Mau Lakukan Co-Branding? Shopeepay Bagikan 3 Strategi Kunci Ini

Firdhayanti - Jumat, 25 Maret 2022
Kolaborasi dalam bisnis ada strateginya, ini dia!
Kolaborasi dalam bisnis ada strateginya, ini dia! Koh Sze Kiat

Parapuan.co - Kolaborasi antar brand atau strategi co-branding merupakan salah satu hal yang dilakukan untuk mendorong bisnis. 

Dengan melakukan kolaborasi, jangkauan pasar bisa menjadi lebih luas, memunculkan ide-ide menarik, dan banyak lagi. 

Meskipun begitu, ada beberapa hal yang harus direncanakan dalam melakukan co-branding

Melansir Kompas.com, berikut ini tiga kunci yang harus diperhatikan saat melakukan strategi co-branding sebagaimana dalam rilis ShopeePay. 

1. Mitra Kolaborasi yang Sejalan dengan Visi 

Sebelum berkolaborasi, Kawan Puan harus mengidentifikasi calon mitra kolaborasi terlebih dahulu. 

Pastikan bahwa mitra yang dipilih memiliki nilai dan tujuan serupa dengan brand atau merk yang diusung. 

Pasalnya, nilai dan tujuan yang serupa bisa menjadi hubungan kolaborasi yang kuat. 

Co-Founder Kopi Soe, Sylvia mengatakan, pihaknya selama ini berupaya untuk senantiasa hadir sebagai brand dengan citra lokal yang kental.

Baca Juga: Ingin Jualan saat Ramadan? Ini 7 Cara Mendapatkan Pinjaman Modal Usaha

“Berangkat dari situ, kolaborasi yang kami lakukan cenderung melibatkan partner atau mitra dengan value atau nilai yang serupa. Meski kami datang dari latar belakang dan industri yang berbeda,” ucapnya dalam keterangan tertulis.

Sebelum menghimpun informasi tersebut, ia mengungkapkan, pihaknya akan melakukan riset dan observasi yang komprehensif.

Riset ini menyangkut tren, demografis konsumen, hingga nilai dan karakter yang dibawakan oleh calon partner.

“Hal tersebut membuat kami mampu menjalankan kolaborasi yang apik namun tetap fleksibel dari segi proses kreatif,” imbuh Sylvia.

2. Ciptakan Produk yang Berguna Bagi Konsumen 

Dalam mengembangkan produk kolaborasi kreativitas memanglah hal yang akan menarik perhatian.

Akan tetapi, produk hendaklah harus menjawab kebutuhan, ketertarikan, atau permasalahan dari konsumen. 

Pasalnya, konsumen merupakan poros utama dalam produk kolaborasi dari tahap penyusunan strategi hingga lahirnya produk. 

CEO dan Co-Founder Dear Me Beauty, Nikita Wiradiputri mengatakan, kolaborasi antarbisnis memang memiliki daya pikat tersendiri. 

Baca Juga: 7 Tips Mengembangkan Bisnis Online di E-commerce, Salah Satunya Live Streaming!

“Salah satunya adalah kebebasan kami sebagai brand untuk mengeksplorasi dan bereksperimen menciptakan inovasi atau produk baru,” jelasnya.

Terlebih, sebut Nikita, Dear Me Beauty sebagai people power brand selalu berusaha untuk mendobrak batas industri kecantikan dengan menyuguhkan kombinasi produk berkualitas serta pengalaman tak terlupakan bagi konsumen. 

Untuk mencapai hal tersebut, ia mengaku, pihaknya berupaya untuk melibatkan konsumen dalam tiap proses kreasi produk kolaborasi agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen.

“Sebab, kami memahami bahwa strategi ini bukan semata-mata untuk kebutuhan bisnis. Akan tetapi bagaimana kolaborasi bisa membawa hal baru dan di saat yang bersamaan juga menjawab kebutuhan konsumen,” kata Nikita.

Tidak hanya produk, lanjut dia, hal tersebut juga diimplementasikan Dear Me Beauty pada layanan yang diberikan, seperti pembayaran digital ShopeePay yang memang sesuai dengan kebutuhan konsumen pada era digital.

3. Konsisten dengan Karakteristik

Kolaborasi dengan menggunakan strategi co-branding kadang menemui tantangannya. 

Adapun tantangan yang didapati yakni jati diri brand yang harus dipertahankan. 

Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh brand untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengenali kelebihan serta ciri khas.

Baca Juga: 4 Kriteria Bisnis Frozen Food yang Tidak Dikenakan Denda Usaha

Dengan mengenali hal ini, pebisnis mampu menyusun strategi komunikasi yang tepat dan beriringan dengan objektif kolaborasi.

Brand enthusiast sekaligus Founder dan CEO Haloka Group, Stephanie Regina, menjelaskan, co-branding secara langsung atau tidak akan mengekspos brand pada jangkauan konsumen yang semakin luas. 

“Terkait hal tersebut, tentu brand ingin membuat impresi yang tepat, terukur, dan konsisten,” ucapnya.

Maka dari itu, imbuh Stephanie, citra serta karakteristik yang khas merupakan fondasi yang harus dipegang teguh oleh brand ketika melangsungkan strategi co-branding.

Menurutnya, sebuah brand perlu melakukan perencanaan yang matang, bahkan sebelum menjalankan kolaborasi.

“Dengan mengkolaborasikan kebutuhan dan objektif dari kolaborasi, brand dapat memilih mitra kolaborasi yang akan melengkapi kekurangan sekaligus menonjolkan daya pikat dari masing-masing brand sehingga menghasilkan co-branding yang harmonis,” ujar Stephanie.

(*)