Sosok Meutya Hafid, Tak Gentar di Daerah Konflik hingga Jadi Ketua Komisi I DPR RI

Aghnia Hilya Nizarisda - Kamis, 21 April 2022
Sosok Meutya Hafid yang kini menjadi Ketua Komisi I DPR RI.
Sosok Meutya Hafid yang kini menjadi Ketua Komisi I DPR RI. Dok. Instagram @meutya_hafid

Parapuan.co - Sejak awal masa kepemimpinannya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sosok Meutya Hafid seakan sudah mencuri perhatian.

Betapa tidak, Meutya jadi sorotan karena sikap dan wajahnya yang tampak tenang meski rapat yang dipimpinnya tidak setenang itu.

Nah, dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, mari mengenal salah satu kartini di bidang politik Tanah Air ini. 

Melansir NOVA, perempuan bernama lengkap Meutya Viada Hafid mengakui bahwa tugasnya sebagai Ketua Komisi I DPR RI, tidaklah mudah.

Pasalnya, ruang lingkup tugas Komisi I DPR RI ada di bidang pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, serta intelijen.

Alhasil, sebagai anggota DPR, Meutya Hafid pun bersinggungan dengan lembaga yang punya kepentingan terhadap keamanan negara.

Meski begitu, perempuan kelahiran Bandung, 3 Mei 1978 ini berusaha tenang dalam menjalankan tugas, termasuk saat harus memutuskan sesuatu.

“Itu enggak mudah, karena mempertimbangkan kepentingan rakyat. Mana yang terbaik untuk rakyat. Itu tanggung jawab besar,” curhat Meutya kepada NOVA pada 2019 silam.

Tak dimungkiri, sebagai perempuan, Meutya merasa posisinya bukan sekadar berat di tanggung jawab, melainkan juga pandangan orang terhadap kemampuannya memimpin.

Baca Juga: Dyah Roro Esti, Berambisi Ciptakan Masa Depan Berkelanjutan Lewat Politik

Betapa tidak, rupanya posisi Ketua Komisi I DPR RI memang sebelumnya enggak pernah diisi perempuan, sehingga banyak yang memandangnya sebelah mata.

Tak Terpikir Jadi Jurnalis

Menariknya, bukan tanpa alasan sosok Meutya Hafid bisa tetap tenang, pasalnya dia tampaknya sudah terbiasa memikul tanggung jawab berat berkat jadi jurnalis.

Seperti yang kita tahu, sebelum menjadi wakil rakyat, Meutya Hafid dikenal sebagai salah satu jurnalis Metro TV, yang tugasnya butuh dedikasi dan tanggung jawab penuh.

Namun ternyata, Meutya mengaku bahwa awalnya dia tidak terpikir untuk menjadi jurnali, lho.

Saat kuliah sekitar tahun 1998, Indonesia sedang melewati masa-masa reformasi dan di momen itulah keinginannya menjadi jurnalis muncul.

"Saya syok melihat Indonesia collapse. Saya gemas dan pengin melakukan sesuatu untuk Indonesia. Teman-teman mahasiswa saya di Jakarta bisa ikut demo. Saya ikut apa, ya?" akunya.

Ingin lebih dekat dengan pemerintah, Meutya yang masih terbayang kejadian 1998 pun tergerak menjadi wartawan dan melamar ke Metro TV yang sedang buka lowongan besar-besaran.

Disandera Kelompok Bersenjata

Baca Juga: Dari Hukum ke Jurnalistik, Ini Perjalanan Frisca Clarissa Jadi Jurnalis

Sejak menjadi jurnalis, rupanya Meutya mengaku menyukai liputan yang betul-betul butuh perjuangan keras seperti demonstrasi, perang, dan daerah konflik.

Ketertarikannya itu pun dijawab dengan tantangan penugasan ke sejumlah negara yang dilanda peperangan. Salah satunya di Irak, pada 18 Februari 2005.

Akan tetapi, nahasnya, saat meliput perang, Meutya dan rekannya Budiyanto justru diculik dan disandera kelompok bersenjata di negara itu.

Pemerintah Indonesia saat itu pun heboh, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai harus turun tangan untuk membantu membebaskan.

Kisah penculikan ini ada dalam buku 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak yang terbit pada 2007.

Hebatnya, perempuan yang meraih Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill (2007) itu tidak trauma menjadi seorang jurnalis.

"Di saat-saat seperti itulah kita bisa melihat sifat asli seseorang. Kalau manusia itu sedang di posisi terbawahnya, pasti kita bisa melihatnya," ungkap Meutya.

Perempuan yang diajak Yusuf Kalla untuk jadi anggota DPR ini mengaku jika sudut pandang perempuan dalam menjaga keamanan itu dibutuhkan.

Baca Juga: Kiprah Nurul Arifin, Aktris yang Kini Fokus Berkarier di Dunia Politik

“Karena saat perang yang sering jadi korban itu perempuan dan anak. Jadi, sekarang, yang dipikirkan adalah keselamatan perempuan dan anak," ujar anggota Partai Golkar ini.

Maka itu, dengan posisinya saat ini, ketika menjalankan tugas, Meutya tak segan-segan memperlihatkan bahwa dirinya mampu dan kuat dalam mengarahkan keputusan.

"Harus tegas, biar enggak diremehkan. Memang seperti itu yang saya hadapi," pungas seorang Meutya Hafid serius. (*)

Sumber: Nova.id
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda