Dengarkan Tubuhmu, Ini 5 Penyebab Kulit Kepala Gatal dan Cara Mengatasinya

Ericha Fernanda - Sabtu, 26 Maret 2022
Dengarkan tubuhmu, kulit kepala gatal bisa jadi tanda adanya suatu penyakit.
Dengarkan tubuhmu, kulit kepala gatal bisa jadi tanda adanya suatu penyakit. VladimirFLoyd

Parapuan.co - Kawan Puan, jika kamu terus-menerus menggaruk kepala karena gatal, dengarkan tubuhmu karena bisa jadi itu lebih dari sekadar ketombe.

Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan kulit kepala gatal, mulai dari ketombe hingga infeksi bakteri atau kondisi autoimun.

Sebelum kamu mengatasi rasa gatal pada kulit kepala, dengarkan tubuhmu dan pastikan untuk mencari tahu akar penyebabnya lebih dulu.

Melansir Cleveland Clinic, dokter kulit Melissa Piliang, MD, menjelaskan lima penyebab umum dan perawatan untuk kulit kepala gatal. Yuk, simak!

1. Ketombe dan dermatitis seboroik

Kepala berketombe dan dermatitis seboroik adalah dua penyebab paling umum untuk kulit kepala yang gatal.

"Respons inflamasi tubuh terhadap pertumbuhan ragi yang berlebihan menyebabkan gatal dan pengelupasan yang terkait dengan kondisi ini," kata dr Melissa.

Perhatikan kesehatanmu karena "Ragi biasanya hidup di kulit kepala dan area berbulu lainnya di tubuh, tetapi masalah muncul ketika ada terlalu banyak ragi,"ujar dr Melissa.

Cara mengatasi: Untuk kasus ringan, kamu bisa menggunakan sampo yang mengandung selenium atau zinc pyrithione untuk membantu mengontrol ragi.

Baca Juga: Mudah, Begini Cara Merawat Kulit Kepala Gatal yang Mulai Menganggu

Untuk kasus lebih serius, kamu perlu dengarkan tubuhmu karena akan memerlukan sampo antijamur dengan resep dokter, kortison topikal atau busa obat, larutan, krim atau salep.

2. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan munculnya bercak kemerahan atau bersisik pada kulit atau kulit kepala.

Penyebab pasti psoriasis belum diketahui, tetapi kamu akan lebih berisiko terkena penyakit ini jika keluargamu juga memilikinya.

Cara mengatasi: dr Melissa merekomendasikan untuk mencoba sampo yang mengandung tar batubara atau asam salisilat untuk mengontrol psoriasis kulit kepala.

Jika itu tidak berhasil, segera periksakan dengan dokter kulit untuk meresepkan sampo yang lebih kuat dan kortison topikal.

3. Tinea capitis

Perhatikan kesehatanmu, tinea capitis ternyata adalah infeksi jamur yang biasa dikenal sebagai kurap, yang dapat menginfeksi kulit kepala.

Tinea capitis meluas jauh ke dalam folikel rambut, menyebabkan kerontokan rambut berbentuk bulat yang bertambah besar seiring waktu.

Baca Juga: Maia Estianty Idap Penyakit Kulit Rosacea, Ini Penyebab dan Gejalanya

Penampakan tinea capitis seperti ruam timbul dengan titik-titik hitam atau penampilan yang tidak rata.

Cara mengatasi: Infeksi kurap pada kulit kepala sebaiknya mendapat perawatan langsung dari dokter kulit untuk meresepkan obatnya.

"Karena organisme itu ada jauh di dalam folikel rambut, kamu perlu minum obat antijamur oral untuk mengatasi masalah tersebut,” kata dr Melissa.

4. Kutu kepala

Selain itu, dr Melissa mengatakan kutu lebih suka rambut bersih, jadi memiliki kutu kepala tidak berarti kamu memiliki kebersihan yang buruk.

Sering tidak disadari, telur kutu dapat menempel pada helai rambut dan terlihat seperti ketombe, tetapi sulit dihilangkan karena menempel batang rambut.

Cara mengatasi: Kamu bisa mengobati kutu rambut dengan sampo yang dijual bebas, yang mengandung insektisida pyrethrin atau permethrin.

5. Reaksi alergi

Baca Juga: Sering Alami Gatal Tak Tertahankan? Yuk, Ketahui Penyebabnya

Pewarna rambut, eksim, dan dermatitis atopik adalah penyebab kulit kepala gatal lainnya yang kurang umum tapi memiliki potensi.

Cara mengatasi: Reaksi alergi umumnya akan hilang dengan sendirinya jika kamu dapat menghindari bahan kimia yang membuatmu alergi.

Untuk mengetahui secara pasti apa jenis alergimu, tes khusus oleh dokter kulit mungkin diperlukan untuk mengetahui bahan kimia apa yang menyebabkan alergi.

Jadi dengarkan tubuhmu jika kamu menderita kulit kepala gatal terus-menerus karena bisa jadi tanda adanya suatu penyakit ya, Kawan Puan. (*)

Sumber: Cleveland Clinic
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda