Pengaruhi Jangka Panjang, Begini Dampak Toxic Parenting pada Anak

Firdhayanti - Kamis, 7 April 2022
Dampak toxic parenting pada anak
Dampak toxic parenting pada anak evgenyatamanenko

Parapuan.co - Dalam sebuah keluarga, seorang anak layak mendapatkan kasih sayang utuh dari orang tuanya. 

Sayangnya, masih banyak anak yang mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari orang tua mereka. 

Tentunya, perlakuan kasar orang tua berpengaruh sangat besar pada anak hingga bisa meracuni psikologisnya. 

Perlakuan kasar dan semena-mena orang tua bisa disebut sebagai toxic parenting atau pola pengasuhan beracun dan keliru. 

Wujud toxic parenting sendiri sebenarnya tak selalu berbentuk kasar secara fisik dan verbal. 

Menurut praktisi gentle parenting dan kreator konten dari akun TikTok @dailyjour, Halimah, pengasuhan kepada anak bisa menjadi toxic parenting jika orang tua tak pernah menanyakan pemikiran dan kondisi anak. 

Hal ini akan berdampak kepada kemampuan sosial anak saat berada di masyarakat. 

Halimah menjelaskan bahwa toxic parenting disebabkan oleh siklus tak berujung yang ada di keluarga anak tersebut. 

Bagi sang anak, toxic parenting akan dampak terhadap kondisi dan masa depannya secara tidak langsung. 

Baca Juga: Ingin Putuskan Rantai Toxic Parenting, Ini Perjalanan Halimah Dailyjour

"Toxic parenting itu enggak ngefek langsung atau bikin down saat itu juga. Tetapi bisa ketika dia remaja, biasanya ketika umur 12-13 tahun," papar Halimah dalam Podcast Cerita Parapuan

Dampak toxic parenting biasanya terlihat pada anak remaja. Pada masa transisi tersebut, anak menjadi remaja nakal akibat salah pengasuhan orang tuanya. 

Tak cuma itu, Halimah mengaku bahwa ia pernah menjadi korban toxic parenting dari orang tuanya saat masih anak-anak. 

"Jadi waktu kecil agak lucu. Ibuku baik banget. Aku tau ibuku mulia sekali tapi mungkin kecapekan karena tahu ayahku adalah tipe yang agak-agak avoided, secara emotionally unavailable," ucap Halimah. 

Menurut Halimah, ibunya tak ingin anaknya mengekspresikan emosi di depannya. 

Hal itu membuat Halimah tumbuh menjadi anak yang tak mau menunjukkan emosinya. 

Akibatnya saat dewasa, Halimah tak bisa menyampaikan pendapatnya pada orang lain. 

"Aku sering dibentak kalo menyampaikan sesuatu. Anak yang sering dibentak ketika menyampaikan sesuatu akan tumbuh menjadi anak yang takut berpendapat," ujar perempuan yang pernah menjadi guru ini. 

Melalui kontennya di TikTok, Halimah berharap calon orang tua bisa memutus toxic parenting agar anak tumbuh dengan baik. 

(*)

Baca Juga: Gentle Parenting, Pola Asuh yang Utamakan Ikatan Orang Tua dan Anak