Dampak Kehilangan Anak bagi Hubungan Suami Istri seperti yang Dialami Ridwan Kamil-Atalia

Arintha Widya - Jumat, 3 Juni 2022
Dampak kehilangan anak seperti yang dialami keluarga Ridwan Kamil.
Dampak kehilangan anak seperti yang dialami keluarga Ridwan Kamil. dok. instagram/ataliapr

Parapuan.co - Ridwan Kamil dan Atalia Praratya beserta keluarga besar baru saja menyatakan bahwa Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) meninggal dunia.

Seperti diketahui, pekan lalu Eril terseret arus saat sedang berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss.

Sejak hilangnya Eril hingga sekarang, pihak kepolisian dan tim SAR setempat masih melakukan pencarian.

Kawan Puan, kehilangan yang dirasakan oleh kedua orang tua Eril, yakni Ridwan Kamil dan Atalia tentu sangat besar.

Sekalipun anggota keluarga lain dan mungkin seluruh negeri berduka dan merasa kehilangan atas tenggelamnya Eril, hal itu tidak sama seperti yang dialami Ridwan Kamil-Atalia sendiri.

Pasca kehilangan sang putra, dapat dipastikan bahwa ada yang berbeda dalam hubungan keduanya.

Hal itu senada dengan apa yang diungkap psikolog klinis Fiona MacCullum seperti mengutip fatherly.com.

Fiona menjelaskan kalau kematian seorang anak memberikan tantangan berbeda bagi orang tua dalam menjalani hidup mereka.

"Kematian seorang anak membawa serta berbagai tantangan yang berbeda dan berkelanjutan bagi individu dan keluarga," ungkapnya.

Baca Juga: 3 Cara Tingkatkan Keharmonisan Hubungan Suami Istri setelah Konflik

"Beberapa orang memang menemukan cara untuk hidup dengan kehilangan. Yang lain berjuang untuk menemukan makna dalam hidup," tambah perempuan yang juga seorang profesor di University of Queensland itu. 

Fiona MacCullum mengungkapkan pula mengenai seberapa besar dampak kehilangan anak bagi hubungan suami istri orang tua.

Bahwasanya dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2015 terhadap 2.512 orang dewasa yang berduka karena anak, 68 persen di antaranya ditemukan tidak mengalami depresi tak lama setelah tragedi.

Sekitar 11 persen di antaranya awalnya menderita depresi, tetapi dapat membaik seiring berjalannya waktu.

Kemudian sekitar 7 persen lainnya yang memiliki gejala depresi sebelum kehilangan, akan berlanjut begitu mereka mengalaminya.

Lantas, 13 persen sisanya dari yang berduka, kesedihan dan depresi baru dimulai setelah mereka mendapati kehidupan berubah sepeninggal anak tercinta.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana dampak kehilangan anak terhadap hubungan pernikahan?

Deborah Carr dari Universitas Boston memaparkan, kematian anak tidak akan merusak pernikahan.

Menurutnya, hal itu mungkin bisa membuat pernikahan yang bermasalah menjadi lebih buruk.

Baca Juga: 4 Cara Hadapi Pasangan yang Sedang Stres dalam Hubungan Suami Istri

Akan tetapi untuk hubungan pernikahan yang baik-baik saja malah akan menjadi semakin kuat dari sebelumnya.

Meskipun ada pasangan yang saling menyalahkan atas kematian anak dan sulit dipulihkan, banyak suami istri yang justru sebaliknya.

Mereka bisa menjadi semakin dekat dan saling mendukung karena masing-masing merasakan kesedihan yang sama.

"Kesedihan, trauma, dan depresi memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam semua hubungan yang bermakna," kata Gail Saltz, psikiater di NY Presbyterian Hospital Weill-Cornell School of Medicine.

"Tetapi saya telah melihat pasangan yang sebaliknya. Mereka menjadi lebih dekat, mereka saling mendukung. Ialah satu-satunya orang yang benar-benar dapat memahami perasaanmu," imbuhnya.

Dari keterangan para ahli tersebut, barang kali bisa disimpulkan bahwa trauma dan depresi dapat dialami Ridwan Kamil dan Atalia.

Akan tetapi melihat hubungan suami istri yang kuat di antara keduanya, mereka mungkin bakal mampu melewati masa sulit ini.

Terlebih, masih ada adik-adik Eril yang masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari sosok orang tua mereka. (*)

Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui dalam Hubungan Suami Istri Usia Lanjut

Sumber: fatherly.com
Penulis:
Editor: Arintya