Tak Malu Kerjakan Tugas Domestik, Suami Buktikan Rumah Tangga Setara adalah Soal Kerja Sama

Arintha Widya,Citra Narada Putri - Rabu, 12 Mei 2021
Ilustrasi laki-laki mengerjakan tugas domestik dalam rumah tangga.
Ilustrasi laki-laki mengerjakan tugas domestik dalam rumah tangga. takasuu

Parapuan.co – Perempuan boleh saja bisa melakukan semua pekerjaan rumah sendiri, tetapi bukan berarti mereka tidak butuh bantuan.

Perempuan yang bekerja barangkali akan kekurangan waktu mengerjakan tugas-tugas domestik karena ia bisa jadi tidak berada di rumah selama 24 jam penuh.

Oleh sebab itu, kontribusi suami sangat dibutuhkan, terlebih jika di dalam rumah tangga sudah ada anak.

Suami dan istri mesti berbagi tugas agar perempuan tidak kewalahan harus bekerja serta mengurus rumah dan anak.

Sebagaimana yang dilakukan penyiar radio sekaligus komedian, Sogi Indra Dhuaja, yang juga berbagi tugas domestik dengan sang istri.

Baca Juga: Pembagian Peran dalam Keluarga, Haruskah Suami yang Selalu Mencari Nafkah?

Walau sehari-hari sudah ada asisten rumah tangga (ART) yang membersihkan rumah, Sogi dan istri tetap punya tugas domestik masing-masing.

Ketika sedang tidak ada ART, ia biasanya kebagian mencuci baju sedangkan sang istri mencuci piring.

Nganter les anak, siapa yang bayar apa, siapa bayar apa. Pekerjaan domestik umum bisa dikerjakan ART,” kata Sogi saat dihubungi PARAPUAN.

Disampaikan Sogi bahwa pembagian itu secara tidak langsung sudah terjadi sejak ia dan istri masih berpacaran. Mereka sudah mengenal kebiasaan masing-masing. 

“Dia tahu saya enggak suka cuci piring kotor, jadi saya cuci baju. Saya mendingan cuci baju kotor daripada piring kotor,” imbuh laki-laki yang tergabung dalam komunitas Ayah ASI tersebut.

Soal tantangan dalam mengerjakan pekerjaan domestik, ayah satu putra ini mengaku tak terlalu ambil pusing tugas yang tidak bisa dilakukan.

Menurutnya, pekerjaan domestik bukan sebatas masak, menyapu, dan mencuci saja, tetapi ada pula keperluan lain semisal membetulkan listrik atau yang lain.

Untuk yang satu itu, ia lebih memilih menghubungi teknisi yang ahli di bidangnya ketimbang mengerjakan sendiri.

“Saya itu enggak ngerti masalah benerin kabel, apapun yang berhubungan sama kelistrikan. Jadi mending panggil tukang aja deh,” ujarnya bercerita.

Sementara itu untuk urusan memasak, diakui Sogi dirinya lebih jago di dapur ketimbang istri tercinta.

Baca Juga: Ingin Biasakan Anak Laki-Laki Kerjakan Tugas Domestik? Ini Saran Ahli

Ia tidak merasa hal itu sebagai suatu masalah, karena ia tahu walau istri tak begitu jago di dapur, tetapi banyak yang bisa dilakukannya.

Salah satunya ialah, sang istri menjadi team leader di kantor, yang tentu tidak semua ibu rumah tangga dapat memainkan peran itu.

“Istri kerja, dia leader di kantornya. Kalau dicengin ‘Eh istri lo kok nggak bisa masak’, ya saya jawab, ‘Lah istri lo leader enggak di kantor?’.”

“Masing-masing ada kelebihan kekurangan, lah. Istri nggak bisa masak tapi bisa melakukan hal lain yang mungkin perempuan lain juga enggak bisa lakukan,” tutur Sogi.

Sejauh ini, ia bisa dibilang tidak pernah mendapatkan stigma negatif dari keluarga maupun teman-temannya.

Ini karena ia berada di lingkungan yang suportif, di mana para suami juga saling berbagi peran dengan istri sehingga ada kesetaraan dalam rumah tangga.

Ia menambahkan, bahwa sebenarnya tidak sulit bagi istri meminta suaminya membantu pekerjaan domestik.

Sogi menuturkan, laki-laki umumnya bukan tidak ingin membantu, tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Sebenarnya, tuh, laki-laki bukannya enggak mau bantu. Cuman, bingung harus ngapain kalau enggak dikasih tahu,” celetuknya sembari tertawa.

Baca Juga: Suami juga Bisa Coba, Ini Tips Mudah Bersihkan Rumah dengan Cepat

Laki-laki kelahiran 1978 itu menyebutkan pula tentang tips yang bisa dilakukan para istri agar suaminya bersedia mengerjakan tugas rumah tangga.

“Itu kalau perempuannya ngajak, bukan nyuruh. Beda ngajak sama nyuruh. Kalau nyuruh, otomatis laki-lakinya langsung bilang enggak, karena gengsi, enggak tahu caranya gimana,” ungkap Sogi.

Menurut Sogi ada trik yang bisa diutarakan para istri, misalnya mengatakan ‘Bisa tolong enggak bantuin aku. Tahu enggak gimana caranya? Sini aku kasih tahu’.

Dan hindari kata-kata berikut, ‘Eh tolongin ini dong, tolongin itu dong’.”

“Laki-laki enggak tahu karena gengsinya gede, mendingan enggak dikerjain, deh. Padahal sebenernya laki-laki itu mau bantu,” tukasnya lagi.

Dampak Positif Pembagian Peran Domestik yang Setara

Terkait pembagian peran domestik yang setara, seperti yang dilakukan Sogi, menurut Tiara Puspita, psikolog Tiga Generasi, akan memberikan dampak positif dalam rumah tangga maupun hubungan tersebut.

“Untuk suami, dampaknya lebih mampu memahami tugas-tugas rumah tangga. Misalnya seperti berapa lama waktu menyiapkan makanan, memandikan anak dan sebagainya, sehingga lebih mengapresiasi tugas-tugas istri di rumah,” jelas perempuan yang akrab dipanggil Tita ini.

Sementara bagi istri, menurut Tita, dampaknya akan membuat ia merasa tidak sendirian dalam menjalani peran rumah tangga, serta merasa lebih dipahami.

“Hal ini dapat meningkatkan kualitas hubungan suami istri, kedua pihak dapat memahami situasi yang terjadi sehari-hari di rumah, bahkan dapat menciptakan topik baru yang dapat dibahas bersama,” tambahnya.

Saran Tita, untuk suami-suami yang ingin berkontribusi dalam tugas-tugas domestik yang setara di rumah tangga, yaitu diawali dengan diskusi bersama istri.

Baca Juga: Tips Masak yang Perlu Suami Coba, Sebab Memasak Bukan Tugas Istri Saja

Diskusikanlah secara transparan tugas-tugas domestik apa saja yang perlu dilakukan di rumah dan berapa kali perlu dilakukan (dalam sehati atau seminggu).

“Dengan didiskusikan secara jelas, kedua belah pihak sama-sama mengetahui berapa lama waktu untuk melakukan tugas-tugas tersebut, sehingga pembagian tugas juga lebih clear dan ekspektasi masing-masing jelas,” paparnya lagi.

Memang, diakui Tita, bahwa yang terkadang menjadi kendala adalah suami melihat tugas-tugas rumah bukan sebagai hal yang penting atau memakan waktu lama.

Padahal istri bisa menghabiskan waktu seharian mengerjakan tugas-tugas ‘kecil’ yang tidak selesai-selesai.

“Diskusi seperti ini membutuhkan momen yang netral di mana kedua belah pihak tidak dalam kondisi lelah atau stres, karena dapat muncul atau terdengar seperti keluhan atau tuduhan kepada pasangan yang dapat berakibat pada pertengkaran,” jelas Tita lagi.

Jadi, pastikan agar kedua pihak sama-sama dalam kondisi yang baik sebelum meminta pasangan melakukan tugas yang diharapkan.

Selain itu, penting untuk tidak saling menyudutkan dan jangan lupa berterima kasih ketika pasangan melakukan tugas rumah tangga.(*)