Mengenal Windy Natriavi, Sosok Perempuan di Balik Startup Fintech AwanTunai

Ardela Nabila - Senin, 15 Agustus 2022
Windy Natriavi, Co-Founder Awan Tunai.
Windy Natriavi, Co-Founder Awan Tunai. Dok. Windy Natriavi

Parapuan.co - Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada 10 Agustus, kita baru saja memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.

Meskipun sudah lewat, keterlibatan perempuan di industri teknologi masih terus menarik untuk dibahas.

Pasalnya, industri yang identik dengan peran laki-laki ini sebenarnya memiliki peluang yang sama besarnya untuk perempuan.

Tak hanya peluang untuk masuk dan meniti karier sebagai staf, namun juga peluang bagi perempuan untuk menduduki posisi kepemimpinan.

Windy Natriavi telah membuktikan sendiri bagaimana potensi dan keterampilan yang dimilikinya dapat membawanya untuk terus meningkatkan kariernya di industri teknologi.

Mengawali kariernya di industri teknologi dari bawah sebagai bagian dari Gojek pada tahun 2015, Windy berhasil menunjukkan bagaimana kontribusinya dapat memberikan dampak terhadap perkembangan perusahaan.

Di Gojek, perempuan yang sebelumnya bekerja di perusahaan konsultan manajemen, McKinsey & Company, itu berhasil mendirikan dan memimpin perkembangan empat produk lifestyle on-demand pertama di Indonesia.

Ya, Windy merupakan Co-Founder dan Vice President Go-Life yang terdiri dari Go-Massage, Go-Clean, Go-Glam, dan Go-Tix.

Berkat kontribusinya tersebut, pada tahun 2016 Windy pun dipromosikan sebagai Vice President of Growth untuk memimpin strategi dan mengembangkan Gojek agar makin berkembang.

Baca Juga: Co-Founder Awan Tunai: Dibutuhkan Lebih Banyak Representasi Perempuan di Industri Teknologi

Setelah lebih dari dua tahun meniti karier di Gojek, Windy Natriavi kemudian memutuskan untuk meninggalkan perusahaan ride-hailing tersebut dan mendirikan sendiri perusahaan startup-nya.

Adalah AwanTunai, perusahaan financial technology (fintech) yang memberikan pembiayaan kepada para supplier dan pedagang kelontong di Indonesia.

Dalam wawancara bersama PARAPUAN, alumnus Universitas Indonesia itu mengaku fokus pada sektor fintech karena ingin mendukung masyarakat, untuk bisa mencapai financial independence atau kemandirian finansial.

“Tahun 2017, fintech itu masih sangat kecil. Alasan aku kenapa pindah ke fintech sebenarnya karena sebagai human being yang ada di dunia, kita membutuhkan kapital untuk bisa survive, financial independence atau kemandirian secara finansial itu menjadi hal yang sangat penting,” ujar Windy Natriavi, Rabu (10/8/2022).

Keterbatasan akses pendanaan untuk pedagang kelontong saat itu membuat ia dan dua rekannya, Dino Setiawan dan Rama Notowidigdo, tergerak untuk membangun AwanTunai.

“Jadi dari situ, aku merasa ini sebenarnya align (dengan tujuanku), apalagi AwanTunai bergerak di FMCG, di wholesalers dan merchants, di mana toko kelontong, grosir, warung, itu, kan, banyak yang perempuan,” lanjutnya.

Berbekal dari pengalamannya di Gojek dan keinginan untuk mendukung perempuan agar bisa mandiri secara finansial, ia pun mendirikan AwanTunai sebagai Co-Founder dan Chief Product Officer.

Tantangan Bekerja di Industri Teknologi

Walaupun kini sudah menduduki posisi kepemimpinan, perempuan yang pernah masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia pada tahun 2019 itu tak lepas dari berbagai tantangan.

Baca Juga: Perjalanan Karier Cipluk Carlita, Head of Communications Asia Tenggara Twitter

Ia bercerita, salah satu tantangan terbesar yang dialaminya adalah terkait caranya dalam merepresentasikan kepemimpinannya.

“Kendala sebagai perempuan yang bekerja di sektor teknologi adalah cara kita untuk merepresentasikan kemampuan kepemimpinan kita. Jadi misalnya laki-laki marah itu terkesan kompeten, berbeda dengan perempuan,” ungkap Windy.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapinya ialah terkait membangun relasi dengan rekan kerja atau orang lain.

Menurutnya, lebih sulit bagi perempuan untuk membangun relasi di industri teknologi yang masih didominasi oleh laki-laki, terutama di level menengah ke atas.

“Kemudian dari segi building relationship. Untuk bekerja, kan, penting bagi kita untuk build relationship dengan kolega kita, bos kita, tapi antara perempuan dan laki-laki itu beda,” lanjutnya.

Meskipun begitu, Windy tidak melihat tantangan yang kerap dialaminya sebagai suatu kelemahan.

Sebagai perempuan, ia justru merasa memiliki kelebihan yang bisa membantunya dalam hal mengembangkan bisnis, misalnya saja karena sikap empati yang dimilikinya.

“Tapi hal-hal seperti itu enggak aku lihat sebagai kelemahan, tetapi sebagai bagian dari kenyataan yang harus kita bisa hadapi,” pungkas perempuan kelahiran 2 Juni 1990 itu.

“Misalnya ketika kita harus memilih antara fokus ke bisnis atau consumer, kita harus bisa ambil tengahnya. Jadi yang kita lakukan untuk memenuhi tujuan bisnis ini harus ada empatinya. Dan sebaliknya, kalau kita mau berempati tetap harus ada juga target bisnis yang kita capai.”

Baca Juga: Mengenal Aulia Halimatussadiah, Mantan Karyawan yang Kini Jadi Mentor di Industri Teknologi

Ia juga menekankan pentingnya untuk bersikap tegas apabila diperlakukan berbeda dengan rekan kerja.

“Kita juga harus aware kalau kita sedang diperlakukan double standard. Di sini, terkadang kebanyakan orang juga enggak sadar kalau mereka melihat perempuan berbeda," imbuhnya.

"Dalam kondisi seperti ini kita harus langsung confront. Jadi kita tetap menjadi diri sendiri dan tidak mengubahnya, tetapi ketika kita merasa diperlakukan double standard, we have to say it,” tegas Windy.

Lebih lanjut, Co-Founder dan Chief Ladyboss di WomenWorks itu juga menekankan pentingnya menjadi diri sendiri dan mengingat tujuan awal dalam membangun AwanTunai.

Ia mengatakan, hal tersebut sangat penting agar dirinya bisa bangkit kembali ketika harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan permasalahan.

What helped me through that moment, adalah you have to be true to yourself. Aku tanya lagi kepada diriku, ‘why do I do this?’, yang awalnya adalah karena ingin provide financial access and hopefully financial independence,” katanya lagi.

Demikian tadi perjalanan karier Windy Natriavi, sosok di balik perusahaan startup fintech AwanTunai.

Semoga cerita Windy bisa menginspirasi Kawan Puan, khususnya yang ingin berkarier di industri teknologi sepertinya, ya! (*)

Baca Juga: Profil Katie Bouman, Computer Scientist di Balik Foto Black Hole Luar Angkasa

Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara