Parapuan.co - Situasi dunia yang perlahan semakin membaik pasca pandemi, membuat aktivitas sehari-hari pun mulai berjalan seperti sedia kala.
Meski masih harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat, namun pandemi yang semakin mereda kembali membangkitkan perekonomian masyarakat.
Salah satunya kegiatan perkantoran yang sebelumnya menerapkan work from home, kini pun sudah berangsur menerapkan kerja dari kantor, meski dengan pembatasan tertentu.
Namun tak diantisipasi sebelumnya, ternyata kembalinya aktivitas perkantoran pasca pandemi belum dibarengi dengan kesiapan emosional para pekerjanya.
Dalam laporan Gallup tentang State of the Global Workplace, ternyata sisi emosional dari para pekerja belum pulih dari tekanan pandemi sejak dua tahun terakhir.
Bahkan menurut survei, sekitar 44% karyawan mengaku banyak mengalami stres di akhir pekan sebelum memulai kerja.
Dalam survey Gallup, diketahui pada awal pandemi Covid-19, banyak pekerja mengalami peningkatan stres, kekhawatiran, kemarahan dan kesedihan.
Banyak pekerja mengalami stres karena isolasi sosial, guncangan ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, termasuk penyakit jangka panjang dan kematian.
Jika para pemimpin perusahaan atau bisnis tak memperhatikan kesejahteraan karyawan pasca pandemi, maka juga bisa berpengaruh pada kinerja, dan berujung pada tingkat resign yang tinggi.
Baca Juga: Tips Mengatasi Toxic Productivity Selama Bekerja dari Rumah, Apa Saja?
Untuk itu dilansir dari Harvard Business Review, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan para pemimpin untuk menghadapi situasi ini.
Apa saja?
1. Memperhatikan Kesejahteraan Mental, Bukan Hanya Fisik
Sebagian besar perusahaan besar diwajibkan memiliki program jaminan kesehatan bagi karyawan, minimal BPJS Kesehatan hingga asuransi swasta.
Namun ternyata tak semua perusahaan aware dengan kesehatan mental karyawan, yang juga berpengaruh pada kesehatan fisik.
Kesehatan fisik saja tak cukup untuk mengukur kesehatan mental secara keseluruhan.
Selama masa pandemi pun ada beberapa perusahaan yang menawarkan lebih banyak fleksibilitas kerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Cara ini sangat tepat dan perlu dipertimbangkan oleh para pemimpin perusahaan, agar kesejahteraan dan produktivitas karyawan pun bisa meningkat.
Baca Juga: 5 Pertimbangan Penting sebelum Memutuskan Kembali Bekerja di Perusahaan Lama
2. Menilai Kesejahteraan Karyawan
Sebenarnya kesejahteraan karyawan bisa diukur dengan cara ilmiah, misalnya dengan dilihat dari hasil kinerja.
Ketika para leader atau pemimpin bisa menilai kesejahteraan karyawan, maka keputusan dan kebijakan yang tepat pun bisa diambil untuk perusahaan.
3. Lebih Peduli dengan Karyawan
Keterlibatan karyawan ternyata mengalami peningkatan pada awal pandemi.
Hal ini terjadi ketika para pemimpin di tempat kerja lebih banyak berkomunikasi, mendengarkan, memberi dukungan dan fleksibilitas kepada pekerja.
Karena karyawan merasa para pemimpin peduli dengan kesejahteraan selama pandemi, maka ada rasa 'hangat' dan sense of belonging antar atasan dan bawahan.
Sehingga dalam penelitian Gallup ditemukan bahwa perusahaan yang peduli dengan kesejahteraan karyawan cenderung menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi hingga tingkat turn over yang lebih rendah.
Jadi penting bagi sebuah perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, sebab hal ini juga berpengaruh pada produktivitas kerja.
Baca Juga: Jangan Panik, Ini 3 Hal yang Perlu Dilakukan saat Perusahaan Terapkan Hiring Freeze
Untuk itu sebagai pemimpin di perusahaan atau bisnis tempatmu bekerja, coba terapkan hal ini ya, Kawan Puan!
(*)