Parapuan.co - Kecanduan layar atau screen addiction kini menjadi salah satu isu besar yang dihadapi banyak negara, termasuk Singapura. Meningkatnya penggunaan gawai di kalangan anak-anak dan remaja telah menimbulkan kekhawatiran, baik dari sisi perkembangan sosial, emosional, maupun kesehatan mental.
Menyadari hal itu, pemerintah Singapura seperti melansir dari The Straits Times tengah memikirkan langkah-langkah tambahan untuk mendukung orang tua sekaligus menciptakan ruang digital yang lebih aman bagi anak-anak.
Dalam pidato National Day Rally pada 17 Agustus di ITE College Central, Perdana Menteri Lawrence Wong secara terbuka membahas tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak menutup mata terhadap meningkatnya kekhawatiran orang tua.
"Beberapa negara telah memberlakukan undang-undang baru untuk memperketat akses media sosial dan internet bagi anak-anak," katanya. "Kami sedang mempelajari pengalaman mereka dengan cermat untuk memahami apa yang benar-benar berhasil. Dan kami akan mempertimbangkan langkah apa lagi yang bisa dilakukan untuk memperkuat keamanan online bagi anak-anak."
Kekhawatiran Orang Tua di Era Digital
Fenomena screen time yang berlebihan tidak hanya menimpa remaja, tetapi juga anak usia dini. PM Wong menekankan bahwa kekhawatiran orang tua hari ini sebenarnya bukan hal baru. "Setiap generasi khawatir tentang pengaruh negatif terhadap anak muda," ujarnya.
"Dulu, anak-anak diingatkan untuk tidak terlalu banyak menonton TV. Tapi sekarang, semua orang selalu online, selalu terhubung, dan bisa diakses melalui ponsel 24/7. Jadi, jauh lebih sulit bagi orang tua untuk menetapkan batasan, bahkan untuk sekadar mengetahui apa yang dilakukan anak-anak mereka," tutur PM Wong lagi.
Menurutnya, situasi saat ini berbeda karena sifat teknologi digital yang begitu personal dan terus-menerus hadir dalam kehidupan anak-anak. Jika dulu televisi hanya bisa diakses di ruang tamu dengan pengawasan orang tua, kini dunia digital bisa dibawa ke kamar tidur bahkan ke sekolah.
PM Wong memperingatkan risiko yang muncul apabila anak-anak terlalu larut dalam dunia virtual. Mereka bisa kehilangan kontak dengan dunia nyata, tumbuh lebih terisolasi secara sosial, hingga lebih mudah terpapar konten berbahaya atau toksik. Dampak jangka panjangnya dapat mengikis rasa percaya diri, menghambat perkembangan emosional, dan menurunkan kesejahteraan mental.
Baca Juga: 4 Tempat Terlarang untuk Screen Time bagi Anak dan Alasannya Menurut Ahli
Dimulai Sejak Usia Dini
Untuk mengatasi masalah ini, Wong menekankan pentingnya intervensi sejak dini. "Hal ini harus dimulai sejak bayi. Untuk bayi dan balita, sains sudah jelas – tidak ada waktu layar sama sekali," katanya.
Ia juga mengingatkan agar orang tua lebih berhati-hati dalam memperkenalkan gawai kepada anak usia prasekolah. "Kita tidak boleh menggunakan ponsel sebagai pengasuh, hanya untuk membuat anak tenang atau sibuk," tegasnya.
Pernyataan ini sejalan dengan panduan penggunaan layar yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Singapura pada 21 Januari lalu, sebagai bagian dari strategi nasional Grow Well SG. Program tersebut bertujuan mendorong anak-anak dan remaja menjalani gaya hidup sehat, termasuk dalam penggunaan teknologi.
Tantangan bagi Orang Tua
Meski pedoman sudah ada, praktik di lapangan tidak selalu mudah. Banyak orang tua bekerja yang menghadapi dilema: di satu sisi ingin melindungi anak dari paparan berlebih pada gawai, namun di sisi lain terkadang menjadikan ponsel sebagai solusi praktis untuk menenangkan atau menghibur anak.
Fenomena ini juga mencerminkan tekanan besar yang dihadapi keluarga modern di kota besar seperti Singapura. Dengan jadwal kerja yang padat, ruang terbatas, serta kebutuhan anak yang semakin kompleks, membatasi screen time menjadi tantangan tersendiri. PM Wong menyadari hal ini, sehingga pemerintah berupaya mencari solusi yang tidak hanya membatasi, tetapi juga memberikan dukungan nyata bagi orang tua.
Dorongan untuk Lebih Aktif di Dunia Nyata
Selain menyoroti bahaya, PM Wong juga mengingatkan pentingnya alternatif sehat bagi anak-anak. Ia mendorong orang tua untuk memberi lebih banyak kesempatan bagi anak bermain di luar ruangan. "Ajak mereka berlari di taman dan bermain di playground. Beri ruang untuk mengeksplorasi sendiri, mencoba, jatuh, lalu bangkit kembali," ujarnya.
Baca Juga: Dari Screen Time ke Quality Time, Trik Bangun Kedekatan dengan Remaja di Era Digital
Menurut Wong, pengalaman nyata ini sangat berharga. "Lewat semua itu, mereka bisa belajar dan bertumbuh di dunia nyata, bukan di dunia virtual," ungkapnya.
Aktivitas fisik, interaksi sosial langsung, serta kesempatan untuk belajar dari pengalaman nyata akan membantu anak membangun kepercayaan diri dan ketahanan mental.
Pernyataan PM Wong menandai langkah awal bagi Singapura untuk lebih serius mengkaji regulasi baru terkait penggunaan gawai oleh anak-anak. Meski belum ada keputusan final, arah kebijakan ini menunjukkan kesadaran pemerintah terhadap dampak teknologi yang semakin luas.
Bagi orang tua, pesan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa mendampingi anak di era digital tidak hanya soal membatasi, tetapi juga memberi alternatif yang lebih sehat.
Dukungan kebijakan, panduan medis, serta kesadaran kolektif di masyarakat diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang lebih aman bagi generasi muda untuk tumbuh dan berkembang.
(*)