Hadiah Lewat Program Ramadhan Ekstra

Sambut Hari Lebaran, Astra Otoshop Bagi-bagi Hadiah Lewat Program Ramadhan Ekstra

PARAPUAN
Segar untuk Buka Puasa, Simak Tips Mudah Bikin Hwachae Minuman ala Korea

Segar untuk Buka Puasa, Simak Tips Mudah Bikin Hwachae Minuman ala Korea

PARAPUAN
Rawda Umroh Bandung Hadirkan Paket Umrah dengan Harga Ramah di Kantong

Rawda Umroh Bandung Hadirkan Paket Umrah dengan Harga Ramah di Kantong

PARAPUAN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com