A Force for Change: Pameran Seni dan Lelang Karya Para Seniman Perempuan Kulit Gelap

Rizka Rachmania - Kamis, 15 Juli 2021
Salah satu karya di A Force for Change milik Cinthia Sifa Mulanga berjudul Self-sureness, 2021, campuran medis di atas kanvas, 84cm x 118cm
Salah satu karya di A Force for Change milik Cinthia Sifa Mulanga berjudul Self-sureness, 2021, campuran medis di atas kanvas, 84cm x 118cm

Contohnya adalah Cinthia Sifa Mulanga, Sungi Mlengeya, Selly Rabe Kane, dan masih banyak lagi seniman perempuan berkulit gelap yang tergabung dalam pameran.

Salah satu karya di A Force for Change milik Cinthia Sifa Mulanga berjudul Self-sureness, 2021, campuran medis di atas kanvas, 84cm x 118cm
Salah satu karya di A Force for Change milik Cinthia Sifa Mulanga berjudul Self-sureness, 2021, campuran medis di atas kanvas, 84cm x 118cm

Phumzile Mlambo-Ngcuka, Direktur Eksekutif UN Women mengatakan bahwa keadilan rasial dan ketidaksetaraan gender tidak terpisah, tetapi satu sama lain terkait secara integral, dan adalah tugas dari UN Women untuk memprioritaskan keduanya.

"Melalui Program Perempuan Kulit Gelap Global (global Black Women's Programme) dan pameran yang akan mengumpulkan dana untuk karya seniman, kami mendukung gerakan dan organisasi perempuan kulit hitam di berbagai belahan dunia untuk membina hubungan yang lebih dekat dan memberikan kekuatan yang lebih besar pada suara dan tindakan mereka," ucap Phumzile Mlambo-Ngcuka, seperti yang PARAPUAN lansir dari website UN Women.

Baca Juga: Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Minang Pejuang Isu Kesetaraan Gender

Perwujudan kesetaraan gender melalui seni

Tonni Ann Brodber, Perwakilan Kantor Multi-Negara Karibia Perempuan PBB mengatakan bahwa ambisi mereka untuk program global tentang ras dan gender didasarkan pada seni.

"Kantor kami di Barbados selama beberapa waktu telah bekerja dengan musisi, memahami bahwa ekspresi dan jangkauan mereka adalah jalan penting untuk mengubah norma dan stereotip," ucap Tonni.

Menambahkan dari apa yang sudah disampaikan oleh Tonni, Erin Jenoa Gilbert, Kurator dan Penasihat Seni mengatakan bahwa meskipun karya abstrak dan figuratif yang ditampilkan dalam pameran ini disusun oleh perempuan dengan keragaman bahasa dan estetika yang luar biasa, karya mereka adalah pernyataan kelangsungan hidup dan solidaritas.

"Secara subversif menantang status quo, gambar-gambar ini secara simbolis menghubungkan gerakan sipil dan hak asasi manusia yang terjadi bersamaan di Afrika, Karibia, Amerika Selatan dan Tengah, Eropa, serta Amerika Serikat," ucap Erin.

Ia pun menambahkan, "Pameran ini sekaligus menawarkan kilasan ke masa lalu dan masa depan yang ditata ulang oleh perempuan keturunan Afrika. Citra perempuan yang diberdayakan, yang dipresentasikan oleh para seniman dalam pameran ini, membuktikan pengaruh interseksionalitas dan ikatan tak terpisahkan antara perempuan di seluruh diaspora Afrika."

Sumber: unwomen.org
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania