Sebelum Perempuan Menikah, Kenali 7 Tahap Kehidupan Pernikahan Ini

Ratu Monita - Selasa, 7 September 2021
Terdapat 7 tahap kehiduapan pernikahan yang perlu diketahui sebelum perempuan menikah.
Terdapat 7 tahap kehiduapan pernikahan yang perlu diketahui sebelum perempuan menikah. bunditinay

Parapuan.co - Sebelum perempuan menikah, tentu penting untuk mengulik tentang bagaimana kehidupan pernikahan nantinya.

Mengingat, mengakhiri masa lajang dan memulai kehidupan pernikahan bukan berarti tidak akan ada masalah, karenanya ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum perempuan menikah. 

Salah satu yang perlu dipahami sebelum perempuan menikah adalah adanya sejumlah tahapan kehidupan pernikahan.

Di mana untuk melewati setiap tahapan tersebut, pasangan suami istri akan merasakan jatuh bangun untuk mempertahankan pernikahannya. 

Umumnya, pada tahap awal kehidupan pernikahan, hubungan dengan pasangan sedang begitu hangat dan romantis, bahkan jarang timbul konflik di antara keduanya. 

Kemudian di fase selanjutnya, satu sama lain mulai merasakan ada banyak perbedaan diantara mereka dan harus mencari solusinya agar bisa sampai di tahap terakhir. 

Pada tahap akhir, pasangan akan menerima dan merasakan bahwa sosok yang berada di sampingnya adalah orang yang tepat untuk mendampinginya.

Untuk lebih lengkapnya mengenai tahapan kehidupan pernikahan, berikut ulasan lengkapnya seperti dilansir dari laman Everyday Health.

Baca Juga: Rencana Perempuan Menikah Bisa Batal Karena 6 Hal Sepele Ini

1. Fase bulan madu

Selesai menggelar acara pernikahan, umumnya pasangan akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua untuk berbulan madu.

Sebagai tahapan awal, pada fase ini pasangan akan membangun hubungan dan keluarganya.

Fase ini ditandai dengan gairah, keintiman dengan pasangan, serta romantisnya hubungan.

Biasanya, pasangan selalu ingin memiliki waktu bersama, selayaknya sepasang kekasih yang baru berpacaran.

2. Fase penyesuaian

Tahap selanjut yang akan dilalui pasangan adalah saat keduanya sudah kembali memiliki kesibukkan dan tanggung jawab masing-masing.

Pada tahap ini, gairah keduanya pun mulai mereda dan pasangan pun memulai kehidupan kehidupan pernikahan yang sesungguhnya.

Selain itu, di fase ini satu sama lain mulai memikirkan bagaimana cara menghadapi kebiasaan pasangan yang baru saja ditemui saat menikah.

Proses adaptasi ini juga membuat pasangan menyadari bahwa masing-masing memiliki kekurangannya, sehingga keduanya akan mencari solusi bagaimana cara untuk mempertahankan pernikahan.

Baca Juga: Setelah Perempuan Menikah, Simak Tips Perencanaan Keuangan Keluarga

3. Fase memberontak

Setelah beberapa tahun pertama menjalankan kehidupan pernikahan, pasangan umumnya akan menunjukkan emosinya.

Alhasil akan terlihat pemberontakan di antara keduanya.

Karena, pada fase ini keduanya menyadari bahwa mereka menikahi seseorang yang penuh kekurangan, sehingga saat ditemukan kekurangan dari pasangan, hal tersebut dapat memicu emosi.

Hal ini terjadi lantaran satu sama lain saling berusaha mempertahankan ego masing-masing.

Oleh karena itu, untuk melewati tahap ini diperlukan sikap dewasa di antara keduanya, sebagai upaya pencegahan terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti perselingkuhan dan perceraian.

4. Fase evaluasi diri

Setelah beberapa tahun menghadapi kekurangan dan kelebihan pasangan, satu sama lain pun mulai terbiasa dengan situasi sehari-hari.

Dengan begitu, pasangan akan lebih dewasa dan memaklumi kekurangan satu sama lain, terutama saat sudah memiliki anak.

Sebagai orang tua, tentu keduanya akan menjadi mentor dan panutan bagi anak-anaknya.

Karenanya, pasangan suami istri pun akan evaluasi diri satu sama lain, dan berusaha mempertahankan pernikahannya dan keutuhan keluarganya.

Baca Juga: Perempuan Menikah di Masa Pandemi? Ini Langkah Mudah Merencanakannya!

5. Fase menerima pasangan

Beberapa tahun menjalani pernikahan tentu ada rasa bosan, ditambah dengan konflik yang terjadi serta godaan di luar sana, tentu untuk sampai fase ini bukanlah perkara mudah.

Meski sulit, bagi yang berhasil melewatinya pasangan pun akan mulai menerima dan memberikan kesempatan kedua pada pasangan.

Terutama ketika anak-anak mulai tumbuh dewasa, maka ini adalah saat yang tepat untuk kembali fokus pada hubungan dengan pasangan.

6. Fase krisis di masa tua

Disebut fase krisis karena pasangan biasanya telah berusia 40 hingga 50 tahun dan karier pekerjaan mulu menurun karena menjelang pensiun.

Selain itu, keduanya juga mulai meraa ketakutan memghadapi masa tua yang semakin dekat.

Bahkan, terdapat sebagian orang yang bereaksi berlebihan, sehingga memicu permasalahan dan menimbulkan konflik.

Oleh karena itu, agar pernikahan dapat tetap utuh, pasangan harus berkomitmen untuk mengatasi permasalahan ini.

Baca Juga: Perempuan Menikah Muda, Berapa Sebenarnya Usia Ideal untuk Menikah?

7. Fase penyelesaian

Setelah menghadapi berbagai lika-liku kehidupan pernikahan, pasangan lun akhirnya bisa menerima dan menyadari bahwa sosok yang berada di dekatnya ada orang tepat untuk menemaninya.

 Sebagian pasangan akan melakukan kilas balik ke awal-awal hubungan mereka pada saat memutuskan untuk hidup beesama untuk kemudian mensyukuri bisa melewati berbagai rintangan itu bersama.

Bisa dikatakan pada fase ini pasangan akan jatuh cinta lagi dan menyadari bahwa mereka memiliki pasangan hidup terbaik.

Nah, namun perlu diketahui oleh Kawan Puan bahwa terdapat kemungkinan ada beberapa tahapan yang mungkin tidak sesuai dengan pernikahan kamu nantinya.

Hal yang menjadi poin utama adalah dalam kehidupan pernikahan tentu ada naik dan turunnya, karena ada banyak hal yang berubah dan pengalaman yang di dapat pun semakin banyak.

Namun, dengan belajar terus memahami dan menghargai pasangan satu sama lain dalam setiap tahapan, harapannya hubungan dalam kehidupan pernikahan dapat terus bertahan.

(*)

Sumber: Everyday Health
Penulis:
Editor: Arintya