5 Mitos soal Pemimpin yang Perlu Wanita Karir Hindari, Apa Saja?

Tim Parapuan - Sabtu, 8 Januari 2022
Mitos soal pemimpin yang perlu dihindari.
Mitos soal pemimpin yang perlu dihindari. whyframestudio/iStockphoto

Parapuan.co – Kawan Puan, apakah kamu sudah menjadi pemimpin yang baik?

Perihal kepemimpinan selalu menarik untuk dibahas. Pasalnya menjadi pemimpin merupakan satu dari sekian banyak mimpi perempuan, sekaligus suatu hal yang banyak dikhawatirkan.

Berbagai buku dan kursus banyak membahas teori kepemimpinan, tapi sangat jarang yang mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini membuat perjalanan kepemimpinan terhambat, berjalan di tempat, atau bahkan mundur ke belakang.

Terkait kepemimpinan, ada juga beberapa mitos menjadi pemimpin yang sudah saatnya tak perlu dipercayai lagi. Berikut lima mitos yang biasanya ditemui dalam kepemimpinan seperti yang dikutip buku On Leadership: Tidak Harus Menjadi Bos untuk Memimpin.

1. Pemimpin adalah individu super yang sempurna

Konsepsi seorang pemimpin adalah individu sempurna yang harus pintar, cakap, visioner, baik hati, tenggang rasa, dan ambisius harus ditinggalkan. Seorang pemimpin adalah individu biasa yang bisa membuat kesalahan.

Malahan, jika ada pemimpin yang mengaku memiliki semuanya, itu tanda bahaya. Dunia ini saja tidak sempurna, bagaimana kita seorang manusia bisa sempurna?

Lagipula kesempurnaan yang tidak sesuai konteks malah akan menjadi bencana. Karena tidak sempurna, menjadi seorang pemimpin berarti harus memperkuat kelebihan yang dimiliki dan tahu di mana kelemahanmu berada.

Kawan Puan perlu belajar secukupnya agar kelemahan itu tidak menjadi penghalang, tapi jangan malah berfokus mengubahnya menjadi kekuatan.

Baca Juga: 5 Cara Wanita Karir Membiasakan Gaya Kepemimpinan Efektif di Tahun 2022

2. Pemimpin adalah orang terpintar

Pemimpin adalah orang yang paling pintar dan menentukan seluruh gerak dan tujuan tim. Itu salah besar. Peran pemimpin bukan menjadi orang yang terpintar di ruangan, melainkan mendapatkan orang terpintar.

Misalnya pelatih tim olahraga sangat jarang merupakan pemain terbaik; mereka adalah orang yang menemukan dan mengembangkan pemain terbaik untuk tim. Begitu melakukan ini, Kawan Puan dapat menghargai setiap orang untuk bakat dan kontribusi unik mereka.

Temukan bakat-bakat terbaik dan kemampuan terkuat timmu, lalu kembangkanlah. Ingat, pemimpin bukanlah individu yang paling pintar dan satu-satunya yang paling tahu di dalam kelompok.

3. Belajar kepemimpinan dari kursus kepemimpinan

Kursus dan seminar kepemimpinan dipenuhi para pemimpin yang ingin memimpin dengan andal.

Namun, yang perlu diingat adalah mengikuti berbagai kursus kepemimpinan tidak serta-merta menjadikanmu seorang pemimpin.

Perjalanan kepemimpinan tidak semudah hadir di kelas dan membaca berbagai modul juga puluhan buku.

Baca Juga: 8 Cara Menjadi Pemimpin yang Baik, Salah Satunya Mau Mendengarkan

Kalau begitu, berarti buku dan kursus buruk untuk kepemimpinan? Tidak. Jadikan buku dan kursus sebagai panduan untuk memetakan langkahmu dalam petualangan acak kepemimpinan agar menjadi perjalanan yang terencana.

Buku dan kursus akan membantumu memahami omong kosong yang dijumpai sepanjang perjalanan kesuksesan kepemimpinan. Jadi, jangan hanya berhenti di kursus dan buku kepemimpinan, terjunlah langsung hadapai berbagai masalah kepemimpinan.

4. Pemimpinlah yang mengontrol segalanya

Hanya karena kamu memimpin, bukan berarti harus mengontrol segalanya. Pemimpin tidak bisa berada di mana pun, pada situasi apa pun, dan tahu semua.

Para pemimpin yang berpikir punya kekuatan seperti itu malah harus dihindari. Pemimpin memang harus mengontrol, tapi tidak dalam semua hal. Jangan keliru menyamakan kesibukan dengan produktivitas.

Pemimpin harus bisa membedakan apa yang ia harus kontrol sendiri, dan apa yang bisa didelegasikan kepada anggota lain.

Micro-managing memberikan kesan memimpin, tetapi itu hal yang semu dan menjebak. Kawan Puan dan tim tidak akan berkembang ke mana-mana.

Jo Owen pada buku terbarunya, On Leadership: Tidak Harus Menjadi Bos untuk Memimpin, membuka banyak jendela baru mengenai isu kepemimpinan dan mendobrak segala miskonsepsi yang mengakar kuat di masyarakat.

Baca Juga: Hambat Karier, Ini Pendekatan untuk Mengidentifikasi Leadership Blind Spot

Buku On Leadership: Tidak Harus Menjadi Bos untuk Memimpin.
Buku On Leadership: Tidak Harus Menjadi Bos untuk Memimpin. Dok. BIP
Dalam perjalanan kepemimpinan, Kawan Puan membutuhkan panduan untuk memilah mitos dari realitas dan fakta dari fiksi.

Buku ini dapat menjadi peta yang membantu Kawan Puan untuk menyusun perjalanan dan mempercepat jalan menuju kesuksesan dengan menghindari banyak perangkap yang ada.

Dengan lebih dari 50 topik pembahasan, buku ini dapat dibaca sesuka hati, kamu bisa membuka sembarang bab; baca semuanya sekaligus atau satu bab dalam perjalanan menuju tempat kerja.

Kawan Puan bisa mengintip informasi lebih lengkapnya melalui Gramedia.com atau langsung ke toko buku kesayanganmu.

Yuk belajar dari pemimpin yang bisa membawa seluruh tim berkembang dengan menghindari mitos-mitos tersebut! (*)

Penulis:
Editor: Arintya