Heboh Susu Beruang, Ternyata Panic Buying Picu Strategi Penjualan Baru

Arintha Widya - Senin, 5 Juli 2021
Fenomena panic Buying di Solo.
Fenomena panic Buying di Solo. TRIBUNSOLO.COM/ADI SURYA SAMODRA

"Belanja bahan makanan daring akan terus berkembang pesat. Pandemi hanya membantu mencapai titik puncaknya," kata Stacy Thomson, wakil presiden e-bisnis di Scrum50.

"Pengecer juga telah dipaksa untuk meningkatkan pengalaman belanja klik dan ambil. Sekarang setelah dimulai, tidak akan ada jalan untuk kembali," imbuhnya.

2. Ritel melakukan manuver taktis

Berkurangnya kunjungan konsumen ke toko ritel membuat pelaku usaha harus menyesuaikan diri.

Mereka tidak dapat mengabaikan E-commerce dan perlu merambah toko daring jika ingin bertahan di masa pandemi.

Strategi pemasaran juga berubah, dari yang semula hampir tidak berpromosi karena ritel saingan tidak banyak di suatu tempat, menjadi gencar melakukan promosi lantaran menjual produk secara daring.

Baca Juga: Salesperson Perlu Tahu 6 Teknik Penjualan Berikut agar Omzet Meningkat

Di toko daring, penjual ritel sangat banyak dan harga bersaing, jadi persaingan usaha pun makin besar.

"Itu terus menjadi bagian penting dari strategi merek apapun yang menjalani transisi ke dunia pasca pandemi," terang Brian Gioia, direktur strategi produk di Scrum50.

"Dalam adaptasi kebiasaan baru, bagaimana lagi sebuah merek menyeimbangkan dua saluran penjualan dan tren apa yang akan terus berkembang di lanskap pemasaran baru?" tambahnya.