Parapuan.co- Melanie Perkins yang merupakan pendiri sekaligus CEO Canva, kini didapuk sebagai orang terkaya ke 3 di Australia.
Perempuan lulusan Univesity of Western Australia ini membangun start up digital yang mempermudah pengguna melakukan desain grafis secara gratis maupun berbayar.
Saat pandemi, Canva mengalami peningkatan pengguna hingga 50% dan berhasil meraup meraup keuntungan sebesar US$ 6 miliar atau setara Rp 87,2 triliun.
Peningkatan tersebut juga dibarengi dengan kebutuhan desain grafis yang semakin meningkat untuk pekerjaan work from home.
Baca juga: Perjalanan Karier Melanie Perkins Membangun Perusahaan Start Up Canva
Dilansir dari laman Entrepreneur, alumni jurusan Communicatian and Commerce ini juga mengungkapkan salah satu alasan utama Canva sukses karena adanya literasi mengenai desain yang semakin meningkat.
“Orang-orang ingin menyajikan sesuatu dengan lebih kreatif. Bahkan di sekolah, murid-murid didorong untuk lebih terlibat dengan berbagai bentuk desain,” ungkap Melanie.
Melanie juga menjadikan Canva sebagai solusi bagi para pengguna yang memiliki kesusahan dalam merancang atau mendesain.
Selain itu, kebutuhan akan desain bagus dalam bentuk presentasi, materi pemasaran, grafik untuk media sosial, bahkan resume meningkat saat pandemi.
“Ada kebutuhan yang sangat besar untuk mengubah desain dari proses yang begitu rumit menjadi keterampilan yang dapat dicapai dan dapat diakses oleh semua orang,” ujar Melanie Perkins.
“Kami ingin Canva menjadi tempat yang dapat dikunjungi, dan karenanya kami membuatnya gratis untuk digunakan. Anda dapat mengunggah gambar Anda sendiri atau memilih dari perpustakaan kami gambar dan ilustrasi premium yang harganya $1. Kami juga memiliki opsi berbayar premium yang memungkinkan kolaborasi yang lebih dekat dalam sebuah tim," tambahnya.
Dilansir dari LinkedIn, Canva juga dinobatkan sebagai tempat kerja terbaik di Australia dan masuk di urutan pertama “2018 Top Australian Startups”.
Bagi Melanie, kesuksesan saat ini dapat ia raih dengan tantangan yang besar mengingat dunia bisnis didominasi oleh laki-laki.
Baca juga: Sosok Raden Sasnatya, Interpreter Perempuan yang juga Wirausahawan
“Menjadi entrepreneur perempuan di dunia bisnis yang didominasi laki-laki bisa menjadi sulit, tetapi kita harus selalu fokus pada apa yang menjadi visi. Jika saya berpikir bahwa menjadi perempuan adalah alasan saya ditolak investor, itu hanya akan baung-buang waktu karena itu jelas sesuatu yang tidak bisa diubah. Saya selalu menuangkan energi, waktu, dan kreativitas kepada hal-hal yang bisa diubah,” ujar Melanie.
Wow keren sekali ya sosok Melanie Perkins ini! (*)