Hari Anak Nasional 2021: Ini Tips Mengajarkan Pendidikan Seksual Sejak Dini dari Psikolog

Ericha Fernanda - Kamis, 22 Juli 2021
Berdiskusi tentang pendidikan seks dengan anak.
Berdiskusi tentang pendidikan seks dengan anak. imtmphoto

Parapuan.co - Memperingati Hari Anak Nasional, tak ada salahnya lho, mengajarkan si kecil tentang pendidikan seksual.

Mungkin, sebagian Kawan Puan masih merasa pendidikan seksual merupakan hal taboo untuk dibicarakan dengan anak.

Namun, memberikan pendidikan seksual sejak dini bisa mencegah adanya tindakan yang merugikan anak, lho.

Menurut Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Primatia Yogi Wulandari, terdapat lima indikator yang dapat dijadikan panduan bagi orang tua untuk mulai mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak.

Baca Juga: 4 Cara Mengajari Balita untuk Percaya Diri dan Menerima Tubuhnya

Pertama, munculnya pertanyaan seputar kehamilan ataupun kelahiran.

Kedua, mulai berteman dengan lawan jenis.

Ketiga, bersosialisasi dengan lingkungan di luar keluarga inti.

Keempat, memiliki akses informasi luas.

Kelima, saat berlatih membersihkan diri saat buang air.

"Perlu diingat, masalah perilaku seksual hanya bagian dari pendidikan seksual. Dapat diajarkan, laki-laki dan perempuan memiliki organ tubuh berbeda, jagalah kebersihan diri, termasuk alat kelamin, interaksi dengan lawan jenis, dan peran sebagai laki-laki dan perempuan," kata Primatia, mengutip laman Unair, Rabu (21/7/2021).

Ia menjelaskan, pendidikan seksual harus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak insidental.

Prinsipnya adalah optimalisasi proses belajar anak dan mendorong perkembangan yang positif, khususnya terkait masalah seksualitas.

Ketika mengajarkan pendidikan seksual, orang tua perlu memperhatikan tiga aspek strategi yang digunakan, antara lain:

1. Anak masih berpikir secara konkret

Pola pikir anak yang masih konkret membuat orang tua harus menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami anak.

Orang tua diimbau tidak menggunakan kata-kata ganti untuk istilah alat kelamin, misalnya titit, burung, atau yang sejenisnya.

Sebaiknya anak diperkenalkan istilah alat kelamin secara netral tanpa ekspresi malu ataupun jijik.

Jujur saja dengan namanya, yaitu penis dan vagina. Jelaskan itu nama alat kelamin bagi laki-laki dan perempuan.

"Harapannya, anak dapat menganggap alat kelamin sama seperti halnya bagian tubuh lain, tetapi tetap diperlakukan lebih khas, sebab bersifat lebih privat dan intim," kata Primatia.

Baca Juga: Terapi Bicara Dapat Membantu Anak Down Syndrome, Bagaimana Caranya?

2. Tingkat usia anak

Tingkat usia anak menjadi pertimbangan tentang detail informasi tentang seks yang diberikan.

"Pada anak-anak usia dini, sebaiknya informasi yang diberikan tidak mendetail. Misalnya, ketika menjelaskan proses kehamilan. Dapat dijelaskan bahwa ayah memiliki sperma yang akan membuahi sel telur ibu," ujar Primatia.

3. Metode sesuai ketertarikan anak

Materi yang diberikan dapat dikemas dengan metode yang sesuai dengan ketertarikan anak, misalnya bercerita.

Primatia menambahkan, informasi tentang pendidikan seksual harus dapat tertanam dan dipahami anak untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

"Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah, seperti orangtua bersikap terbuka dan memberi respon positif pada anak saat anak bertanya seputar pendidikan seksual," kata Primatia.

Lalu, memperkuat ikatan emosi antara anak dan orang tua, sehingga anak dapat berdiskusi tanpa rasa malu.

Baca Juga: Jika Orang Tua Bersalah, Bagaimana Cara Bijak Meminta Maaf pada Anak?

Selanjutnya, orang tua juga dapat membahas masalah seksualitas dari berbagai aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif, fisik, dan sosioemosional.

Ia menyampaikan, lembaga pendidikan dapat mulai berpikir untuk memberikan pendidikan seksualitas secara komprehensif dan kontinu.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan tema pendidikan seksual ke dalam kurikulum, mengundang narasumber yang bergerak di bidang pendidikan seksual untuk anak maupun orang tua, program bimbingan konseling, menyediakan sumber informasi yang terpercaya bagi anak.

"Tidak hanya bersifat jemput bola, tapi dapat menggunakan strategi tertentu, seperti memfasilitasi adanya kontak. Di mana anak dapat memasukkan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui tentang seksualitas (pendidikan seksual), kemudian ditindaklanjuti dengan penjelasan di kelas," ujar Primatia.

Nah, Kawan Puan semoga bisa membantumu, ya!(*)