Seni Hidup Irit ala Orang Jepang yang Perlu Dicoba, Tetap Bisa Belanja

Tim Parapuan - Rabu, 3 November 2021
Hidup irit ala orang Jepang.
Hidup irit ala orang Jepang. Nattakorn Maneerat

Parapuan.co – Kawan Puan, apakah kamu ingin mencoba hidup irit?

Hidup irit atau meminimalkan pengeluaran bukan berarti pelit lo. Bahkan dengan hidup irit ini kamu bisa menemukan kebahagiaan tersendiri.

Lantas timbul pertanyaan, bagaimana caranya bahagia dengan hidup irit di mana tidak banyak uang digunakan? Bagaimana bisa bahagia kalau hanya pakai sedikit uang untuk membeli kebutuhan pokok? Atau sekedar membeli jajanan kekinian via aplikasi ojek daring?

Kawan Puan, mendatangkan kebahagiaan dalam hidup memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Nah dalam buku terbitan Miracle, imprint khusus nonfiksi milik Penerbit m&c!, Happiness Without Money bukan berarti tidak punya uang dalam arti harfiah, tetapi bagaimana kita mesti hidup irit agar bisa bahagia.

Acapkali hidup irit kita artikan dengan mengeluarkan uang sesedikit mungkin, yang pada akhirnya adalah membeli barang-barang murah.

Padahal barang-barang murah yang kita beli hanya demi memenuhi keinginan kita yang tak ada habisnya.

Saat ini, meski aktivitas kita untuk ke pusat perbelanjaan sedang dibatasi, bukan berarti godaan untuk membeli barang lantas berkurang.

Saat sedang scrolling Instagram, tiba-tiba muncul iklan sepatu bots musim dingin yang sedang flash sale.

Seketika kita membelinya mumpung murah (padahal di masa pandemi begini kita belum tahu kapan bisa pergi berlibur musim dingin).

Ada gaun pesta cantik yang turun harga, jari kita langsung bergerak memasukkan dalam keranjang dan membayar, padahal saat ini nyaris tak pernah ada pesta atau resepsi.

Sebelum tidur iseng buka marketplace, eh ada earphone cuma 10 ribu dan beberapa hari kemudian paket pun tiba.

Akhirnya, begitu banyak barang menumpuk di rumah kita. Bahagiakah kita dengan banyaknya barang yang kita miliki? Berapa lama perasaan bahagia kita bertahan setelah membeli suatu barang?

Jangan-jangan malah kita tiba-tiba teringat, “Eh sepatu stiletto merah itu ada di mana, ya? Baru satu kali dipakai”.

Atau, “Wah, kayaknya punya sleeping bag yang sudah 5 tahun sejak dibeli tapi rencana camping hanyalah sebatas wacana. Jangan-jangan sudah berjamur.”

Hidup pun menjadi tidak tenang karena memikirkan barang-barang yang kita miliki.

Koike Ryunosuke, pengarang Happiness Without Money membagikan pengalamannya tentang bagaimana ia menggunakan uang dalam hidupnya.

Buku Happiness Without Money karya Koike Ryunosuke.
Buku Happiness Without Money karya Koike Ryunosuke. Dok. M&C!

Tak ada ruginya kita mencoba, karena di buku ini juga ada teknik membuang barang.

Ya, jangan merasa sayang membuang barang, karena sebenarnya membeli barang yang “sia-sia” itu lebih sayang daripada membuangnya.

Cobalah membuang benda mulai dari benda yang paling mudah disingkirkan, dan perhatikan bagaimana perasaan kita setelah membuangnya.

Koike menyarankan kita menggunakan uang untuk membeli barang yang berkualitas saat kita membutuhkan suatu barang.

Namun yang perlu kita perhatikan, membutuhkan tidak sama dengan menginginkan. Kita harus bisa membedakan mana yang keinginan, mana yang kebutuhan.

Jangan sampai kita mengurangi barang yang kita inginkan, namun malah menjadi pelit terhadap barang yang dibutuhkan. Irit bukan berarti pelit.

Nah, bagaimana cara agar meski kita memiliki uang namun hidup kita tidak didikte oleh uang? Bagaimana cara menggunakan uang agar lebih membawa kebahagiaan dalam hidup?

Temukan jawabannya di Happiness Without Money – Irit (bukan pelit) agar Bahagia.

Untuk mengintip isi bukunya, kamu bisa membaca blurb dengan membuka tautan berikut ini ya!

Bagaimana Kawan Puan, siap mencoba hidup irit dan menemukan bahagia versimu? (*)

Penulis:
Editor: Arintya